" Dua Kebahagiaan"
***
Pagi buta telah terbit, memberanikan sang mentari yang tersipu malu di balik malam. Aku terabangun dari lelap mendahului alaram digital yang telah kusetel. Aku menatap sekeliling kamar bernuansa biru, seolah masih tidak percaya bahwa aku benar-benar ada disini. Sudah setahun aku menjadi anak angkat ayah dan bunda. Pertemuan malam itu, benar-benar seperti sebuah berkah yang Tuhan berikan padaku. Sepertinya aku harus lebih sering bertaubat kali ini.
Aku tersenyum. Kali ini aku bahagia. Aku ingin menjaga kebahagiaan ini. Ayah dan Bunda yang menanggapku seperti anaknya sendiri. Kenyamanan dan semua kebutuhan yang terpenuhi, aku akhirnya bisa merasakan sekolah meski aku harus belajar lebih giat untuk mengejar ketinggalanku. Tak diduga-duga Bunda dan Ayah sampai turun tangan mengajariku setiap malam, mengesampingkan pekerjaan mereka yang sesungguhnya sangat sibuk.
Ping!
Aku melihat hpku. Sebuah pesan masuk.
Adam: " Hai! Pagi Nilam!. Jujur saja, panggilan Aram masih berasa asing dalam telingaku. Bagaimana jika aku memanggilmu Am saja? Sangat menghemat kosa kata dan mudah diingat."
Aku tersenyum membacanya. Meskipun aku sudah keluar dari kehidupan lamaku. Tuhan masih berbaik hati, dengan tetap mempertemukanku dengannya. Aku bertemu dengannya sekitar satu bulan setelah aku hidup bersama keluarga baruku. Tepatnya ketika aku pulang sekolah, saat aku di halte untuk menunggu angkot
" Nilam!?." Seseorang memanggilku
" Adam!?" Aku berdiri
" Astaga! Kau kemana saja? Aku benar-benar hampir gila karena tidak menemukanmu di tempat biasanya."
" Aku menemukan bintang jatuh kemarin, dan mendapat keberuntungan!. Aku sekarang tinggal dengan keluarga angkatku. Dan, Hei! Panggil aku Aram. Itu namaku sekarang."
" Benarkah? Oke, Aram!. Senang sekali mendengarnya!"
" Tapi ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa ada disini?."
" Seperti yang kamu lihat, aku habis pulang sekolah." Adam menunjukkan seragamnya.
" Kau pernah bilang bahwa kau seumuran denganku tapi aku tak pernah melihatmu disekolah ini, jadi kamu sekolah dimana?. Kenapa bajumu tidak ada bed logo sekolah?."
" Aku- baru pindah didekat sini."
" Benarkah? Sekolah mana?. Setahuku sekolah yang dekat sini.. Ah!? Apa di SMA Langit?"
" Hmm.. bisa dibilang seperti itu."
" Waw!. Takdir yang begitu aneh, sekaligus hebat!."
" Tentu. Mulai sekarang aku bisa bertemu dengan mu setiap hari." Adam menunduk mengimbangi tubuhku yang pendek dan mendekatkan wajahya seraya tersenyum manis. Jangan ditanyakan bagaimana yang pastinya hal itu benar-benar membuatku meleleh.
Ahhhh.. mengingatnya saja membuatku tersipu. Kali ini takdir seperti berpihak padaku
Kini, aku kembali menatap ponselku untuk segera membalas pesan yang Adam kirim.
Aram: Hai! Selamat Pagi!. Apapun panggilan darimu, aku bakal menerimanya sepenuh hati!
Pipiku merona. Tidak itu terlalu berlebihan *hapus
Aram: Hei dude! Astaga pagi-pagi sudah mempermasalahkan nama panggilan ku? Kau-
*hapus hapus

KAMU SEDANG MEMBACA
T E M A R A M
Romance" Ini memang tentang diriku. Tapi ini juga bagian dari dirikau. Aku. Kamu. Kita. Dan kalian. Panorama ini akan tetap berlangsung. Menjadi pemanis dari tiap rasa. Menjadi pengisi dari tiap ruang hampa. Sebuah narasi indah. Berbumbu paradigma pengguga...