|sweet gravy|
•••Matahari sudah berada tepat diatas kepala, namun Jayden masih enggan untuk membuka mata. Suhu tubuh lelaki itu masih cukup tinggi.
Lilia sejak semalam sudah begitu khawatir, setelah ciuman itu Jayden langsung pingsan dalam pelukannya.
"Apakah dia akan baik-baik saja ?" Gumam Lilia.
Lilia menatap Jayden yang berada dihadapannya. Tangan Lilia dengan lembut mengusap peluh yang membasahi pelipis lelaki itu.
Sorot mata hitam Lilia begitu fokus menatap Jayden sampai ia tak menyadari kedatangan Yuna disana.
"Kau harus makan, karena aku tidak ingin merawat sepasang kekasih disini." Ucap Yuna.
Yuna meletakkan piring berisi 3 potong sandwich diatas meja dekat jendela kamar Jayden.
Perlahan Yuna mendekat kesisi Lilia, menepuk bahu kawannya itu lalu menyodorkan sepotong sandwich.
"Kau harus makan." Ucap Yuna.
Lilia mengambil sepotong potongan sandwich, namun sandwich itu hanya ia genggam. Untuk saat ini, Mulutnya masih enggan melahap apapun.
"Jika kau tak menghabiskannya saat ini, maka aku akan tetap disini dan membiarkan Jake bekerja melayani para gadis desa itu seorang diri- Lalu kau tau sendiri, bahwa Jake sangat tidak menyukai itu." Ucap Yuna
"Dan mungkin, setelah itu ia akan menyerahkan surat pengunduran diri. Ah, itu tidak boleh terjadi bukan ?" Sambung Yuna.
Mimik wajah Yuna dibuat sesedih mungkin, gadis itu bersidekap memohon pada Lilia. Dan berhasil, Lilia mulai menggigit sandwich itu.
"Ayo, cepat habiskan. Aku tidak akan beranjak dari sini sebelum kau menghabiskannya." Ancam Yuna.
"Baiklah." Ucap Lilia.
Lilia mulai melahap dalam gigitan besar, menyisakkan sedikit sandwich disana. Yuna memekik dengan kuat saat Lilia berhasil melahap potongan terakhir ditangannya.
"Kau bisa mengganggunya." Tegur Lilia.
"Maaf ! Ah, lebih baik aku pergi sebelum Jake murka. Tapi, apakah Jake bisa murka ?" Ucap Yuna.
Lilia menatap jengah kawannya yang sudah berlalu pergi. Namun, seulas senyuman terukir dibibirnya.
Bersamaan dengan pintu kamar yang ditutup, terdengar lenguan dari bibir pucat Jayden.
Lilia dapat melihat, perlahan mata lelaki itu terbuka.
"Bagian mana yang sakit ?" tanya Lilia.
Tanpa membuka matanya dengan penuh, Jayden mencoba bangkit dari tidurnya.
"Apa yang kau lakukan ?" ucap Lilia.
Lilia menatap khawatir Jayden, namun tangannya dengan sigap membantu Jayden untuk duduk dengan baik. Tak lupa ia meletakkan bantal sandaran agar Jayden merasa nyaman.
Salah satu tangan Jayden memegang keningnya yang terasa pening, sementara tangannya yang bebas menggenggam tangan Lilia.
"Apakah kau ingin pergi dari sini ?" ucap Jayden.
Dahi Lilia mengerut, ia tak memahami maksud ucapan Jayden.
"Apa yang kau maksud ?" tanya Lilia.
Mata yang semula terpejam itu segera terbuka, dan menatap manik hitam Lilia.
"Apakah kau ingin ikut bersamaku ?" ucap Jayden.
"Apakah kau sudah mengingat semuanya ?" tanya Lilia.
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet gravy
Fantasy[15+] Bagaimana jadinya bila kau menemukan seorang pria yang terluka parah dan pria itu melupakan jati dirinya ? Gavi - Lilia