"It's cold and empty without you in here."
.........
Kelas terasa berbeda, tangkaian bunga mawar menghiasi meja Gerard. Bunga mawar yang dibawa untuk mengenang Gerard. Tidak! Dia belum mati!
Ana masih tidak percaya, baginya ini hanya mimpi. Ia berharap seorang Gerard Satria Dione bernasib seperti Logan Lee di drama Penthouse, dimana ia yang dikabarkan tewas ternyata masih hidup.
Menyentuh meja Gerard membuat hatinya berdesir, nyatakah ini?
"Ana..."
Ana menoleh pada suara serak yang menginterupsinya, "Kenapa Nat?"
Grep!
Nata memeluknya erat, tapi Ana merasa bahunya basah dan punggung Nata bergetar. Nata menangis.
"Jangan nangis, kenapa?" ia menepuk pelan punggung Nata tanpa membalas pelukannya.
"Gerard... Ninggalin gue sama Ricky..."
Terlihat kehampaan dari sorot manik cokelat tua milik Nata yang basah saat melepas pelukannya pada Ana, "Udah takdir, lo yang kuat ya?" ujar Ana.
Jujur, Ana sendiri pun masih tidak percaya ini. Oh, ayolah! Pantai mana yang akhirnya akan dikunjunginya dengan Gerard?
"SI JAMET GEMING NGAPAIN LO NANGIS LAGI SIH BAZEENNNGGG!"
Ana memejamkan matanya agak kaget karena teriakan dari Ricky yang kental kekesalan pada Nata yang menurutnya -amburadul-
Nata menoleh dan menyeka air matanya, "Lo udah dateng? Gerard mana?"
"Di surga! Duduk lo sama gue!" bukannya Ricky membenci Nata, tapi ia merasa kawannya ini akan sakit jiwa jika dibiarkan.
Nata hanya menurut diseret Ricky duduk di bangku barunya, karena bangkunya dengan Gerard akan dikosongkan.
Ana duduk di bangkunya, memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan air matanya.
"Jangan nangis terus, kasian Gerard. Ya?" ucap Mega sembari mengelus pundak Ana.
Ana menyeka air matanya kasar, ''Dia ga tau kalo gue crush-in Meg."
"Iya, yang sabar."
Setiap guru yang mengajar di kelas Ana mengucapkan bela sungkawa, Ana merasa semesta tidak adil. Tapi, bagaimana dengan takdir Tuhan?
Kini, Ricky-lah yang memimpin setiap do'a di kelas mereka. Bukan lagi suara berat Gerard maupun suara lantang Nata yang sekarang terpuruk.
"Kumohon berhenti mengucap bela sungkawa. Seseorang, katakanlah bahwa laki-laki itu belum pergi."
Dengan alasan flu, Ana memakai maskernya untuk menutup air matanya. Kebetulan guru yang mengajar sedang ada urusan, jadi beliau hanya memberi tugas.
"Hiks... Huaaaaaaaaa!!!! Hiks!!"
"Drama apa lagi si kuyang." sinis Mega saat Kinan tiba-tiba menangis kencang.
"HEH LO KENAPA LAGI KUYANG GEMING?! BISA DIEM GA LO?! LEBAY AMAT JADI CEWEK!"
"HUAAAAAAA!!! OKTAAAA!!! GUE DIBENTAK RICKY!"
"NGADU LO NGADU!"
"LO BISA DIEM GA SIH RICK? DIA ITU SEDIH!" bentak Okta pada Ricky.
"GA BISA! MAU APA LO?!"
Brak!
Ana menggebrak mejanya, hingga suasana kelas menjadi hening. Pikirannya kacau dan ditambah suasana kelas yang tak kalah kacau karena si -kuyang geming- kata Ricky.
KAMU SEDANG MEMBACA
3101
Teen FictionTentang cinta yang tak pernah terucap. Bila nanti ada saatnya, bagikanlah waktumu untukku dan bagimu.