"Ayahmu memintaku menemuinya?", Joy mengangguk dengan wajah kakunya.
"Tidak usah ditemui ya",
"Wae? Aku sudah lama tidak main kerumahmu", ujar Vante bingung. Joy menghela nafas pasrah.
"Tae... Hubungan kita ditentang", Joy menatap Vante dengan wajah sendunya.
Terdengar helaan nafas dari pria itu. Vante tak mengatakan apapun pria itu menarik tubuh ramping kekasihnya dan memeluknya erat.
"Jangan membuatku terlihat seperti pengecut. Kita sudah melewati banyak hal, Joy. Tak ada yang harus dikhawatirkan", bibir pria itu mungkin bisa berucap dengan tenang. Namun hati dan pikirannya tak bisa berbohong. Ia takut. Perasaan takut itu muncul dan ia benci membayangkan kemungkinan terburuk dalam situasi ini.
"Ayahku mendengar hal buruk tentang masa SMP SMAmu",
"Hal buruk? Seperti?", tanya Vante sembari sedikit melonggarkan pelukan pada wanitanya. Joy memandang Vante ragu dan menggigit bibirnya pelan.
"Jangan digigit seperti itu! Kebiasaan jelek", tegur Vante.
"Tentang kau yang berbuat tak senonoh", Vante memicingkan matanya mencoba mencerna dengan baik kalimat yang keluar dari mulut kekasihnya itu.
"Tidak senonoh?",
"Perbuatan nakalmu dulu. Ada yang bilang melihatmu berciuman, lalu yang lebih dari ciuman di beberapa tempat umum pada masa lalu", Vante terbahak saat ini juga ditambah dengan wajah Joy yang memerah benar-benar membuatnya tergelitik.
"Masa SMP SMAku kan? Bukankah itu tandanya kau juga ikut serta dalam aktivitas tak senonoh yang ayahmu dan pengadu itu maksud?", sontak tangan lentik milik Joy memukulinya tanpa ampun dan menatap Vante penuh kekesalan dengan rasa malu yang tiba-tiba saja menyelimuti wanita itu.
"Joy! Hentikan! Baiklah-baiklah", mengibarkan bendera putih karna tubuh kekarnya tak lagi sanggup dipukul seperti itu sambil terbahak. Nafas pasti jadi tersiksa.
"Tidak lucu oppa!", Vante lagi-lagi menahan tawanya.
"Memang tidak lucu, tapi panas",
"Oppa!", pekik Joy kesal. Pria itu tak peduli. Vante malah mencondongkan tubuhnya dan menangkup erat tengkuk milik Joy dan sebelah tangan yang mendorong pinggang wanita itu agar tubuh milik wanitanya kembali mendekat kearahnya.
Bibir keduanya kembali menyatu dan memuja satu sama lain dengan menyesuaikan irama dan tempo pergerakan dalam ciuman tersebut. Joy sesekali melenguh ulah Vante dan lidah lihainya itu dalam menggoda wanita ini.
Kedua tangan lentik milik wanita itu melingkar sempurna pada leher milik Vante tanpa sadar mendorong pria itu untuk memperdalam cumbuan keduanya. Perlahan bibir itu berjarak beberapa cm. Kening keduanya masih menempel dengan ujung hidung yang bergesekan saling menggoda. Mata keduanya saling beradu.
"Aku ingin menemui ayahmu. Aku ingin bertanggung jawab atasmu", suara bariton itu berucap dengan begitu lembut. Nada-nada pengharapan juga berada disana. Jari lentik yang semula sesekali meremas rambut pria itu saat berciuman tadi bergerak maju mengusap rahang tegas milik Vante.
"Bagaimana jika ia mempersulitmu?", Vante tersenyum lalu mengecup bibir milik Joy selama beberapa detik.
"Kau tahu jelas semenjak kejadian kita kehilangan Irene, ataupun kau yang pergi kesana kemari sampai bertahun-tahun dan sampai akhirnya menyiksaku selama 4 tahun... Apa yang akan ayahmu lakukan tidak akan sesulit hal-hal yang aku sebutkan tadi", Joy menghela nafas kasar dan mencoba tersenyum lalu memajukan tubuhnya memeluk pria itu dengan erat.
"Aku tidak berniat menyiksamu oppa. Hanya ingin menghukummu", Vante tertawa pelan mendengar apa yang wanitanya ucapkan.
"Oppa!", pekik Joy sedikit berteriak merasakan kakinya tak lagi menempel dilantai. Kedua kaki jenjangnya dengan refleks melingkar diantara pinggang berotot milik Vante. Kedua tangannya bertumpu pada kedua bahu lebar milik Vante dan jangan lupakan jarak wajah mereka yang lumayan dekat. Lagi...
Mata indahnya tak dapat menghindar dari mata kelam milik prianya yang selalu berhasil menghipnotis dirinya. Vante tersenyum lebar padanya saat ini, membuat jantungnya berdebar semakin tidak karuan dengan puluhan ribu kupu-kupu yang sepertinya membantu Vante untuk meringankan beban tubuh milik Joy.
"Ayo",
"Apanya?", tanya Joy dengan suara kecilnya.
"Berbuat tak senonoh",
"Yya! Oppa!", Vante kembali terkikik ulah Joy. Hidung bangirnya kembali menggesek ujung hidung mungil milik Joy dengan jahil.
"Aku bercanda. Ayo temui ayahmu sekarang", Joy membelalakan matanya menatap Vante dengan tatapan tak percaya.
'Ia sesiap ini?'
"Sekarang?", Vante mengangguk sebagai jawaban.
"Ini sudah malam",
"Baru jam 6 lewat Joy. Ayolah",
Beberapa detik berikutnya Vante memejamkan mata kelamnya dan tersenyum puas dengan apa yang ia rasakan. Joy yang menangkup kedua pipinya dan menempelkan kedua bibir mereka dan kembali saling melumat. Menyesap bibir satu sama lain.
"Baiklah. Ayo ke rumahku", ujar Joy sembari memajukan ibu jarinya mengusap bibir pria yang basah karna ulah keduanya.
......................................................................
"Bagaimana kabarmu",
Wanita dengan wajah blasteran itu menatap kearah lawan bicaranya dan tersenyum lebar.
"Aku baik. Bagaimana denganmu Chan?", Chanyeol terdiam. Ia bahkan tak tahu jelas bagaimana keadaan dirinya. Ia memilih untuk menyibukkan dirinya selama beberapa tahun belakangan ini sambil sesekali mencari tahu keberadaan dan keadaan dari wanita di hadapannya, Somi.
"Kau baik-baik saja?", tanya Somi lagi. Chanyeol memilih untuk mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban. Terlalu rumit untuk dijelaskan.
4 tahun adalah waktu yang dibutuhkan oleh keduanya sampai pada akhirnya memilih untuk kembali bertemu dan berbincang tanpa histeria seperti pertemuan terakhir mereka sebelum hari ini.
Chanyeol tetap pada karirnya dan Somi yang tak melanjutkan kontrak dengan agensi milik Chanyeol lalu memutuskan untuk melanjutkan bisnis perhotelan dan restoran milik keluarganya. Dan kini keduanya terduduk pada salah satu cafe yang terletak didalam hotel milik Somi.
"Lalu... Bagaimana kabar Joy Onni?", tanya Somi.
"Ia kembali bersama adikku", Somi menaikan kedua alisnya mendapati jawaban itu.
"Maaf. Aku menghancurkan hubunganmu saat itu. Jika saja aku tak terlalu egois saat itu mungkin keadaan akan berbeda", Chanyeol menggeleng. Pria ini tak setuju dengan apa yang diucapkan oleh lawan bicaranya.
"Aku yang brengsek dalam permasalahan ini",
Somi menatap Chanyeol dalam lalu memilih untuk membuang pandangannya ketika kedua mata mereka bertemu.
"Lupakan saja",
"Maksudmu?", tanya Chanyeol hati-hati.
"Semua masa lalu kita. Tentang aku dan kau. Lupakan semuanya. Aku tidak ingin mengingat itu semua",
Chanyeol terdiam. Perasaannya sesak, bagaimana bisa ia diminta melupakan hal yang selalu menghantuinya tiap hari? Itu tidak akan mudah.
"Tapi aku dengan jelas mengingat segalanya Somi!",
"Maka jangan terus di ingat! Hidup pada lembaran baru! Aku... Aku tidak ingin menemuimu lagi", Somi bangkit dari kursinya dan mulai melangkah menjauh dari kursi dimana Chanyeol yang masing terdiam dan mematung di sana.
TBC
......................................................................Bentar lagi bahkal end! Bulan hitam mana bulan hitam wkwkwk
Jangan lupa tinggalkan jejak! Vote n komen ya. Dan juga follow akun author biar kalian ga kelewatan karya author yang lain
Double up !
KAMU SEDANG MEMBACA
AGONY VJOY (M)
RomanceKisah bagaimana senyuman secerah matahari itu memudar tergantikan dengan awan mendung yang perlahan-lahan menyelimuti senyuman itu dan membuat hujan yang perlahan menetes dari mata indah wanita itu. Tanpa tahu kapan hujan itu akan berhenti.