14

855 133 15
                                    

New York, 2022

"Ini! Tolong titipkan ke Vante. Ini juga lalu... Ah ini dan sebentar", Jennie dan Wendy menatap satu sama lain lalu memutar bola mata mereka malas.

"Ck! Kau selalu seenaknya. Kau tidak tahu apa yang aku dan Jennie hadapi selama ini? Setiap kau menitipkan sesuatu untuknya pada kami. Kami yang akan diceramahi kau tahu!", protes Wendy kesal. Jennie mengangguk setuju.

"Oh masih syukur jika ia hanya menceramahi. Kau belum tahu pertanyaan yang dia tanyakan pada kami. Ini juga tidak adil baginya Joy!", Jennie menghela nafas kasar begitu kalimat yang ia ucapkan selesai. Joy tertawa kecil, ia tahu ia sangat amat egois. Disaat Joy masih bisa menitipkan hadiah-hadiah pada Vante. Pria itu justru tidak memiliki akses apapun untuk menghubunginya dan menemuinya. Pria itu hanya bisa mengetahui keberadaannya lewat pemberitaan televisi saja. Dimana Joy selalu berpindah-pindah negara untuk mengikuti ajang ice skatingnya itu.

"Jangan tertawa! Kau tidak kasihan padanya? Ini sudah 4 tahun... Kau sudah menggantung perasaannya selama 4 tahun!", tegas Wendy. Joy membuka mulutnya sedikit ternganga. 4 tahun... Ia bahkan tak sadar jika sudah selama itu sejak terakhirnya melihat secara langsung Kim Vante. Kali terakhirnya bahkan melihat pria itu dalam keadaan mabuk.

'Aku bodoh. Bodoh. Bodoh. Bodoh. Joy harus kembali. Harus! Harus! Harus! Punyaku tetap punyaku!',

Kalimat yang terlontar saat pria itu tengah mabuk berat 4 tahun lalu kembali berputar. Hatinya menghangat.

"Pulanglah. Seoul menunggumu", Jennie berucap pelan sambil menggenggam tangannya dan menatapnya sambil tersenyum lebar.

......................................................................

Seoul, 2022

"Ini titipan dari Joy!", lagi. Sisi konyol Kim Vante kembali mengambang dihadapan Kim Jennie.

"Apa kau merayunya untuk pulang? Mau sampai kapan dia disana? Dimana sih dia sebenarnya? Katakan padaku! Ap.." kalimat pria itu terpotong.

"Apa dia baik-baik saja? Apa dia sudah mempunyai kekasih? Apa aku tidak boleh menemuinya sekali saja? Apa yang harus aku lakukan agar ia cepat pulang. It's already fucking 4 years... Itukah yang mau kau ucapkan tuan Kim? Jebal!! Aku bosan dengan kalimat itu", Vante terdiam dan menelan ludahnya kasar.

"Anggap saja ini hukumanmu karna pernah berlaku kurang ajar pada sahabatku. Oh satu hal. Daniel dan Joy sering keluar bersama selama di New York. Daniel sering menemani Joy berbelanja", jelas Jennie jahil. Ia tahu tak seharusnya ia mengatakan hal ini. Tapi faktanya memang begitu. Daniel dan Joy sering shopping dan makan bersama.

"Kang Daniel?",

"Tentu! Daniel mana lagi? Ia bahkan bertambah tampan", ujar Jennie lagi. Wanita bermata kucing itu dapat melihat dengan jelas kedua tangan milik Vante yang mengepal erat dengan rahang yang mengeras.

Vante terlihat menakutkan saat ini.

"Ternyata Daniel sudah lelah dengan kesuksesan restorannya ya? Menurutmu, yang mana yang harus kuhancurkan terlebih dahulu Jen?", Jennie membulatkan matanya tak percaya. Jennie sudah membangunkan singa yang sedang tidur.

......................................................................

"Ini dari Joy", ujar Wendy pada seorang pria jangkung yang nyatanya masih menjadi boss agensinya sampai detik ini. Jika saja Wendy dan Jennie tak mendengarkan nasehat Joy yang cukup bijak itu. Percayalah keduanya pasti sudah hengkang dari perusahaan Chanyeol. Chanyeol meraih sebuah paperbag kecil dengan logo LV tersebut.

"Terima kasih. Bagaimana kabarnya?", tanya Chanyeol sambil sibuk menatap layar laptopnya.

"Baik. Sangat baik... Ia terlihat jauh lebih bahagia", Bahagia... Chanyeol tertegun dengan kosa kata itu. Ia pernah menjadi kebahagiaan bagi Joy.  Pernah bukan berarti akan dan selalu menjadi.

"Baguslah. Aku lega mendengarnya", balas Chanyeol tulus. Wendy menatap wajah mantan kekasihnya saat di bangku sekolah itu pelan.

"Bagaimana denganmu? Kau bahagia?", Chanyeol tertegun mendengar pertanyaan yang mengarah kearah dirinya. Pria itu tersenyum dan menggeleng keras.

"Tidak setelah Joy mengakhiri segalanya", Wendy memicingkan matanya menatap Chanyeol penuh curiga. Chanyeol butuh disadarkan, pikir Wendy.

"Lebih tepatnya. Tidak setelah Somi benar-benar menjauhimu", Chanyeol mematung. Somi, nama wanita itu justru meremas jantungnya lebih keras daripada rasa penyesalannya telah menyelingkuhi Joy saat itu.

"Yeollie oppa. Aku mengatakan ini sebagai orang yang mengenalimu untuk waktu yang sangat lama",

"Katakanlah",

"Somi tak benar-benar menjauhimu. Ia ingin kau mengejarnya. Belum terlambat untukmu saat ini", Chanyeol menatap Wendy dengan tatapan lirihnya.

"Apa aku masih pantas?",

......................................................................

Jungkook menahan emosinya saat ini. Vante yang menjabat sebagai atasannya malah menariknya ke bar ini lagi.

"Bukankah ia menitipkan sesuatu padamu lewat Jennie? Itu tandanya kau masih penting baginya! Dia juga memikirkanmu bodoh!", Jungkook memakinya terang-terangan saat ini.

"Ia menghabiskan banyak waktu dengan Daniel, Kook! Jangan lupa saat di New York dulu dia juga berpacaran dengan Chanyeol hyung", Vante bersikeras dengan asumsinya dan mulai meneguk habis minuman keras itu. Gelas pertama. Kedua. Dan seterusnya. Botol pertama sudah hampir habis. Kesadaran Vante masih penuh. Pria itu menghela nafas kasar.

"Vernon, berikan aku satu botol lagi", pria bernama Vernon yang berprofesi sebagai bartender itu menatap Vante bingung.

"Aku senang memiliki pelanggan setia sepertimu Vante. Tapi aku juga tidak mau badanmu rusak terus menerus", Vante berdecak kesal ke arah Vernon.

"Aish! Kau dan Jungkook sama saja", protes Vante. Malas bertengkar akhirnya sang bartender tetap menyerahkan sebotol penuh racikannya.

Vante menuangkan minuman tersebut kedalam gelasnya lagi. Namun ketika gelas itu terangkat menuju bibir tebalnya itu sebuah tangan datang dan menarik gelas itu untuk menjauh. Wanita itu meneguk habis gelas yang Vante pegang.

"Mau minum bersama?", ujar wanita itu sambil mendudukan diri di samping kursi bar yang Vante duduki.

Pria ini melotot tidak percaya. Jantungnya bekerja jauh lebih cepat. Ia memejamkan matanya selama beberapa saat lalu kembali membuka kelopak mata miliknya dan menajamkan pandangannya pada wanita yang kini beralih meniru apa yang ia lakukan. Wanita itu terlihat kembali meneguk minuman pesanannya dari gelas yang ia pakai sebelumnya. Perlahan pria itu mulai tersenyum. Mata lentik wanita itu bahkan menatapnya dengan binar yang sama. Wanita itu tersenyum penuh arti padanya dan tanpa rasa canggung sedikitpun mencondongkan tubuhnya untuk mengecup singkat bibir sexy milik Vante.

"Aku merindukanmu, oppa"

Penantian Vante terbayarkan. Wanita itu kembali padanya.

TBC

.............................................................

Jangan lupa vote n komen ya! Besok author double up!





AGONY VJOY (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang