12

789 126 20
                                    

Warning! 18++

Kepulangannya ke Seoul mungkin menjadi penyesalan terbesar bagi Joy. Wanita ini sama sekali tidak tertidur dari semalam. Matanya terpejam tapi otaknya masih bekerja dengan kesadaran penuh.

'Drrrr drrt... I scream you scream',

Mata lentik miliknya terbuka penuh saat ini. Begitu juga dengan tangannya mengarahkan ponsel miliknya kearah telinganya.

"...."

"Aku baik-baik saja disini. Oppa, mintakan bibi Jung untuk membuatkan sup rumput laut. Untuk makan siang bubur ginseng saja", ucap Joy disela-sela sambungan teldin tersebut.

"....",

"Baiklah. Keuno!", Joy mematikan sambungan telfon tersebut dan menghela nafas. Hidung miliknya dapat mencium dengan jelas aroma obat khas rumah sakit. Ia kembali menghela nafas mendapati Somi yang terbaring dan kedapatan kembali menangis. Perasaan bersalahnya kembali muncul, tapi syukurnya saat ini logikanya dapat menepis dengan tegas rasa bersalah yang hampir kembali menyelimutinya.

Ingatannya kembali memutarkan memori malam kemarin. Dimana ia menangis dan pria itu datang untuk menenangkannya.

'Jangan menyalahkan dirimu sendiri! Somi-ssi juga pasti tidak akan menyalahkanmu!', kalimat dari Vante tadi malam masih berputar terekam otaknya dengan jelas. Wanita ini bahkan mengingat dengan jelas bagaimana Vante yang kesal karna kekeras kepalaannya dan berakhir ia diseret kehadapan Somi yang kala itu baru saja selesai menjalani proses kuretasenya.

'Apa wanita ini membunuh bayimu?', pertanyaan yang Vante layangkan pada Somi malam tadi. Somi jelas menggeleng sebagai jawaban malam tadi. Lalu munculah kesepakatan untuk merahasiakan hal ini dari Chanyeol. Keberadaan Somi juga dirahasiakan.

"Kau tidak perlu menemaniku seperti ini Onni", ucap Somi sopan. Joy menggeleng dengan keras kepala. Joy pun tahu bagaimana rasanya ditinggalkan dalam kesendirian saat keadaan ini.

Joy masih mengingat dengan jelas apa yang ia rasakan kala itu. Bayangan tentang dirinya yang masih berusia 15 tahun itu masih sangat jelas. Gadis yang menangis sendirian didalam kamar rawat miliknya.

"Kau tak boleh sendirian saat ini", tegas Joy padanya. Demi apapun pukulan ini menghantamnya begitu jelas. Ia masih tidak habis pikir mengapa Tuhan membiarkan kejadian ini terjadi pada orang lain dan harus ia yang menjadi saksi. Dan berefek dengan bayangan masa lalu yang kembali menghantuinya.

FLASHBACK POV
Seoul, 2010

"Oppah!!! Ngghh! Yya!", entah sudah keberapa kali Joy memekik saat ini. Tangan miliknya menahan dada bidang pemuda yang memakai seragam yang berbeda dengannya. Pemuda itu berakhir ketawa dengan gelagat jahilnya dan kembali mengecup bibir ranum milik Joy.

"Oppa! Hentikan", pinta Joy lalu mendorong tubuh pemuda itu untuk sedikit berjarak dengan tubuhnya. Ia memperbaiki seragamnya yang bahkan kini tak lagi terkancing dengan baik.

"Wae???", protes pemuda itu. Rona merah muda itu kembali muncul diwajahnya.

"A... Aku malu", pemuda itu tertawa dengan lantang lalu memeluk tubuhnya erat.

"Kenapa baru sekarang kau malu? Hm?",

"Pokoknya aku malu, oppa!", ujarnya lagi. Vante tertawa lepas lalu menhujani pipi milik Joy dengan kecupan-kecupan nakal.

"Oh hayolah! Aku hanya ingin mengecheck ukurannya. Aku berjanji tidak akan memasukan milikku hari ini", Joy menatap Vante dengan tatapan horornya.

"Ukurannya ya segitu-gitu saja oppa. Jeballl!",

AGONY VJOY (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang