SG - 4

89 18 24
                                    

|sweet gravy|
•••

DUA minggu berlalu, luka tusuk itu telah di nyatakan sepenuhnya pulih oleh dokter dan Gavi sudah di perbolehkan pulang.

Setelah berbincang panjang dengan Yuna, akhirnya Lilia sepakat membiarkan Gavi untuk tinggal bersama keduanya.

Rumah dengan dua lantai yang memiliki 3 kamar dan sebuah loteng. Juga pada lantai pertama, ada sebuah toko roti bernuansa merah muda.

"Selamat datang" seru Yuna.

Tangannya sudah di penuhi oleh sepiring cake yang ia buat untuk menyambut kedatangan kekasih Lilia.

"Ini kue spesial yang kekasihmu buat khusus untukmu. Lihat warnanya sangat manis" ucap Yuna.

Yuna menyodorkan sebuah cake dengan cream merah muda yang di taburi bintang di atasnya.

"Apa yang kau katakan" ucap Lilia yang baru saja masuk dari arah pintu.

"Aku hanya memberikan kue yang kau buat pada kekasihmu, apa kau cemburu karena aku yang memberikannya ?" Tanya Yuna mengejek.

"Ah, sudahlah. Gavi, kemarilah aku akan menunjukkan kamarmu" ucap Lilia.

Gadis itu berlalu yang di ikuti Gavi di belakangnya, sementara Yuna sudah terkekeh geli disana.

"Jika ingin berdua, katakanlah. Aku menunggu kehadiran bayi dari kalian" teriak Yuna.

Lilia menghentikan langkahnya di anak tangga, matanya menatap tajam Yuna yang sudah berlalu pergi.

Keadaan toko benar-benar ramai. Entah sejak kemunculan Gavi, para wanita desa segera menyerbu toko roti mereka. Hal itu membuat kedua gadis itu kewalahan.

"Wah, lihat pria itu"

"Siapa pria tampan itu"

"Dia benar-benar tampan"

"Lihat penampilanku, apakah sudah baik ?"

"Dia terlalu tampan untuk mu"

Berbagai pujian terus terlontarkan dari kerumunan para gadis yang mengantri. Yuna sesekali melirik Lilia, menunggu respon sahabatnya itu. Namun, Lilia hanya fokus pada adonan di tangannya.

"Lihat, kekasihmu sangat terkenal" ejek Yuna.

Lilia hanya mengacuhkan Yuna. Tangannya masih terus bermain pada adonan di hadapannya, namun tak ia pungkiri bahwa bisikan para gadis di luar sana cukup mengganggungnya.

Sesaat setelah Yuna berlalu dengan kue di tangannya, Lilia terlihat mendengus. Ia bahkan tak tau dengan apa yang ia rasakan.

Tanpa sadar tangan Lilia bergerak cepat secara kasar memukul adonan. Yuna yang baru saja kembali ke dapur memekik mendengar suara dentuman keras.

"Sepertinya dia benar-benar marah" gumam Yuna pelan.

Yuna hanya menatap tingkah brutal Lilia sembari mengendap mengambil beberapa keranjang buah lalu pergi meninggalkan kawannya itu.

sweet gravyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang