9.

9 4 36
                                    

"Ku kira kita berakhir bahagia, tapi kenapa kau memberiku duka?"

.........

Alva membawa pulang Ana yang kondisinya dapat dibilang kacau. Oh ayolah! Jika itu kau berada di posisi Ana kau pasti juga merasa hal yang sama.

Air mata itu tak berhenti jatuh dari manik hazel Ana, beberapa kali Alva memberi kalimat penenang tapi itu tak ada gunanya.

"Ana baik-baik aja kan kak?" tanya Salsa saat Alva keluar dari kamarnya setelah memastikan Ana tenang di kamar Alva.

Alva mengelus rambut coklat Salsa, "Nggak baik-baik aja Sal, biarin dia tenang dulu."

Salsa mengangguk, tentang kondisi Gerard ia sudah tahu melalui ponsel Ana yang tertinggal dalam keadaan menyala dan berita Gerard pun sudah heboh.

"Mega gimana?" tanya Alva yang terlihat khawatir.

"Mega udah tidur kak, biarin dia tidur di kamar aku. Kakak udah kunci pintu sama jendela?" ujar Salsa.

"Udah. Kamu juga tidur ya? Udah malem, nanti cantiknya luntur." ucapan Alva itu membuat senyum di bibir Salsa merekah.

"Iya."

Saat kembali ke kamarnya, Alva melihat adik bungsunya itu meneteskan air mata walau ia sedang tertidur.

Pukul 2 malam dan Alva masih terjaga, duduk di samping Ana yang tertidur -tidak nyenyak- merapikan anak rambut gadis itu.

"Sakit banget ya dek?"

..........

Nata masih blank, ia duduk dengan tatapan kosong di kursi tunggu rumah sakit. Ini seperti mimpi buruk baginya.

"Nata!"

Ia bahkan tidak menoleh saat Ricky yang baru datang memanggilnya. Ricky duduk di samping Nata, menepuk pelan bahu sahabatnya itu. Di depannya juga ada seorang laki-laki berusia sekitar 35 tahunan dan seorang wanita berhijab. Itu paman dan bibi Gerard.

"Gue gak tau kudu ngomong apa." ucapan Ricky berhasil mengalihkan atensi Nata.

Nata menautkan alisnya bingung, "Gerard udah sadar belum? Tadi dia koma."

Lirihan Nata membuat hati Ricky seakan teriris, ia harus sebisa mungkin menyadarkan sahabatnya ini.

"Kita tunggu dokter keluar aja ya? Gue gak tau." ucap Ricky sekenanya dan diangguki polos oleh Nata.

Seorang suster keluar dari ruang autopsi, "Permisi?"

"Ya sus, bagaimana?" jawab paman Gerard, Jason.

"Apa jenazah akan dibawa pulang sekarang?"

"Iya."

"Baik pak. Silahkan urus administrasinya."

Nata yang menyimak pun menatap polos ke arah Ricky, "Kok jenazah? Kan Gerard koma?"

"Sialan lo Gerard! Beraninya lo pergi gitu aja!"

Ricky tidak menjawab tetapi batinnya yang berbicara.

Bibi Gerard, Noa, mendekat ke arah Nata dan Ricky, "Kalian pulang ya? Udah malem." ujarnya lembut.

"Aunty, Gerard udah sadar?"

Noa terdiam dan air matanya menetes lagi, cepat-cepat ia menghapusnya dengan punggung tangannya saat Nata menanyakan hal itu, "Pulang dulu yuk?"

"Kalo pulang, Gerard sama siapa di sini aunty?"

"Gerard sama dokter. Yuk pulang?" bujuk Noa pada Nata.

"Pulang yuk, besok ke Gerard lagi. Kalo lo nggak pulang, gue aduin Garcia!" ancam Ricky karena Nata yang keras kepala.

3101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang