Dua Puluh Tujuh || Sahabat

864 69 13
                                    

Jangan lupa follow ruanghalu21

Selamat membaca setelah sekian lama hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca setelah sekian lama hehehe

💫💫💫

Nabilla kembali ke asrama paginya, walaupun sudah di larang keras oleh keluarga dan suaminya. Wanita hamil itu tetap nekat dengan dalih bahwa dia tidak apa-apa.

Tapi memang dia sudah tak apa-apa, tidak ada luka serius yang perlu di khawatirkan.

Nabilla kembali ke asrama karena ingin mengemasi pakaiannya karena mulai hari ini dia akan tinggal di ndalem bersama Adnan.

Tadinya Fatma menawarkan bantuan supaya Nabilla tetap istirahat, tapi wanita itu tidak mau karena ingin menemui temannya juga. Halifah Aina.

Di perjalanan menuju asrama, banyak sekali pasang mata yang menatap Nabilla penuh kecanggungan. Mereka merasa bersalah karena sudah melakukan hal tidak terpuji kemarin, dan lebih parahnya lagi mereka melakukan kejahatan itu pada cucu sang pemilik pesantren.

Sebenarnya bukan salah mereka yang berburuk sangka karena memang selama ini Nabilla selayaknya santri biasa, tapi tindakan mereka yang terlalu kasar itu memang kesalahan besar.

Merasa risih karena terus di perhatikan, Nabilla berjalan cepat tanpa menghiraukan sekitar.

Brak!

"Assalamualaikum."

Hening.

Padahal ada Ifa di ranjang yang sedang membaca sebuah buku.

Nabilla mengulum bibirnya. "Menjawab salam itu hukumnya wajib." ujar Nabilla seraya melangkah mendekat.

"Waalaikumsalam," jawab Ifa pelan.

Nabilla menarik ujung bibirnya, langkah pertama yang cewek itu ambil adalah menuju lemari, mengambil tas besar dan mengemasi barang.

Melihat itu Ifa sedikit melebar mata, membuang wajah marah lantaran tak ada penjelasan dari Nabilla untuk dirinya.

Mencoba abai dan terus membaca buku tanpa memperdulikan apa yang Nabilla lakukan. Namun, sebisa mungkin Ifa abai, dia tetap tidak bisa benar-benar abai. Nyatanya sekarang dia menghela napas kasar dan menaruh kasar bukunya di nakas.

Tentu hal itu membuat Nabilla kaget, tapi tak lama tersenyum kecil menaklumi.

Ifa istighfar berkali-kali di dalam dadanya, dia mencoba tenang dan kembali mencoba abai. Namun, rasanya tetap mengganjal, Ifa tidak bisa diam-diaman seperti ini dengan Nabilla.

Pada akhirnya Ifa kembali menghela napas kasar. "Nabilla, kamu gak mau jelasin sesuatu gitu sama aku??" tanyanya to the point tanpa menoleh sedikit pun.

Nabilla mengulum bibirnya, dia masih menata bajunya dengan perasaan gundah. Nabilla gelisah sekali, apalagi Ifa ini teman satu-satunya. Sahabatnya yang sudah seperti saudara, mereka sudah sedeket ini sejak dulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'am Not Muhammad SAW (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang