Chapter 3 - The Gengster #2

19 5 3
                                    


Di sebuah markas gengster, pria misterius yang menyerang Fabron sedang berada di hadapan seseorang

"Apa?! Kau gagal melihat tangan kirinya? Tugas semudah itu saja kau gagal?!" teriak bos gengster itu

"Ma.. maafkan aku, bos. Tapi ku rasa bukan dia orangnya" sahut pria itu, "Ia bahkan tidak bisa melawanku sama sekali, bos. GoldenEye tidak mungkin selemah itu. Dan kurasa si Fabron itu sudah mati kehabisan darah akibat seranganku. Darahnya menggenang sangat banyak di jalanan" pria itu menjelaskan

"Dia tidak melawanmu sama sekali? Ah ya mungkin benar ia hanya fashion designer biasa. Ada baiknya dia memang mati agar tidak ada saksi hidup" sahut bos gengster, "Sebaiknya kau memastikannya" lanjut bos itu

"Baik, Bos. Akan ku pastikan" sahut pria misterius itu

...

Sementara itu, di butik..

"Mungkin ada baiknya kita tutup dulu selama 3 bulan" ujar Fabron

"Apa?! Lama sekali. Untuk apa?" tanya Alberto

"Kau sudah gila?! Aku dikejar gengster dan kau bertanya kenapa kita harus menutup butik?" sahut Fabron kesal, "Lagi pula lukaku belum pulih" lanjut Fabron

"Kau benar. Mungkin baiknya kita tutup 1 bulan dulu sampai lukamu pulih"

"Tidak. 3 bulan sampai kita menyingkirkan segalanya" ucap Fabron sinis

"Menyingkirkan? Kau ingin hajar mereka? Yang benar saja" sahut Alberto

"Ayo pulang" ajak Fabron

...

Sesampainya dirumah, Fabron langsung menuju ruang bawah tanah

"Kau mau apa?" tanya Alberto, namun Fabron hanya diam lalu membuka sebuah pintu baja dengan kartu aksesnya yang tampaknya ruangan rahasia.

"Apa yang kau lakukan Fabron? Kau tidak ingin kembali lagi bukan?" ujar Alberto

"Tidak" jawab Fabron singkat sambil berjalan dilorong

Lorong tersebut penuh dengan persenjataan. Namun senjata disana sangat berbeda, desainnya sangat bagus dan bermacam-macam. Adapula senjata berlapis emas berkilau tampak sangat eksklusif, dan juga alat portal yang tidak menyala.

Di ujung ruangan, terdapat sebuah lemari kaca berisi vest dan kemeja putih. Vest itu berbeda dari yang biasa dikenakan Fabron, vest berwarna biru gelap itu memiliki logo dibagian punggung atas. Logo berbentuk kotak seperti penanda sasaran senapan runduk dengan lambang bulan diatasnya.

"Bukankah menyebalkan mereka menyerangku tanpa alasan?" tanya Fabron

"Sudahlah, Fabron berhentilah berpikir gila. Abaikan mereka. Mereka pasti tidak akan mengincarmu lagi sekarang, apalagi kau tidak melawannya kemarin" ujar Alberto

"Ya kau benar" sahut Fabron sambil memegang senapan runduk berlapis emas dihadapannya, "Kau tau? Terkadang aku merindukan masa dimana aku mendesain senjata seperti ini" lanjut Fabron sambil tersenyum tipis lalu pergi meninggalkan ruangan itu dan menguncinya kembali.

...

Sementara itu, di waktu yang bersamaan para gengster ada di sekitar klinik tempat Fabron diselamatkan.

"Mari kita pastikan bahwa laki-laki itu bukan GoldenEye. Jika ia yang kita cari, ia pasti akan datang mencari kita setelah kita menghancurkan orang yang menolongnya. GoldenEye memiliki etika yang sangat tinggi bukan? Hahaha" ujar pria itu pada anak buahnya

Tak lama kemudian mereka memaksa masuk kedalam klinik itu sambil menghancurkan segala yang ada disana. Terlihat Azura sangat panik dan ketakutan.

"Hei nona, kau mengenal laki-laki yang kau tolong semalam?" tanya pria itu sambil mencekik Azura

FABRONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang