Berkali-kali Aidan mencoba menelpon Abhim namun tak satupun dari panggilannya di jawab oleh laki-laki itu. Aidan khawatir, baru pertama kalinya ia merasa tidak enak karena telah menyebabkan seseorang terkena hukuman atas ulahnya.
"Jawab bhimm!" Kesalnya sambil menatap layar kaca smartphone.
Aidan masih di pekarangan rumah mewah milik ayahnya, ralat rumah mewah yang sebentar lagi akan menjadi milik Ezrha kakaknya. Mengingat lelaki itu membuat Aidan berdecak kesal. Seandainya Ezrha tidak datang ke bar, membawanya pergi menggunakan mobil dan menyeretnya masuk ke rumah jeruji besi, pasti saat ini dirinya tidak berjalan kaki kebingungan seperti bocah tersesat.
Ia membutuhkan motornya.
"Hallo? Dan?! Lo dimana?"
"Yos? Yossi?" Satu tarik napas lega Aidan hembuskan sesaat telponnya berdering, Yossi teman dekatnya yang juga sering main ke bar menelpon dirinya saat itu juga.
"Yossi! Ambil kunci motor gua, jemput gua cepat!" Aidan setengah berteriak, tak terasa kedua kakinya membawa tubuh Aidan hingga di depan supermarket kecil tepat di luar komplek perumahan mewah papanya.
"Ha? Sorry.. sorry.. gua nggak denger! Berisik banget musiknya!" Aidan mendengus kasar. Memang sedikit makan hati kalau berbicara dengan Yossi.
"Lu keluar dulu! Cepetan! Urgent banget gua!"
"Iya anjir sabar!" Terdengar decakan kesal Yossi dari ujung sana, namun mau tidak mau laki-laki itu menuruti perkataan Aidan.
***
Kurang lebih tujuh belas menit Aidan menunggu Yossi menjemputnya. Sesuai perkataan Aidan barusan, Yossi benar-benar menjemputnya tepat di depan supermarket.
"Lelet lu."
"Monyet lu! Makasih kek!" Yossi membogem lengan Aidan yang nampak tergesah mengambil alih stang motornya.
"Helm gua mana?!" Aidan mengambil helm miliknya dari kepala Yossi, laki-laki yang memiliki gaya rambut mullet berwarna ash grey itu hanya bisa melotot akan kelakuan Aidan.
"Santai apa! Lu mau kemana sih emangnya?!"
"Mau tau banget lu urusan gua?" Aidan menatap sinis Yossi di balik helm yang menutup setengah wajahnya. Motor kini sudah ia starter.
"Dih si anjing!" Yossi memutar kedua bola matanya kesal melihat Aidan yang mulai bersiap untuk meninggalkannya.
"Eh sinting! Terus gua di tinggalin disini?" Mendadak Yossi berdiri tepat di depan motor Aidan yang membuat laki-laki itu kaget.
"Bentar elah! Itu di meja ada plastik hitam, cemilan, rokok, sama liquid gua yang lu minta kemarin udah gue bungkus. Lu pulang naik grab sana gue buru banget."
"Lah di pikir gue bawa dompet! Kan gue ngiranya cuma jemput lu doang bego, uang gue tinggal di bar!"
Segera Aidan merogoh koceknya, membuka dompet dan memberikan beberapa lembar merah pada Yossi, anak laki-laki itu tersenyum lebar dan segera menyingkir dari front fender Ducati milik Aidan.
"Widihh! Oke sip. Hati-hati bro!" Kalimat terakhir Yossi pada Aidan sebelum laki-laki itu melesat menembus angin malam di jalan raya.
Yang ada di pikiran Aidan hanya ada Abhim saja untuk saat ini. Aidan merasakan ketakutan akan Abhim yang mungkin sangat marah pada dirinya, Aidan takut kalau Abhim tidak ingin berbicara pada dirinya atau lebih buruknya lagi nomor whatsapp-nya akan di blokir oleh Abhim. Mungkin itu akan menjadi mimpi buruk Aidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steal My Boy [BxB]
Roman pour Adolescents🔞INI CERITA HOMO, HOMOPHOBIC DILARANG MEMBACA🔞 ---------------------------------------------------------- Cerita ini nggak akan jauh-jauh dari tiga orang di bawah ini ; Abhim Julius Zoran. Aidan Yukazi. Ezrha Hayden. ...