BAB VI : Negotiation

389 202 8
                                    

Hallo ... Kembali lagi dengan Fiya 😉 yuk lanjut baca kisahnya.

Jangan lupa untuk, vote, coment and share 🙏

Happy reading guys 🥰
.
.
.

~*****~


O

man, kini sudah sampai di ruangan ketua prodi. Dirinya sedari tadi duduk diam sambil menunduk karena di cerahami oleh Pak Salim yang berdiri tepat di depannya.

"Kamu pasti tau kan, Oman. Mobil itu milik wakil rektor kampus ini, yaitu Bapak Priadi Kurniawan. Tapi, kenapa tetap kamu tabrak mobil itu. Kamu mau nyari gara-gara atau gimana, hah?"

"Maaf, Pak. Tapi saya benar-benar ga tau kalau mobil itu punya Pak Priadi," jawabnya yang masih menunduk seraya memainkan jari jemarinya.

"Tidak mungkin kamu tidak tau, Oman. Karena jelas-jelas dari plat nomor mobilnya saja sudah ada tandanya. Bahkan, disudut kaca mobil sebelah kanan ada logo kampus ini."

"Iya, Pak. Saya tau tapi, kan--"

"Nah, itu barusan kamu bilang tau. Berarti kamu sengaja melakukan itu?" Sahutnya memotong perkataan Oman.

Oman mengerjapkan kedua matanya, ia mendongak melihat ke arah Pak Salim. "Bukan gitu, Pak, tapi maksud saya--"

"Oman, kamu ini sebenarnya sengaja atau ga?"

Pak Salim yang lagi-lagi menyela ucapannya, membuat Oman mendegus dan langsung bangkit dari posisinya, menghadap ke arah Pak Salim.

"Pak, saya kan udah bilang berkali-kali sama Bapak, kalau saya benar-benar ga tau. Itu mobilnya, Pak Priadi. Saya juga nyerempet itu nggak sengaja, Pak."

Lelaki itu memperhatikan mahasiswanya dari ujung kaki hingga ujung rambut sambil sesekali memegangi gagang kacamatanya, lalu ia membuka topi yang di kenakan Oman, hingga membuat sang empunya terkejut. "Pak, topi saya, Pak."

"Kamu ini niat kuliah atau ga? Lihat tuh, celana kamu robek-robek gitu. Ga punya duit kamu untuk beli celana baru. Ini juga baju kamu, lengannya warna hitam putih, bajunya warna abu-abu mau zebra cross kamu. Nah, itu lagi rambut kamu, kenapa ada jalan tikus di atas telinganya."


Oman langsung menyentuh sekilas rambutnya. "Em, bukan jalan tikus, Pak. Tapi jalan kutu. Kalau jalan tikus ga muat di kepala saya, Pak," ucapnya dengan candaan, agar tak tegang.

Pak Salim menggeleng dengan helaan napas. Ia memberikan topi milik Oman, lalu berjalan menuju ke meja kerjanya.

"Saya ga tau bisa bantu kamu atau ga. Atau mungkin, kamu yang harus ketemu sama Pak Priadi untuk minta maaf atas kejadian itu," ucapnya yang kini sudah berdiri di depan Oman lagi, lalu memberikan amplop besar berwarna putih yang diterima Oleh Oman.

"Apa ini, Pak?"

"Ya dibaca, jangan cuma di lihat," sahutnya.

Sementara itu, Alif yang sedari tadi menunggu Oman di luar ruangan tersebut. Ia masih fokus pada ponselnya, hingga pesan dari Ubay masuk yang langsung ia baca.

||Ubay

("Lif, Lo harus temanin gue. Bu Luluk, kepala UPT perpustakaan kita nyuruh gue ke ruangannya, katanya mau bahas soal buku yang ada daftar namanya itu. Buruan, Lif Lo kesini. Ruangannya tepat di depan pintu luar ruang perpus.")

Saat Alif tengah fokus, membaca pesan tersebut. Tiba-tiba, Oman keluar dari ruangan ketua prodi yang membuat pandangan Alif tertuju pada temannya itu dan memasukan ponselnya ke saku celana.

BLACKLISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang