Part 17

1K 109 17
                                    

⚠️ Warning!

Kedua tangan itu tertaut erat sambil melangkah memasuki rumah milik Joy. Vante tersenyum penuh percaya diri saat ini. Berbeda dengan ekspresi yang keduanya dapatkan begitu si pemilik rumah muncul dengan wajah galaknya. Vante membungkukan tubuhnya sopan ke arah tuan Park tanpa memudarkan senyumannya sedikitpun. Sedangkan Jimin menahan tawanya setengah mati karna fantasi konyolnya tentang bagaimana Vante ketakutan. Sang ibu menarik Joy untuk duduk didekatnya saja.

"Duduklah", Vante mengangguk dan duduk disebelah Jimin.

"Apa tujuanmu kesini?", tanya tuan Park dengan nada dinginnya.

"Meminta restu dari anda dan juga istri anda, ahjussi", tuan Park mendengus mendengar jawabannya.

"Beritahu aku kenapa aku harus merestuimu? Kakakmu sudah menyakiti putriku. Dan kau sebelum putriku ke NY, kau juga selama bertahun-tahun mempermainkan putriku yang mengejarmu. Dan sekarang kau berani datang kehadapanku lalu meminta restu?",

"Aku setuju jika kau bilang kakakku menyakitinya. Tapi aku tak pernah mempermainkannya ahjussi. Joy dan aku berpacaran sejak ia berusia 12 tahun. Kami berhubungan 3 tahun lalu berpi..",

"Apa?! Kalian berpacaran di usia semuda itu?! Kurang ajar!!!", Vante menatap tajam kearah ayah Joy yang tengah meneriakinya.

"Dengarkan penjelasannya dulu, yeobo", tuan Park membuang nafas kasar dan menatap tajam kearah Vante meminta pria itu untuk melanjutkan penjelasan.

"Aku mencintai putrimu",

"Cinta? Aku tidak bisa semudah itu percaya pada pemuda bejat sepertimu. Kau berlaku tidak senonoh  dengan para gadis bahkan saat kau masih berada di bangku sekolah",

"Bukan para gadis. Tapi seorang gadis. Dan itu putrimu! Kau boleh menyebutku brengsek dan sejenisnya tapi aku disini untuk mempertanggung jawabkan segalanya. Aku mencintai putrimu, ahjussi", Joy tersenyum lebar dengan hati berbunga-bunganya membuat sang ibu memukul lengannya karna kesal.

"Kepalaku pusing. Pulanglah",

"Tidak sebelum aku mendapatkan restumu", jawab Vante tegas. Vante tak bercanda soal kata-katanya yang tak lagi takut soal apapun.

"Sejauh apa kau dengan putriku?",

"Maksud anda?",

"Sejauh mana kalian berdua melanggar batasan budaya yang ada?!",

Vante bertukar pandang dengan Joy. Joy mengangguk seolah memberitahu Vante beritahukan saja semuanya. Keduanya sudah melakukan rapat kecil disela-sela perjalanan mereka tadi di mobil.

"Aku mengambil ciuman pertamanya, dan hal pertama lainnya", tuan Park cukup pintar untuk mengerti akan ucapan milik Vante.

"Sialan! Kalian berdua benar-benar membuatku kesal! Terserah saja! Terserah!",

"Kata terserah darimu akan aku anggap sebagai kata setuju ahjussi",

......................................................................

"Oph... Oppah", Joy berusaha untuk memanggil Vante dengan benar. Namun sialnya ia tak bisa Karna Vante terus menyesap leher jenjang miliknya dengan posisi menindih tubuhnya di atas sofa ruang tengah Penthouse milik pria itu.

"Katanya lapar! Aku mau memasak saja!", Joy berucap cepat ketika ia berhasil mendorong dada bidang milik kekasihnya untuk setidaknya memiliki sedikit jarak dengan tubuhnya. Vante berdecak kesal lalu memilih untuk bangkit dari tubuh wanita yang selalu saja menggoda imannya sejak masa remajanya.

"Masaklah. Aku mau ke toilet sebentar", Joy menggigit bibirnya sambil terduduk mendengar ucapan milik Vante. Ia jelas tahu apa yang akan pria itu lakukan didalam sana.

AGONY VJOY (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang