LARA

4 3 0
                                    


" Dua Kesedihan"

***


Aku sudah sampai dikamarku. Mengatur napasku. Astaga, apa yang kukatakan tadi!?. Benar-benar memalukan!. Aku menutup mukaku dengan kedua telapak tanganku.

Ping!

Pesan masuk dari Ita.

Ita: Jangan lupa datang ditempat yang kubilang kemarin.

Aram: Tentu saja! Btw, tadi aku hampir keceplosan menanyakan nya padamu didepan Rimala. Untung saja kamu berpura-pura tidak tahu tadi, tapi aku bisa langsung mengerti.

Ita: Tentu saja!, aku pura-pura tidak tahu agar kamu tidak menghancurkan rencana kita. Kau lama-lama sudah mulai pikun ya?. Hahaha

Aram: hehehe. Maafkan kecerobohanku. Aku sudah membeli kuenya jangan lupa bawa korek dan lilinya.

Ita: aku juga sudah mempersiapkannya. Oh ya! Jangan menghubungi Rimala sama sekali, tadi aku sedikit mengerjainya dengan mengatakan kalau kamu dan aku sedang marah besar padanya. Hahaha.

Aku tertawa. Ita selalu saja bisa terpikir ide aneh.

Aram: Oke sampai bertemu ditempat.

Ita: Oke!.

Aku mengaca kembali pada cermin. Cantik! Oke!. Aku bergegas menuruni tangga dan keluar tanpa memerdulikan orang rumah. Ojek online yang kupesan tiba diwaktu yang tepat. Aku langsung pergi tanpa pamit, membuang semua pikiran negatifku. Malam ini aku akan bersenang-senang.

Aku sampai ditempat dengan membawa kue yang sudah kupersiapkan. Aku menunggu Ita. Lama sekali tak datang juga. Jalanan ini begitu sepi, ada perasaan bergidik mungkin karena hawanya yang dingin. Aku berdiri lama, sambal terus mengingat scenario yang Ita telah beritaukan padaku agar aku tidak mengulangi kesalahan yang sama. Aku mengirim pesan pada Ita.

Aram: Ta! Kamu dimana? Aku sudah sampai daritadi nih!.

Cling!

Ita: Tunggu sebentar disitu jangan kemana-mana.

Sudah setengah jam aku menunggu. Tapi Ita belum juga datang. Aku mendapat telpon dari Rimala berkali-kali bahkan pesannya yang menggunung.

Rimala: Aram!

Pesan seperti itu kuterima sebanyak 100x

Rimala: Aram! Where are u!?

Hihihi. Aku ketawa membacanya, mengingat kami sedang menjahili Rimala.

Rimala: Hei Lama banget sih!? Aku dan Ita sudah menunggumu lama sekali!.

Perasaanku aneh. Aku mulai merinding. Hah? Ita? Mana mungkin Ita disitu?.

Aku terdiam. " Arghh! Jangan-jangan Ita mengerjaiku lagi!" Aku berdecak kesal. Mengingat kejadian yang tidak hanya menimpalinya sekali. Kedua sahabatnya itu juga pernah mengerjainya dengan bertemu di suatu tempat, ketika ia sampai dan menunggu lama sekali, teman-temannya menelpon dan malah tertawa karena mereka salah kasih alamat. Kedua sahabat Aram memang agak (sangat) sekali berlebihan dalam bercanda. Tapi, pengecualian sifat mereka yang jail itu. Rimala dan Ita begitu perhatian dan rela melakukan apapun jika sahabatnya perlu bantuana atau terkena masalah.

Aram segera menjawab telepon Rimala yang ketika itu masuk ke ponselku.

" Hei dari mana saja kau! Kenapa baru mengangkat teleponnya!? Kau ketiduran hah!?" Aku mendengar suara Rimala jelas.

T E M A R A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang