12.

3 4 29
                                    

"Kalian mencoba menyakitiku rupanya."

..........

Sekolah nampak ramai, Ana datang terlambat karena Alva yang bangun kesiangan.

"Hai hai hai!"

Ana terperanjat kaget saat seseorang mencegatnya, orang itu Kinan dan antek-anteknya. Kinan dengan tampang sok garangnya mencegat Ana.

"Hei pembunuh!'' ucap Kinan dan mengikat rambut hitamnya.

Ana mengerut, "Pembunuh? Siapa? Gue?"

"Ya iyalah elo! Emang siapa lagi!"

"Siapa yang gue bunuh?" ucap Ana dan melayangkan tatapan tajam pada Kinan.

Kinan mendengus kesal, "Gerard, kalo aja Gerard nggak deket sama lo dia masih di sini! Emang dasar pembunuh lo itu!"

Byur

Ana memejamkan matanya saat dirasa seember air bekas pel itu mengguyur tubuhnya, tentu saja Okta pelakunya.

"LO APA-APAAN SIH ANJIR?!"

Plak!

Satu tamparan mengenai pipi kiri Ana, yang dilayangkan Kinan hingga membuatnya tersungkur dan sialnya ini adalah lorong kosong yang sangat jarang dilewati.

Ana memegang pipinya yang memanas, "Lo gila ya Kin?"

"Lo yang gila! Gara-gara lo Gerard menjauh dari gue! Lo mikir dong bego!" Kinan mencengkeram dua kedua bahu Ana dan menatapnya tajam.

Salah satu teman Kinan maju mencengkeram pipi Ana dan Okta menjegal tangan Ana.

"Dan... Lo jangan sekali-kali berani deketin kak Alvaro! Kalo sampe lo deketin dia gue bak ngasih perhitungan ke lo!" ujarnya yang bernama Lucy dan melepas tangannya.

Kinan melepas cengkeramannya, "Elo itu murah banget ya An ternyata? Sama Gerard mau, sama Nata mau, dan sekarang? Sama Kak Alvaro juga mau?"

"Kalian ga tau siapa Kak Alvaro kan?" ucap Ana dengan seringaiannya.

Dugh.

Ana tersungkur meringis sakit ketika Lucy menendang tulang keringnya dan menjambak rambutnya.

"Elo... Nggak bisa deketin kak Alva! Ngerti?!" gertak Lucy.

"Semuanya elo embat ya An? Haha! Murah banget jadi cewek." ujar Kinan dan berjongkok di depan Ana.

Setelahnya, ketiga orang itu pergi meninggalkan Ana yang kacau. Seragam basah dan acak-acakan. Dengan menumpu pada tembok, Ana berdiri dan merapikan dirinya yang tidak bisa rapi.

Ana tersenyum miring melihat punggung ketiga orang yang mengganggunya tadi menjauh, "Kalian mau bully gue ya? Salah sasaran loh walaupun gue agak pendiem haha."

Dengan santai, Ana berjalan ke arah koperasi sekolah untuk membeli seragam baru lalu mengganti seragamnya di toilet sekolah. Membuang seragam lamanya di tempat sampah dan mengambil name tag miliknya.

Bel masuk berbunyi sekitar 30 menit yang lalu, Ana berjalan ke kelas dengan santai, "Permisi."

Teman-teman sekelasnya menatap ke arah Ana yang masih di ambang pintu.

"Boleh saya masuk?" ucap Ana.

Pak Aryo menatap heran Ana yang memasang wajah datarnya, "Kenapa baru datang?"

"Tidak ada alasan." jawab Ana dingin.

Sang guru menghela nafas berat, "Segera duduk."

Ana mengendikan bahu acuh dan berjalan kearah bangkunya. Membuka buku tulisnya untuk mengerjakan tugas di papan tulis karena Pak Aryo meninggalkan kelas saat jam pelajaran masih tersisa 90 menit.

3101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang