13

831 134 20
                                    

Joy berjalan memasuki ruangan studio yang diketahui sebagai tempat dimana Chanyeol sebagian besar menghabiskan waktunya. Sepengetahuannya, atau mungkin sebenarnya ada tempat lain yang Joy tahu pasti dimana Chanyeol menghabiskan waktu bersama dengan Somi disana.

"Joy! Akhirnya! Kemana saja kau?", pria itu berlari kecil kearahnya menunjukan gestur untuk segera memeluknya. Joy menghela nafasnya kasar. Rencana yang ia susun dengan logika kembali hancur karna hatinya bekerja. Ia membalas pelukan pria dihadapannya tak kalah erat. Namun dalam otaknya ada pria lainnya. Memori yang kembali berputar. Yaitu saat Vante begitu tahu bahwa Irene lenyap. Joy berusaha melepaskan pelukannya dari tubuh Chanyeol. Pria itu terlihat kacau saat ini.

"Oppa. Ayo akhiri hubungan ini", Chanyeol membelalakan matanya.

"Tidak Joy! Tidak. Aku membutuhkanmu", tegas Chanyeol menolak secara langsung gagasan milik Joy.

"Somi jauh lebih membutuhkanmu", Chanyeol menggeleng keras.

"Joy... Aku sadar jelas kau tak pernah mencintaiku. Tapi tolonglah... Aku tidak masalah asal kau tetap berada di sisiku",

"Oppa... Aku tetap berada di sisimu. Kita masih bisa berteman", Chanyeol menatapnya lemah. Pria ini jelas tahu kesalahannya.

"Somi... Dan kau... Kalian baru saja kehilangan bayi kalian", Chanyeol membulatkan matanya tak percaya. Menatap ke arah Joy yang menatapnya dengan tatapan iba dari mata wanita itu.

"Apa maksudmu?",

"Somi mengandung anakmu. Dan ia keguguran tiga hari yang lalu", Chanyeol menganga tidak percaya. Suaranya tercekat dan ia bahkan tidak tahu reaksi apa yang harus ia tunjukan saat ini.

"Dimana Somi sekarang?",

......................................................................

'Jangan memaksaku dengan kedua pilihan yang merugikanku, oppa. Tidak cukupkah semenjak kepergiannya hidupku tersiksa?',

'Lalu jelaskan padaku! Kenapa kau harus meminum jus nanas sebanyak itu? Apa kau sengaja? Kita sudah sepakat saat itu Joy',

'Irene sudah pergi sejak aku terjatuh di area berkuda saat itu. Aku menahan diri untuk kuretase. Aku meminum itu semua agar...'

'Kenapa tidak memberitahuku saat itu?!',

'Aku tidak ingin kau semakin terluka. Namun apa yang kudapat? Kau membuangku begitu saja, oppa. Kau berpikir kau yang paling kecewa? Tidak. Aku yang mengandungnya selama hampir 6 bulan. Aku yang selalu berkomunikasi padanya setiap waktu. Akulah yang terikat dengan Irene. Ia memakan apa yang aku makan. Ia hidup di dalam tubuhku. Bukan kau... Jadi aku mohon. Menyingkirlah... Aku butuh waktu untuk menyembuhkan diriku. Dan untuk sementara... Jangan temui aku lagi'

Rentetan-rentetan kalimat yang Joy dan dirinya lantarkan malam tadi benar-benar mengguncang Vante. Pria ini terlihat kembali meneguk alcohol. Entah sudah gelas yang keberapa.

Ia merasa ia monster paling mengerikan di muka bumi ini. Perbuatannya tak bisa di ampuni. Neraka adalah tempat yang paling tepat untuknya, pikir Vante.

'menyingkirlah!', kosa kata itu adalah kosa kata paling laknat baginya. Joy mengusirnya dari hidup wanita itu. Mungkin ini karma baginya. Ia bahkan menyesali keputusan bodohnya yang memilih pergi tanpa mendengar penjelasan Joy saat itu. Membiarkan Joy dirawat di rumah sakit sendirian tanpa menemani. Hatinya hancur dan pikirannya tak dapat bekerja dengan baik. Jika boleh melontarkan sebuah pembelaan untuk pria ini, jangan lupa Vante terlalu muda saat itu.

Luka yang kini ia rasakan justru bertambah. Bukankah katanya luka akan sembuh seiring dengan berjalannya waktu? Tidak. 7 tahun sudah berlalu tapi lukanya justru melebar dan bahkan dagingnya ikut tercabik-cabik.

AGONY VJOY (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang