''Aku yakin tentang perasaanku padamu ini bahwa kau tak memiliki rasa yang sama."
...................
"Hiks..."
Alva yang mendengar isakan dari ruang keluarga pun memutuskan mendekati asal suara setelah ia dari dapur mengambil cookies yang sebenarnya untuk tetangga sebelah. Ya, siap-siap saja digeplak bunda Ariana besok.
"Kenapa lo dek?" tanya Alva dan duduk di samping Ana yang terisak.
"I- itu- ayang jatoh..." ucap Ana terbata dan menunjuk ke arah tv.
Alva melihat acara apa yang ditonton Ana, "Emang kurang pro sih si Fabio kan jatoh."
"Hiks... Huwaa!!!!"
"Loh kok?!"
"LO APAIN ADEK GUE?!"
"EH SAL, GA GUE APA-APAIN SUER!!!" ucap Alva dengan mengacungkan dua jarinya saat Salsa tiba-tiba datang.
"Lo kenapa An?"
"Kak... Si ayang Fabio crash... Itu sakit banget pasti..." mata Ana masih berkaca-kaca saat Salsa duduk di samping kirinya.
Salsa tertawa ringan lalu tersenyum lembut, "Dia bakalan ga kenapa-napa kok, udah jangan nangis. Ok?"
"Iya dek, si Diablo bakal baik-baik aja kok. Nanti gue kirimin cookies." ucap Alva sambil memakan cookies ditangannya.
"Dapet darimana cookiesnya?"
"Dari dapur, enak banget sih-- eh bunda, hehe..."
"Itu buat tetangga sebelah loh gantengnya bunda." ucap bunda Ariana dan mengusap surai Alva dari belakang, karena posisi bunda yang berdiri di belakang kursi.
"Bun- enak banget loh bun... Buat Alva aja ya? Masa bunda lebih sayang tetangga dari anak sendiri yang ganteng ini?"
"Terserah kamu deh Va, oh iya, bunda mau ke toko bunga dulu. Kalian baik-baik ok?" pamit bunda lalu keluar rumah.
Ana sesekali masih tersedu. Oh ayolah, siapapun yang melihat idolanya terluka pasti merasa sedih atau menangis. Ya seperti Ana saat ini saat idolanya, Fabio Quartararo crash.
"Kamu bakal ketemu mereka dek nanti." ucap Salsa tanpa mengalihkan pandangan dari televisi, tentu saja Ana tidak mengerti maksud Salsa dan hanya mengangguk.
...........
Gerard meregangkan ototnya saat ia selesai bermain catur dengan sahabat oroknya, Nata. Saat ini mereka berada di halaman belakang rumah Gerard.
"Adek lo sekolah dimana Nat?"
"Home scholling dia, mampusin aja."
"Main apa lagi ini?" tanya Gerard saat ia merasa bosan setelah selesai bermain catur.
"Ngapain ya? Masa iya mau buat konten joget-joget gitu?"
Gerard bergidik dan menatap Nata aneh, "Aneh lo, prik banget. Gak mau gue! Jangan lenjeh dong beb."
"Lo tuh yang lenjeh."
Gerard merebahkan tubuhnya di karpet, "Nat, kayanya gue suka deh sama temen sekelas."
"Siapa nying?" ucap Nata dengan menopang dagunya.
Gerard tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya, "Rahasia dong."
Setelah mendapat lirikan sinis dari Nata, Gerard meraih ponselnya. Beberapa pesan masuk, tapi tidak ada yang dibaca atau dibuka olehnya. Ia memutuskan mengirim pesan pada seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
3101
Teen FictionTentang cinta yang tak pernah terucap. Bila nanti ada saatnya, bagikanlah waktumu untukku dan bagimu.