Twenty Seven

1.2K 100 6
                                    

Penglihatan Taehyung terganggu, ia membuka matanya perlahan. Ia mendengar suara monitor holter menyala, bau-bau obat tercium begitu menyengat. Tangannya terasa disentuh lembut, ia melihat wanita pujaan hatinya duduk disebelahnya dengan keadaan tertidur. Ia teringat Jungkook sedang hamil anaknya.

"Ko-Kookie.. baby.." Ia membangun kan Jungkook dan terbangun.

Jungkook mengerejap kedua matanya tersenyum manis ketika Taehyung sadar lalu di balasnya. Taehyung mengeratkan kedua tangannya ingin tidak lepas dari Jungkook. Air mata membasahi pipi tembamnya, Jungkook menangis karena begitu merindukkan prianya itu.

"Hei sayang? Kenapa menangis, hmm??" Taehyung berusaha duduk namun ada yang nyeri di bawah sana. Jungkook membantunya untuk duduk pelan-pelan. Ia menatap ke arah Taehyung dengan iba.

"Oppa.. maafkan Kookie.. Aku pantas mendapatkan amarah dari mu.." isak Jungkook lalu Taehyung menyentuh kedua pipinya.

"Kookie, listen. Oppa tidak akan marah, jadi jangan menangis okay.." Jungkook menggeleng ribut.

"Oppa tidak mengerti, oppa pasti sangat terpukul.."  sanggah Jungkook.

Lalu ia membuka selimut yang di gunakan Taehyung. Pria itu diam. detak jantung nya terpacu cepat. Kaki kirinya diamputasi. Jadi ia hanya memiliki satu kaki. Jungkook menangis melihat reaksi Taehyung, dan pria itu sadar. Taehyung tertawa kecil karena Jungkook sangat gemas.

"Se-seharusnya Oppa tidak usah ikut menyelamatkanku hiks! Aku kan bisa mengatasinya sendiri hiks! Aku sampai membuat Vernon babak belur tahu- hiks!" Taehyung mengusap punggung Jungkook sambil terkekeh gemas.

"Kookie sayang, sungguh Oppa tidak marah denganmu. Itu sudah menjadi resikoku untuk menyelamatkan mu dan baby. Sudah yaa jangan menangis, kasihan baby-baby kita ikutan sedih.." ia mengusap air matanya. Lalu bibir keduanya dipertemukan. Taehyung memperdalam ciumannya tapi ia melakukannya lembut.

Sementara di luar ruang rawat kamar Taehyung banya yang berebutan mengintip karena penasaran melihat pasangan Taekook.

"Vernon! Minggir sebentar!?—

—apa sih Bambam!? Aku mau foto dulu.."

"Yak! Untuk apa kau memfotonya??" Geram Jimin.

"Kapan lagi boss kita seperti itu.."

BRAK!

Taehyung dan Jungkook terkejut ketika ketiganya terjatuh ke dalam karena pintu tersebut terbuka. Jungkook memaki-maki mereka habis-habisan, Taehyung memelas kepada Jungkook karena merasa kasihan dengan teman-temannya. Diluar sana, Yoongi, Mark, dan Hoseok menggelengkan kepalanya karena malu dengan tingkah rekan kerjanya.

Sementara di depan pintu kamar mayat, Yugyeom menatap kosong dinding itu. Ia kehilangan Wonwoo dan juga janin yang ada di perut wanita itu. Ini tidak sesuai ekspetasi rencananya. Hero, Taeyong, dan Jaehyun melihat pria itu dingin.

"Bro, mau sampai kapan kau disitu.. waktumy sudah habis.." sinis Taeyong.

"Di perjanjian itu.. Wonwoo tidak akan apa-apa?? Lalu mengapa kalian membuat dirinya mati hah!?" Yugyeom menarik kerah Taeyong. Jaehyun dan Hero mengeluarkan pistolnya dan mengarahkan kekepala Yugyeom.

"Kau tidak mencermatinya sama sekali, memang sesuai rencana. Boss kami tidak melakukan perintah apa-apa, itu semua murni kecelakaan dan Wonwoo sendiri yang memilih untuk mengakhiri hidupnya!" Geram Taeyong.

BUGH!

Yugyeom memukul rahang Taeyong, ketiganya pun menahan Yugyeom untuk tidak melawan. Ketika pintu kamar jenazah terbuka. Yugyeom main masuk, para perawat berteriak karena tidak boleh sembarang orang masuk. Ia membuka kain putih itu. Wajah Wonwoo tidur dengan tersenyum damai.

Pretty Woman [VKOOK] •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang