Resah

735 116 12
                                    

⚠️⚠️⚠️ DILARANG MELAKUKAN PLAGIAT SELURUH/ SEBAGIAN CERITA ⚠️⚠️⚠️

Suara alarm jam berbunyi pagi hari itu membuat Hinata dengan malas membuka matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara alarm jam berbunyi pagi hari itu membuat Hinata dengan malas membuka matanya. Gadis itu terdiam menatap langit-langit kamar sebelum beranjak dari tempat tidurnya. Ia menghela napas saat merasa tubuhnya terasa lemas. Rasa sakit di dada kirinya juga kembali muncul membuat Hinata meringis sakit.

Hinata memilih bersiap untuk segera pergi ke sekolah. Is tidak bisa terus membolos atau suara Karin akan terus menempel di telinganya.

Gadis itu menatap tak minat sarapan yang baru di buatnya. Ia harus mengisi perut meski tak merasa lapar.

Beberapa pesan dari kedua sahabat merahnya kemarin baru bisa ia balas hari ini. Isinya hanya sebuah pertanyaan mengenai kejadian mengerikan yang ingin Hinata lupakan. Selama Sakura belum pulih dan siuman Hinata akan terus merasa bersalah. Ia tidak bisa hidup dengan keadaan hati yang tidak tenang seperti itu.

Pesan tadi di balas dengan jawaban singkat dan di tutup dengan sebuah peringatan untuk berhenti menanyakan kabarnya.

Ia baik-baik saja setidaknya sampai saat ini.

Gadis itu menyelesaikan acara sarapan paginya dengan cepat. Ia berjalan keluar apartemen untuk segera berangkat sekolah. Selama di perjalanan Hinata merasa keadaan tubuhnya semakin lemas saja.  Ia tidak bisa menaiki bus yang biasa ia gunakan untuk mengantarnya ke sekolah. Yahiko pintar sekali membuat seseorang trauma berat.

Hinata sampai di depan apartemennya. Mobil yang tadi subuh mengantarnya pulang kini sudah terparkir kembali di depannya dengan orang yang sama.

"Selamat pagi, Paman."

"Selamat pagi, Nona Hinata. Apa tidurmu nyenyak? Bagaimana keadaanmu sekarang?"

Hinata tersenyum formal, "Lebih baik."

Sang supir pribadi membukakan pintu untuknya yang membuat Hinata segera masuk ke dalam mobil. Di perjalanan Hinata kembali tertidur karena merasa tubuhnya terasa lemas.

Sampai di depan gerbang sekolah gadis itu harus di bangunkan sang supir dan kembali menanyakan keadaannya. Hinata menggeleng saat di tawari pria paruh baya itu untuk pergi ke rumah sakit. Si sulung Hyuuga itu memilih keluar dan segera memasuki sekolahnya.

Beberapa orang menatapnya sembari berbisik yang Hinata yakin tengah membicarakannya mengenai hsri kemarin, tapi gadis itu tidak punya waktu untuk meladeni semuanya. Ia tidak perlu membela diri.

"Syukurlah kau baik-baik saja." Hinata tergejolak kaget dengan suara seseorang yang terasa begitu dekat dengannya.

"Shikamaru-san!" sapa gadis Hyuuga itu sembari berusaha menampilkan wajah cerianya.

Laki-laki Nara itu tersenyum kecil dan menepuk pelan puncak kepala Hinata, "Kau kurang enak badan? Wajahmu pucat."

"Ah, benarkah? Ya ampun! Aku lupa memakai make up," ucap Hinata berpura-pura lupa dengan menepuk keningnya yang membuat Shikamaru mendengus geli karena kebohongan gadis itu mudah tercium olehnya, "Sudahlah, cantik. Berhenti berbohong kau salah orang."

OMOIDE NO KIZUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang