Chapter 1 - Simon Fabron

32 7 1
                                    

"Kau tau ini sudah mendekati deadline bukan, Fabron?"

"Ya, ya. Aku tau. Berhentilah mengatakan itu"

"Kalau begitu selesaikan"

"Kau pikir aku sekarang ini sedang apa, huh?!"

...

Pagi hari yang begitu panas dengan perdebatan dua laki-laki di sebuah ruangan.
Simon Fabron dan Alberto Amsel, sahabat sejak kecil yang tinggal bersama di sebuah rumah mewah milik Fabron.

Laki-laki tampan berkacamata dengan rambut berponi kiri menutup dahi, menggunakan setelan vest berwarna biru dongker, kemeja putih lengan panjang dengan pin kerah dasi dengan tambahan rantai terbuat dari emas murni berkilau dengan tambahan cufflink berbahan emas di pergelangan tangan kemejanya, serta dasi berwarna biru gelap dengan aksen berwarna emas motif ukiran khas Perancis. 

Laki-laki itu duduk dihadapan meja yang penuh dengan lembaran kertas dan 2 buah laptop serta sebuah setelan mewah yang hampir selesai dikerjakan.
Simon Fabron, sedang mengerjakan revisi pekerjaannya, desain baju, untuk seorang pengusaha laki-laki asal Inggris.


"Ya baiklah. Ini! Sudah selesai! Serahkan padanya" ujar Fabron sambil menghela nafas panjang

"Wah wah, astaga. Memang desainmu selalu tampak hebat dan elegan ya. Luar biasa!" ucap Alberto terkesima dengan hasil yang diberikan Fabron

"Kau pikir kau sedang bicara dengan siapa" jawab Fabron dengan sombongnya dan tertawa kecil


(Alberto pun menelpon klien Fabron untuk memberitau jika pesanannya telah selesai)

"Kau akan kesini pukul 10? Baiklah, Fabron akan menunggumu disini" ujar Alberto pada sang klien

"Pukul 10? Rajin sekali dia. Sekarang sudah pukul 9" gumam Fabron

"Dia membutuhkan itu segera, ya kurasa..." jawab Alberto 

"Aku akan sarapan terlebih dahulu. Kau berdiam saja disini, siapa tau ia datang lebih cepat" ucap Fabron

"Ya ya baiklah"

...

Disebuah ruang makan, Fabron menyantap roti dan sup hangat untuk sarapannya. 
Jam menunjukkan pukul 9 pagi. Namun, ia terbiasa sarapan pukul 7 pagi.

"Astaga, sarapan macam apa pukul 9?! Tidak bisakah mereka berhenti memakan jam tidur dan makanku?!" oceh Fabron dengan kesal.

TING!

Tiba-tiba saja notifikasi handphone Fabron berbunyi. Sebuah pesan singkat bertuliskan GE-557.100-ON MARK

Fabron pun mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti maksud pesan singkat itu, dan ia juga tidak tau siapa yang mengirimkannya. Namun ia tak terlalu memikirkannya dan lanjut menyelesaikan sarapannya.

...

(Di ruangan butik)

Fabron menemui kliennya yang akan mencoba desainnya. Laki-laki itu sudah menunggu di ruangan butik bersama 2 orang anak buahnya ditemani oleh Alberto. Laki-laki itu bernama Benedict Harris, pengusaha berdarah Inggris yang ternama dan baru saja datang ke Perancis untuk menghadiri pertemuan penting.

"WAH! SUNGGUH LUAR BIASA! Memang tidak salah aku memilih Tuan Fabron untuk mendesain bajuku" puji seorang laki-laki muda itu ketika memakai setelan mewah yang ia pesan.

"Senang jika Anda menyukainya, Tuan. Anda tampak sangat tampan dengan setelan itu" ujar Fabron tersenyum ramah

"Hahahaha! Terima kasih banyak, Tuan Fabron. Luar Biasa! Baiklah. Sudah ku lunaskan sisa pembayarannya. Kau memang desainer yang sangat berbakat!" 

FABRONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang