21

3 0 0
                                    

Aku sudah sampai pada titik hancur ku. Seks dengan Pope memperburuk keadaan alam bawah sadar ku. Tidak hanya mereka memperebutkan status dominan di dalam kepala ku, memiliki salah satu dari mereka yang nyata dan bernyawa setiap waktu dan setiap harinya bersama ku adalah sesuatu yang tidak bisa ku hindari. Tidak peduli berapa kali aku melakukan dengan Pope, pada penghujung hari, Ace Bricklin masih tinggal bersama ku secara fisik dan mental. Aku sungguh sudah melewati titik hancur ku. Dia menang, dan aku akan mengaku kalah.

Aku yakin kalian pasti penasaran apa yang terjadi sebelum aku sampai pada titik ini. Jangan khawatir, aku akan menceritakannya, itu alasan ku berada di sini, bukan? Untuk menceritakan cerita? Sekarang mari kita kembali ke beberapa menit sebelum momen ini, kembali pada titik di mana aku baru saja pulang kencan dengan Pope dan Ace sudah menanti di dalam kamar ku.

"Shit!" Aku menjatuhkan barang-barang ku, "apa yang kau lakukan di kamar ku?"

"Masih rumah ku," balasnya singkat

Dia mengintai ke arahku, aku berusaha untuk bergerak, merapikan barang-barang yang ku jatuhkan sebelumnya, tapi aku tidak bisa. Ada sebuah kekuatan gaib yang menahan ku di tempat. Saat ia cukup dekat dengan ku, tangannya melayang ke leher ku, lalu ia mulai meremasnya

"Ace, berhenti!" ucap ku tercekik, berusaha menarik tangannya dari leher ku, "aku tidak bisa bernafas!" Coba ku lagi, panik mulai menguasai diri ku, "aku butuh udara!"

Pada titik itu, aku mulai meronta-ronta, kepala ku sudah mulai terasa ringan, aku merasa oksigen mulai meninggalkan tubuh ku, harapan sudah terasa sangat jauh. Menatap wajahnya, yang aku lihat hanya tatapan kosong dan dingin, dia sungguh benar-benar akan membunuh ku kali ini. Aku akan mati, dan saat itu terjadi, aku harap ia akan mengubur ku di tempat yang layak dan tidak membiarkan ku membusuk begitu saja.

Lalu, saat aku sudah tidak berdaya dan hampir akan pingsan, Ace tiba-tiba melepaskan leher ku, dan menggantikan tangannya dengan bibirnya, membuat ku menarik nafas dalam, hanya kali ini, bukan untuk udara. Menyelipkan tangannya ke punggung ku, ia menarik resleting baju ku, lalu dengan kasar ia menarik bagian depannya lepas. Ini adalah jenis atasan yang sudah memiliki bulit-in bra, jadi saat Ace menariknya, bagian depan ku terekspos dalam sekejap. Tangannya lalu bergerak ke bokong ku, yang selanjutnya ku temukan ia posisikan untuk mengangkat ku dari lantai, mensejajarkan payudara ku tepat di depan mulutnya. Sesaat aku merasakan kehangatan mulutnya di puting ku, tangan ku secara refleks terangkat untuk menjambak rambutnya dan mulut ku melepaskan erangan.

Caranya melumat puting ku membuat ku berpikir ia sedang mencoba menyedot ASI darinya, dan itu sungguh membuat hormon-hormon ku melompat melebihi kepala ku. Walaupun sebenarnya apa yang ia lakukan terasa nyeri, tapi sepertinya tubuh ku tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang harus segera dihentikan, karena ternyata tubuh ku menyukainya dilihat dari bagaimana aku baru saja mengalami orgasme mini dari hanya sekedar permainan puting.

Karena sekarang kita sudah ada di sini, aku tidak lagi bisa menahan impuls ku untuk tidak mencoba merasakan bibirnya, dan kembang api yang seharusnya aku rasakan dengan Pope, aku merasakannya dengan Ace sesaat bibir kita bertemu. My God, aku mengira bibir Pope sudah manis, tapi ternyata milik Ace terasa lebih manis, dan kenyal. Bagaimana sesuatu yang salah terasa sangat benar? Ini sangat gila!

Sekarang aku bisa merasakan kita bergerak. Sesuatu tentang ini terasa familiar, bergerak dari satu tempat ke tempat lain saat kita tidak berhenti terhubung seperti ini. Lalu aku teringat kalau inilah bagaimana mimpinya dimulai. Ace akan menggendong ku, membawa ku ke kasur, lalu ia akan mulai mencabuli ku, dalam artian baik tentu saja, ini bukan pemerkosaan. Pada momen ini, itulah tepatnya apa yang ia lakukan pada ku, tapi tidak seperti dalam mimpi ku, pada kejadian nyata ini, setelah ia melepaskan pakaian ku seluruhnya, dia menggunakan lidah tajamnya itu untuk menikmati cairan ku, dibawah sana, dan dia sangat handal dalam melakukannya.

Life As Of All The What IfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang