" Iya seperti itu kejadiannya. Baik. Baik. Baik. Saya akan segera kembali."
Aku mnutup telponku. Mendengar suara Nyonya besar yang terlihat parau, dan kemudian menyuruhku untuk kembali. Aku tau tugasku sudah selesai. Meskipun mendadak, setidaknya aku ingin mengucapak salam perpisahan pada Aram. Entah bagaimanapun sikapnya, apa dia sudah membaca pesan Nyonya Senja? Aku tidak tahu apa yang dituliskan oleh beliau, jikapun itu semua berisi kebenaran yang tersimpan rapi selama ini, hah.. aku tidak bisa menghadapinya. Apa yang harus kujelaskan?. Aku menyeduh kopi panasku dan memandang keluar jendela kafe. Hujan. Begitu lebat. Seburuk apapun itu, kehadirannya selalu berhasil menenangkan setiap suntuk, jatuh, mengalir bersama.
Aku memandang ponsel ku. Panggilan masuk. Aku berdiri dengan kaget, sehingga membuat semua orang dikafe menoleh kepadaku. Aku tak memperdulikan hal itu dan langsung pergi keluar, berlari kearah manapun. Selama aku berlari aku terus berusaha menghubungi orang yang kucari. Sial! Tidak diangkat!. Aku berhenti menepi, lalu menelpon ke salah satu nomer, yang bisa ku jelaskan bahwa ia adalah orang kepercayaanku .
" Ya. Halo?. LACAK DIMANA KEBERADAAN GADIS ITU DAN KIRIM SEMUA ORANG UNTUK MENCARINYA SEKARANG!."
Aku menutup panggilan dengan kesal dan terus mencari. Di Rumah Nyonya Senja tidak ada. Di tempat-tempat favoritnya ketika ia masih hidup dijalanan, ke halte ataupun kafe, aku mencarinya. Tidak ada. Sosok itu. Aram. Kau dimana Aram?. Aku membayangkan sosoknya yang bebas dan ceria. Argghh! Aku berdecak kesal
Aku masih mencari-cari Aram ditengah guyuran hujan. Setelah Tuan Fajar menelponku mengabari soal kepergian Aram dari rumahnya yang mendadak. Aku begitu frustasi karena sampai saat ini masih belum menemukannya. Drtt.. Aku mengangkat panggilan yang kutunggu.
Kami menemukannya. Gadis itu sedang duduk di depan toko di daerah pantai loka.
Aku kaget bukan main. Sejauh mana gadis itu pergi hah!?. Apa dia sudah gila?. Tempat itu jauh sekali dari rumahnya ataupun rumah Nyonya Senja. Aku mengacak rambutku kesal. Hah.. Untung saja tempat itu tidak jauh dari sini.
Apa yang harus saya lakukan sekarang?
" Tempat itu tidak jauh dari sini, jadi kamu bisa kembali ke pusat sekarang. Beritahu kabar ini pada yang lainnya agar tak mencari lagi."
Baik.
Aku menutup panggilan dan segera berlari menuju tempat itu. Ketika aku sampai, aku mecari dari sekian toko yang ada, tapi tidak ada. Apa jangan-janga.. haha tidak mungkin!. Aku berlari ke arah laut pantai. Benar saja. Aku terpana denga napa yang aku lihat. Aram, sedang berjalan lurus ke laut dalam.
" ARAM! ARAM! ARAM!."
Aku memanggilnya, ia sama sekali tak menyaut. Aku bergegas menyusulnya. Jarak kami cukup jauh. Aku berlari sekuat tenaga, dan histeris ketika Aram sudah benar-benar tenggelam. Aku menceburkan diriku dan menariknya ke permukaan. Astaga! Dia tak sadarkan diri. Aku segera berenang sambil memebawanya ke tepi. Raut wajahnya yang begitu sedih. Apa yang kau lakukan Aram?. Aku mengendongnya dan membawanya ketempat teduh, menjauh dari hujan. Aku meletakkannya di sebuah kursi Panjang, duduk disampingnya, kemudian menelpon orang kepercayaanku. "Halo? Kau dimana? Seka-." Aram, menarik bajuku, membuatku menjauhkan dan mematikan teleponku. Aku benar-benar bersyukur. "Aram untunglah kamu masih sadar? Apa kamu baik-baik saja? Apa ada yang terluka?." Hanya kata itu yang bisa kuucapkan. Aku tak ingin memarahi atau menanyainya karena tindakan bodoh yang ia lakukan. Aku benar-benar mengkhawatirkan nya. Aku melihat Aram bangkit dari posisi tidurnya mengahdapku disampingnya.
Tes
"kenapa?" aku melihat Aram menangis tanpa menatapku. "Kenapa kamu menyelamatkanku?" Aku terdiam, tak bisa menjawab apapun melihat dirinya yang saat ini menangis. "Saat itu, maupun sekarang. Kenapa kamu melakukannya?. Kenapa?." Aku diam. " EVRYTHING THAT YOU'VE DONE TO ME, IT IS A LIE?!." Aku masih terdiam. " Semuanya bohong. Hidupku penuh kebohongan dan kepalsuan. Ayah, Bunda, nenek, dan Kamu Adam. Semua yang terjadi, dan tindakanmu padaku.. Apa aku bisa katakan semua orang yang kutemui juga adalah kebohongan? Entah di masa lalu ketika aku hidup berkeliaran maupun sekarang.?". Aku tetap terdiam dan menunduk. Sepertinya Aram sudah tau. Aku tak bisa menyangkal ataupun membalasnya apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
T E M A R A M
Romance" Ini memang tentang diriku. Tapi ini juga bagian dari dirikau. Aku. Kamu. Kita. Dan kalian. Panorama ini akan tetap berlangsung. Menjadi pemanis dari tiap rasa. Menjadi pengisi dari tiap ruang hampa. Sebuah narasi indah. Berbumbu paradigma pengguga...