BAB V : Brothership

442 208 14
                                    

Hallo ... Langsung cuss baca aja yuk 😉 jangan lupa untuk vote, coment and share.

Happy reading guys 🥰

~*****~
.
.
.

Ubay yang telah sampai di kost. Ia tengah mengobati sudut bibirnya dengan mengompresnya menggunakan air hangat dan handuk kecil, sambil sesekali meringis karena menahan sakit. Pintu kost terbuka, dan ternyata, Alif yang juga baru pulang langsung duduk di sebelahnya dengan menyandarkan tubuhnya di sofa tersebut.

Alif mengehela napasnya beberapa kali. "Bay, sumpah. Lo tadi pasti nggak bakalan percaya sama apa yang gue alamin bareng Oman."

Ucapan itu hanya di tanggapi lirikan sekilas oleh Ubay, ia masih fokus mengobati sudut bibirnya. Hingga membuat Alif yang tak mendapat respon dari Ubay, membuatnya melirik, ia membenarkan posisi duduknya dan memperhatikan aktivitas temannya itu.

"Lo abis berantem sama Inez?"

"Bokapnya," jawab Ubay dengan melirik sekilas.

Alif berkerut kening. "Bokapnya? Kok bisa?"

Ubay Mendengus pelan, ia menaruh handuk kecil itu tempat di mangkuk yang berisi air hangat tersebut, lalu menoleh pada Alif. "Ceritanya panjang."

Ubay bangkit lalu menaruh mangkuk kecil tersebut ke area dapur. Tak lama, Ubay Kembali mengambil ranselnya, berjalan menuju kearah kamar.

"Nyokap Lo gimana?"

Pertanyaan Alif berhasil membuat Ubay menghentikan langkahnya, ia menoleh kearah temannya yang kini sudah berdiri tak jauh darinya.

"Tadi Indah chat gue, dia nanyain Lo dan sedikit cerita soal kondisi nyokap Lo."

Ubay menghelah nafasnya. Iya, dia dan Alif sudah berteman dari SMA, maka sudah pasti Indah pun mengenal Alif dan sudah menganggapnya seperti kakak sendiri, termasuk bercerita hal seperti ini.

"Bay?" Panggilannya mampu membuat Ubay menoleh padanya.

Ubay langsung mengambil ponselnya di saku celana, lalu ia tunjukkan rincian biaya pengobatan Ibunya pada Alif. "Pengobatan nyokap gue kurang lebih sekitar 200juta, Lif."

Melihat betapa banyaknya rincian tersebut, membuat Alif tertuju pada Ubay yang baru saja mengalihkan ponselnya.

Alif menepuk pelan bahu Ubay. "Sorry, Bay. Sampai saat ini gue belum bisa bantu Lo. Tapi gue bakal--"

"Lif. Gue ngekost aja gratis. Karena semuanya udah Lo yang bayarin. Bahkan, para mahasiswa yang joki skripsi ke gue, itu aja Lo yang nyari mereka. Semua yang udah lo lakuin itu bener-bener bantu gue, Lif," ujarnya dengan senyuman tipis di wajahnya.

Alif mengangguk kecil yang juga membalas senyuman Ubay. Tiba-tiba, pikiran Alif teringat akan buku yang terdapat daftar nama itu.

"Eh, Bay. Buku itu, masih ada di tas lo, Kan?"

Ubay mengerjapkan kedua matanya, ia juga baru ingat akan hal tersebut. Ubay mengangguk, langsung duduk kembali di sofa itu dengan menaruh ranselnya di atas meja. Begitu juga dengan Alif yang duduk tepat di sampingnya.

"Yaudah, buruan tunjukkin ke gue, mana bukunya. Gue udah ga sabar pengen baca itu daftar nama apaan," sahutnya.

Ubay mengangguk, lalu ia mulai membuka resleting ranselnya, namun ia mengurungkan niatnya sejenak, lalu melihat kearah Alif. "Tapi, tadi waktu gue nganterin Inez pulang. Tiba-tiba aja kita dihadang sama segerombolan orang ga di kenal."

BLACKLISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang