"Dav, aku akan pergi ke swalayan. Kau ingin apa?" tanya Julian.
"No, dad. Aku tidak ingin apapun. Aku sedang fokus belajar." jawab David sedikit berteriak karena ia sedang berada di kamarnya.
Julian sedikit terkekeh. "Baiklah kalau begitu, aku akan makan diluar."
"Hm. Lakukanlah. Aku sudah kenyang."
Setelahnya Julian pergi menuju sebuah swalayan. Memang seperti ini kebiasaan Julian ketika ia malas memasak. Pergi ke swalayan, membeli makanan, lalu pulang dan tidur. Padahal biasanya ia suka memasak. Apalagi jika sedang rindu masakan Indonesia.
Di tengah perjalanan, ia sedikit berlari karena ada seorang wanita yang hampir saja tertabrak. Ia menarik wanita itu, hingga mereka terjatuh di pinggir jalan.
"Hey! Are you crazy?" sentak Julian.
"I'm sorry, Mister. Aku tidak melihat ke jalan."
Ya, dia adalah Jane. Ia tidak melihat lampu lalu lintas karena ia sibuk dengan ponselnya. Jadilah ia seperti ini.
Julian membantu gadis itu untuk bangun. Ia mengulurkan tangannya dan di sambut oleh gadis itu. Raut wajah pria itu sangat tegang, tapi sesaat kemudian meluluh karena melihat Jane.
"Kau tidak apa-apa kan?" tanya Julian.
"Tidak apa-apa, Tuan. Terimakasih."
Pandangan Julian tertuju pada sikut gadis itu.
"Kau terluka. Aku akan membawamu ke rumah sakit," kata Julian.
"Tidak perlu tuan. Aku tidak apa-apa."
"Lukamu bisa infeksi. Aku akan mengantarmu. Dan jangan panggil aku tuan. Namaku Julian."
Julian tak mendengar bagaimana respon gadis itu. Dengan segera, ia berlari mengambil mobilnya yang sudah terparkir di lobby.
Tak perlu waktu lama untuk mereka berdua sampai ke rumah sakit. Jalanan sedang tidak terlalu macet seperti biasa. Mungkin karena ini hari minggu. Juga karena mobil sport milik Julian yang melaju sangat kencang.
"Dia terjatuh di jalan. Pastikan untuk sekalian rontgen seluruh tubuhnya. Aku takut terjadi apa-apa padanya," kata Julian pada seorang dokter di UGD.
"Baiklah, Tuan Julian," katanya yang sepertinya sudah mengenal baik Julian.
"Ti-tidak perlu sampai seperti itu. Aku baik-baik saja. Cukup balut saja lukaku, tidak perlu berlebihan," kata Jane.
"Tap---"
"Aku baik-baik saja." Jane menekankan setiap katanya agar Julian berhenti berlebihan.
Akhirnya Julian mengalah. "Baiklah. Cukup balut lukanya. Aku akan menunggu diluar."
Saat hendak pergi, tangan Julian di tahan oleh Jane yang membuat Julian kembali menoleh.
"Tanganmu juga terluka." ucap Jane mengarahkan matanya ke tangan Julian.
"Ah, hanya begini saja. Tidak masalah," sahut Julian. Ia bisa menahannya. Hanya luka sedikit di tangannya karena tadi menahan tubuh Jane.
"Aku tidak mau di obati jika pria ini juga tidak mau di obati, Dokter," kata Jane pada dokter itu.
Julian menahan kekesalannya. "Baiklah aku juga akan di obati. Kau puas?" kata Julian yang membuat Jane tersenyum.
Setelah di obati, mereka berdua keluar dari rumah sakit. Semua mata tertuju pada mereka berdua. Bukan mereka berdua lebih tepatnya, tapi pada Julian. Wajah tampannya membuat semua yang datang, menatapnya. Mereka juga berbisik mengira kalau Jane adalah anaknya karena postur tubuh Jane yang kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon
RomanceJane mencintai Julian. Sosok pria yang setara umurnya dengan ayahnya. Tapi, Jane juga mencintai David. Pria yang umurnya sama dengan dirinya. Kemanakah dia harus melabuhkan hatinya?