*****
Kini Ran terduduk di sebuah kursi di taman,matanya kini sangat sembab tak henti mengeluarkan air mata.Hujan yang sangat deras membasahi sekujur tubuhnya,suasana hatinya kini sangat kacau.Ran kini benar benar sangat syok dengan perkataan ayahnya,kalimat kalimat itu terus berdengung di telinganya.
Setelah sekian lama Ran menangis kini dia terdiam dengan tatapan kosong.
"Apa kau puas Tuhan?" Gumam Ran dengan tatapan kosongnya..
"Apa kau puas huh?!!.Lihat,aku sekarang sudah hancur...ini takdir yang kau berikan padaku?...kenapa harus aku....kenapa harus aku yang selalu menderita huh!! Kau benar benar senang melihat manusia sepertiku hancur! Arrrggghhhhhh....!" Keluh Ran.Kedua tangannya kini menutupi wajahnya yg sedang menangis kembali,tanpa dia sadari bahwa seseorang sedang memperhatikannya dari kejauhan.
Laki laki berambut pirang dengan bekas luka itu terus berdiri di bawah pohon,tatapan matanya yg sayu tertuju pada kakak sahabatnya yg engah menangis menyembunyikan wajahnya.Haruchiyo sangat ingin menghampiri Ran untuk menenangkannya,tapi ia tak bisa,bukan tak ingin tapi gak bisa.
........
Haripun kini sudah gelap,Ran kini sudah berada di depan rumahnya.Ran pun masuk ke dalam rumahnya,suasana di dalam sangat hening,tubuhnya seketika terhenti saat melihat seluruh isi rumah berantakan seperti baru saja kemalingan.Ran pun menghiraukan semuanya dan berjalan menuju ke kamarnya,namun langkahnya terhenti saat ia hendak mau masuk ke dalam kamarnya.Seorang wanita dengan mata yang sangat sembab dan kondisi seluruh badannya berantakan berdiri tepat di depan kamar Ran.Tubuh Ran gemeteran hebat saat melihat sosok wanita itu.
Sorot Matanya kini terlihat sangat marah,tangannya mencengkram erat sebuah tongkat besi seakan bersiap untuk memukul dengan brutal,Ran tertunduk tak bisa bersuara.
"Bukk!." Sebuah pukulan dari tongkat itu melayang telak di kepala Ran,Ran seketika ambruk.Darah kini mulai bercucuran dari luka bekas pukulan ibunya itu,Ran tergeletak di lantai meringis kesakitan.Namun itu bukan pukulan satu satunya,sebuah pukulan kedua kini melayang tepat di rusuk sebelah kiri Ran.
"Ugh!...hen-tikan!...kumohon bu!...ukhh...!" Ringis Ran menerima semua pukulan yang dilayangkan ibu tirinya.
"Enak saja! Dasar anak sialan! Ayah mu sendiri tak memperdulikan hidup mu! Apa lagi saya!,sebaiknya kau diam dan terima saja semua amarahku ini! Sialan!!!." Ujar ibu tirinya itu dengan tak henti hentinya terus melayangkan pukulan pada Ran.
...........
"Ran.....kau benar benar asing sekarang." Gumam Rindou terduduk di sebuah kursi di dekat jendela.Suara gemerincik hujan kian membasahi kaca jendela kamarnya,gelapnya malam terasa sangat panjang.Rindou hanya terduduk menatap gemerincik hujan.
Pintu kamar Rindou terbuka,dan seseorang masuk menghampiri Rindou yang tengah duduk di depan jendela sana.
"Rin?,kamu sedang apa?." Tanya seorang laki laki berpostur tinggi dan memiliki mata berwarna violet.
"Rin lagi duduk aja yah," Sahut Rindou tetap fokus melihat ke arah luar tanpa melirik ke belakang.
Ayahnya hanya mengangkan sebelah alisnya bingung sekaligus penasaran apa yang dipikirkan anak bungsunya itu.
"Yah..." panggil Rindou yg hanya disahut dengan 'hum' man oleh ayahnya.
"Ayah gak bohongkan kalau Ran gak mau ikut ayah ke sini?," tanya Rindou kini membalikan badannya dan menatap serius ayahnya itu.Ayahnya terdiam sejenak menatap anak bungsunya itu.
"Apa ayah pernah membohongimu?,Ran menolak mentah mentah ajakan ayah dan memilih untuk tinggal bersama wanita itu,dan ya,Ran juga bilang kepada ayah kamu jangan pernah mencari nya lagi.Dia bilang kau hanya beban Rin." Ujah ayah Rindou memegang kedua pundak Rindou.
Betapa terhentaknya hati Rindou ketika medengar kalimat kalau dirinya hanya sebuah beban,hatinya sangat hancur hingga dia tak berbicara apa apa.Ayahnya pun pergi untuk membiarkan dirinya menerima semua kenyataan itu.
"Dasar kakak sialan!." Gumam Rindou dengan tatapan mata kosong.
Vote please!
Thank you so mauch♡~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth✓[Haitian brothers]☆
Short StoryKasih sayang,harta,teman serta sahabat,selalu mengelilingi saudara haitani termuda ini.Sebaliknya Saudara Haitani tertua yang harus hidup dalam penyiksaan kesendirian dan bahkan diperjual belikan untuk menjadi anjing peliharaan para konglomerat seba...