*****
"Ugh!..." Sadar Rindou kini membuka matanya,ia pun mencoba untuk duduk dari baringnya,ketika dia hendak mengangkat tubuhnya rasa sakit dari luka yg dia dapat tiba tiba menyerangnya.
"Kepalaku sakit!." Ujar Rindou memegangi kepalanya.
Rindou melihat sekeliling ruangan yg bukan lain adalah ruang rawat,tanpa dia sadari bahwa ada seseorang yg tertidur duduk di samping ranjangnya.Rindou hanya menatap sosok laki laki berambut panjang terurai itu,matanya yg sembab terlihat jelas kalau sosok laki laki itu habis menangis hebat.
"......kak,kau sangat kawatir ya?...." ujar Rindou mengelus kepala laki laki yg tertidur pulas di sampingnya yg bukan lain kakaknya sendiri Ran.
"Maafin kakak Rin....." gumam Ran mengigau dengan suara yg terdengar sangat serak,yah itu pasti karena dia menangis tak henti sepanjang malam karena dia mungkin menyalahkan dirinya sendiri.
Rindou hanya terdiam melihat kakaknya dan tak membangunkan Ran karena merasa kasihan jika dia membangunkan kakaknya yg engah tertidur pulas
......"Uhm...." Ran terbangun tangan kirinya naik ke atas untuk mengucek ngucek matanya agar pandangan menjadi jelas.
"Eh?,Rin mana?!" Kaget Ran serentak berdiri dan melihat seluruh ruangan rawat namun tak juga menemukan adiknya Rindou,Ran panik dan segera keluar dari ruang rawat tempat Rindou di rawat.Ran terus berlari sembari meneriakan nama adiknya di sepanjang koridor rumah sakit,Ran kini mencari Rindou di taman rumah sakit dengan nafas yg terengah engah dia tetap berlari dan mencari Rindou ke setiap sudut rumah sakit.
30 menit berlalu,tapi Ran tak menemukan Rindou di rumah sakit itu.Ran kini duduk di sebuah kursi di depan ruangan tempat Rindou di rawat,wajahnya yg lelah tertutup dengan kedua telapak tangannya dan nafasnya yg berat semakin membuat suasana hati dan tubuhnya kelelahan ditambah Ran belum memasukan makanan sedikitpun sejak Rindou di bawa kerumah sakit.
Pagi itu sekitar pukul 09:25 Ran sudah kembali pulang ke rumahnya dengan kondisi tubuh yg sangat tak bertenaga.Saat Ran berada di depan pintu Ran tak sengaja mendengar ayahnya dan juga ibu tirinya sedang cekcok hebat di dalam rumah.
"Yah! Tolong jangan pergi!" Suara itu membuat Ran seketika berhenti membuka pintu rumahnya.
"Ayah mau pergi?" Gumam Ran menarik lagi tangannya dari pegangan pintu rumahnya.Ran mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam rumah dan memutuskan untuk menguping percekcokan kedua orang tuanya itu.
"Diam! Aku gk peduli! Kau ibu yg buruk! Bisa bisanya kau memukul anak kandungmu sendiri dengan batu bata huh!!" Serentak hati Ran terhentak,dia masing ragu ragu dengan omongan yg tadi di ucapkan ayahnya dengan lantang.
"Aku tau! Hiks...Aku salah!....tolong jangan tinggalkan aku!...." tangis ibu tiri Ran dari dalam rumah.
"Sekarang keputusanku sudah bulat! Kita akan berpisah! Dan Rindou akan ikut denganku!" Tegas ayah Ran.
"Nggak! Rindou anakku! Dia akan tetap disini! Lebih baik kau bawa saja anak dari istri sah mu!...hiks!..." lantang ibu tirinya membuat Ran membeku tak percaya.
"I..ini gak mungkin kan...." gumam Ran.Ran sangat syok mendengar kalau dirinya dan Rindou ternyata tidak dilahirkan dari rahim yg sama,seketika tubuhnya kini hampir melorot.
"Rindou akan tetap ikut denganku! Dan Ran akan tetap disini denganmu! Kau bebas mau siksa dia dan menjadikan dia pelampiasanmu saja!" Kata kata itu keluar dari mulut ayahnya sendiri yg selama ini dia sayangi dan menganggap ayahnya malaikat kini hancur seketika.
"no way...that's a lie..." gumam Ran.Air matanya seketika turun dengan deras membasahi pipinya,tak pikir panjang Ran membalikan badannya dan berlari meninggalkan rumahnya dengan kondisinya yg mungkin kapan saja bisa drop.
Vote please!
S
orry if the story is not good and boring.Because this is the firsht time the author has made a story.Well...the story is not really good,but thanks to those of you who have read until now...the author will try to be better^^
The author loves you♡~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth✓[Haitian brothers]☆
Short StoryKasih sayang,harta,teman serta sahabat,selalu mengelilingi saudara haitani termuda ini.Sebaliknya Saudara Haitani tertua yang harus hidup dalam penyiksaan kesendirian dan bahkan diperjual belikan untuk menjadi anjing peliharaan para konglomerat seba...