PART 17

5K 395 0
                                    

BRAK

Elina mendobrak pintu kamarnya dengan keras, ia segera menutup pintu itu dengan tergesa-gesa.

"Bagaimana...bagaimana ini" gumam Elina sambil menggigit kuku jarinya.

"Ya Tuhan apa Elin akan mati untuk yang kedua kalinya?" Elina berucap sambil mengacak rambutnya prustasi.

Sial

Kenapa hidupnya selalu di penuhi dengan kesialan!. Apa tidak cukup di kehidupan pertamanya dia sudah menderita apa di kehidupan ke duanya dia juga harus menderita?.

"Tenang Elin! Cekarang coba kita pikilkan bagaimana cara bertahan hidup di dunia ini" Elina menghela nafasnya panjang. Kemudian kaki mungilnya berjalan ke arah meja yang ada di samping tempat tidurnya.

"Oky, peltama-tama novel ini cudah melenceng dari alul ceritanya, itu telbukti kalna cekalang Elin belada di kediaman Duke! Ceharusnya Elina di dalam novel tidak pelnah berada di rumah Duke" Elina bergumam sambil membuat postur berfikir yang terlihat sangat imut.

Mungkin jika Dietrich, Darel dan Elio ada di ruangan ini mereka pasti akan mencubit pipi tembem milik Elina yang terlihat sangat menggemaskan itu.

"Kedua, alur novel ini cepeltinya belum di mulai atau mungkin cudah?"  Elina mengernyitkan matanya, kepalanya tiba-tiba sakit jika memikirkan alur novel saat ini.

"Cuma ada catu Cala memecahkan teka-teki ini, Elin halus tau kenapa kalaktel Elina ini bica ada di kediaman Duke!" Elina manggut-manggut dia memuji pikirannya yang lumayan cerdik.

Namun ekspresi wajahnya seketika murung " lalu Elin halus tanya pada ciapa? Dalel? Dietli? Atau Elio? Itu namanya Cali mati!"

Elina kembali merasa sangat frustasi, gadis kecil dengan Surai seputih salju itu menelusup kan wajahnya di meja.

Namun beberapa detik kemudian kepala gadis kecil itu mendongak kembali, kali ini wajah itu di hiasi dengan senyum yang sangat manis.

"Kenapa Elin bica lupa kan ada copia" gadis kecil itu segera turun dari kursi yang dia duduki kemudian kaki kecilnya berlari ke arah pintu.

Elina menghentikan langkahnya saat tangan mungil itu hampir membuka kenop pintu.

"Tapi tunggu! Bukankah copia halusnya menjadi pelayan plibadi Emily?" Gumam Elina sambil menggaruk Surai seputih salju itu prustasi.

"Ah cudahlah Elin bica pikilkan itu nanti. Yang telpenting cekalang Elin halus tau bagaimana Elin bica ada di lumah Duke" Elina kembali melanjutkan langkahnya.

Kaki mungil nan pendek miliknya terus berlari dengan kepala yang selalu menoleh ke kanan dan ke kiri guna mencari sang pelayan pribadi.

Netra seindah samudra miliknya melebar kala menemukan sang pelayan pribadi sedang berlutut pada seorang gadis kecil?

Eh..apa itu Emily? Gadis kecil dengan Surai pendek berwarna coklat madu yang sangat indah serta netra sebiru samudra yang sangat mirip dengannya?.

" Itu benal-benal Emily Cang plotagonis wanita di dalam novel, dia cangat imut dan cantik" gumam Elina dia terpesona saat melihat gadis kecil seusianya yang terlihat lucu itu.

Hello apakah Elina tidak sadar diri? Dia bahkan berkali-kali lipat lebih cantik dan lucu di banding Emily?.

Lamunan Elina buyar saat melihat Emily yang akan menampar Sofia? Tunggu Emily menampar Sofia bukankah di dalam novel Emily sangat baik dan penyabar?

Emily seharusnya tidak bersikap seperti itu jangankan menampar seseorang membunuh semut saja Emily akan langsung merasa sangat bersalah.

Tapi apa yang dia lihat sekarang? Elina kembali membulatkan mata se indah samudra miliknya saat pelayan Emily menumpahkan minuman di kepala Sofia.

Princess Duke'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang