" Satu Kesedihan "
***
" Ayah, dimana Bunda? Hari minggu gini kok belum pulang?." Aku bertanya pada bunda
" Iya. Lembur lagi katanya." Bunda memastikan dengan melihat ponselnya.
Aku hanya mengangguk mendengarnya, dan duduk di sofa sebelah bunda.
"Bunda..." Aku memeluk bunda manja
" hahaha.. kenapa? kenapa? Coba cerita sama Bunda." Bunda terkekeh melihat tingkahku yang kekanak-kanakan. Beliau sangat hafal sekali dengan tabiatku. Jika aku sudah manja seperti ini, tidak diragukan lagi bahwa aku ingin memulai sesi 'curhat remaja' ku.
Aku tersenyum lalu melepas pelukanku dan mulai bercerita banyak hal yang telah kualami selama ini. Aku akui, Ayah memang orang yang begitu asik untuk diajak bercanda dan melakukan hal seru lainnya. Tapi Bunda, sosok yang selalu menjadi sandaranku, tempatku menaruh segala kisah ku padanya. Tempatku mendapat pengertian dan motivasi darinya.
Bunda memang orang dengan pembawaan tenang. Tetapi sebenarnya beliau selalu bisa membuatku nyaman jika curhat padanya, karena pandangannya sangat luas sekali. Bunda juga asik diajak bercanda. Jadi jika berhubungan dengan hati nurani seperti ini, Bundalah teman klop ku. 😊 Kami bahkan bisa menghabaiskan waktu berjam-jam untuk membicarakan semua hal dari A sampai z. Aku merasa tak hanya punya sosok Orang tua yang hebat. Tapi aku dapat sahabat yang selalu ada dalam tiap sukaduka.
"Kenapa Bunda memberiku nama ini?." Pertanyaan yang keluar begitu saja dari bibir Aram "-nama itu asing sekali dan terdengar aneh olehku."
Bunda Tersenyum
" Kau tahu?" Bunda mengelus lembut rambut aram. "Srikandi adalah Tokoh kesatria wanita yang berhati teguh dan pemberani. Milikilah keberanian dan keteguhan hatinya agar kamu bisa melakukan lebih banyak kebaikan dalam tanganmu ini.".
Bunda menggenggam tangan Aram
" Atma. Artinya kehidupan. Jadi hiduplah Aram. Jalani Hidup yang telah Allah berikan. Gunakan sebaik-baik mungkin. Kau tahukan hidup hanyalah sekali. Jangan sia-siakan hidupmu sampai kamu merasakan yang Namanya penyesalan nantinya. Carilah hal-hal yang belum dan ingin kamu ketahui, Aram. Semua yang ada dikehidupan. Apa yang kamu dengar, kamu lihat, dan kamu rasakan semua itu taka da yang tidak berguna. Ketahuilah mana yang patut kamu ambil dan mana yang tidak."
Aram mengangguk mengerti
" dan kamu ingat?. Saat itu kamu hadir di bawah temaram cahaya bulan untuk menyelamatkan bunda.'Temaram'. Nama itu-pun terlintas dalam pikiran bunda. Tidak hanya itu. 'Aram-temaram', adalah nama suatu fenomena masa waktu,- yang muncul ketika masih ada cahaya alami yang dipancarkan di langit langsung menerima sinar Matahari dan memantulkannya sebagian ke permukaan bumi pada waktu senja dan fajar. Sedangkan matahari sudah atau masih berada di bawah pandangan cakrawala."
Aram membulatkan mata. Berusaha mencerna apa yang dikatakan Bundanya.
" Fajar dan senja?. Bukankah itu seperti nama Ayah dan Bunda?." Hanya kedua kata itu yang masuk dalam otaknya.
"Aram-temaram. Sebuah makna dari fenomena indah akan kehadiran fajar dan senja di bumi. Sama sepertimu. Aram. Kamu, adalah sosok yang menjadi makna dari hadirnya ayah dan bunda dalam kehidupan ini."
Bunda tersenyum penuh arti. Mata Aram berbinar. Aram-pun memeluk Bundanya.
" Bunda tau? Aram sangat Bahagia sekali! Pertama, bisa hidup dengan mempunyai keluarga seperti sekarang ini. Kedua, Aram memiliki sahabat yang sangat perhatian dan Aram sayangi, seperti yang Aram harapkan. Rimala, Ita, -dan Adam." Wajahku memerah ketika menyebutkan nama terakhir itu. " -Ah! Aram akan menceritakannya suatu saat nanti!. Terimakasih sudah menjadi alasan dari kebahagiaanku Bunda." Aram memeluk bundanya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
T E M A R A M
Romansa" Ini memang tentang diriku. Tapi ini juga bagian dari dirikau. Aku. Kamu. Kita. Dan kalian. Panorama ini akan tetap berlangsung. Menjadi pemanis dari tiap rasa. Menjadi pengisi dari tiap ruang hampa. Sebuah narasi indah. Berbumbu paradigma pengguga...