Sementara itu seorang gadis kecil dengan Surai seputih salju miliknya mulai membuka netranya.
Ia mengerjap-ngerjapkan netra sebiru samudra miliknya guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netra indah itu.
"Uhh..." Gumam gadis kecil itu sambil memegang kepalanya yang terasa sangat sakit.
"Dimana ini?" Ucap gadis kecil itu sambil melihat ke sekelilingnya, ia sangat bingung, sebenarnya sekarang dia ada dimana?
Bukankah seharusnya dia sudah mati karna menolong kakaknya dan Tania? Tapi kenapa dia sekarang berada di sebuah kamar yang sangat mewah? Bahkan desain kamar ini juga sedikit aneh?
"Kau sudah sadar Elin?" Sura khas anak-anak masuk ke dalam Indra pendengarannya, sontak saja Elina menoleh ke asal suara itu, di sana dia melihat dua anak laki-laki. Salah satu dari mereka tengah tersenyum manis ke arahnya sedangkan yang satunya lagi hanya menunjukan senyum yang sangat tipis tapi senyum itu masih bisa di lihat Elina.
Elina yang melihat itu hanya bisa mengernyitkan dahinya bingung, sampai ia sendiri tidak sadar jika dua bocah laki-laki itu sudah berdiri di depannya dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Hey apa yang kau pikirkan?" Elin segera tersadar dari lamunannya saat merasakan sebuah tangan kecil di kepalannya
Ia mendongak, menatap bocah laki-laki yang tengah mengelus rambutnya dengan sayang. Elina sepat tertegun sebentar namun ia segera sadar saat merasa ini adalah hal yang salah.
Dengan lembut Elina menyingkirkan tangan bocah laki-laki itu ia kemudian tersenyum manis ke arah bocah laki-laki itu.
"Adik Kamu tidak boleh memegang kepala Olang yang lebih dewaca Dali kamu mengelti" ucap Elina dengan lembut.
Namun Elina segera melunturkan senyumannya saat merasa aneh dengan suara nya sendiri. Apalagi dia mendengar kekehan dua bocah laki-laki yang ada di depannya ini.
"Kalian kenapa?" Tanya Elina bingung sambil memiringkan kepalanya lucu dan itu sukses membuat dua bocah laki-laki itu terkekeh kembali.
"Kamu ini sangat lucu adik, aku bahkan lebih tua dari kamu bagaimana mungkin kamu mengajariku tentang hal itu" jelas bocah laki-laki itu yang masih terkekeh melihat tingkah lucu Elina
Elina tidak mengerti dengan ucapan bocah laki-laki yang ada di depannya ini, apa tadi katanya 'adik?' hei dia sudah berumur 18 tahun bagaimana mungkin dia menjadi adik dari bocah laki-laki yang ada di depannya ini? Bukankah itu lucu?
Saat Elina akan menjawab perkataan dari bocah laki-laki itu ia segera kembali menutup mulutnya. Ia ingat tadi suaranya berubah?
Elina segera menunduk dan betapa terkejutnya dirinya saat menyadari tubuhnya yang kecil?.
"A..apa yang teljadi? Ba..bagaimana bica" gumam Elina lirih namun masih bisa di dengar oleh dua bocah laki-laki yang ada di depannya itu.
"Elin kamu tidak apa-apa?" Pertanyaan itu berhasil mengalihkan pandangan Elina ia menatap ke dua bocah laki-laki yang ada di depannya ini dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Cel..celmin, apa dicini ada celmin?" Gagap Elina, ia menarik-narik ujung baju yang di gunakan oleh bocah laki-laki yang ada di depannya.
Sementara bocah laki-laki yang ada di depannya itu segera menganggukkan kepalanya, kemudian ia mengambil cermin di meja dan memberikannya pada Elina.
Elina segera mengambil cermin dari bocah laki-laki itu kemudian ia membolakan matanya terkejut bagaimana mungkin? Ini bukan dirinya, ah lebih tepatnya ini bukan tubuhnya.
Di dalam cermin ia melihat bocah perempuan yang sangat cantik dengan surai seputih salju serta netra sebiru samudra yang sangat indah. Tangan Eliana gemetar netranya berkaca-kaca sebenarnya apa yang terjadi dia sangat bingung sekarang.
Melihat mata adiknya yang berkaca-kaca sontak saja membuat dua bocah laki-laki yang di depannya itu kalang kabut.
Salah satu dari mereka mulai memeluk tubuh mungil Elina sambil mengelus Surai seindah salju itu dengan sayang.
"Kenapa hm?" Tanya bocah laki-laki itu lembut.
"Ak..aku..ti-" sebelum Elina menyelesaikan ucapannya salah satu dari bocah laki-laki itu sudah memotongnya lebih dahulu.
"Kakak tau, kamu tidak mengingat apapun kan" Elina yang mendengar itu hanya mengangguk ragu.
Sekarang yang lebih penting dia harus tahu sebenarnya jiwanya masuk ke dalam tubuh siapa? Dan sebenarnya apa yang terjadi?.
"Baiklah dengarkan kakak, nama kakak Darel Ronwe Lancaster aku adalah kakak ke dua mu sedangkan kamu bisa memanggilku Kak Darel, sedangkan yang di sampingku ini namanya Elio Odmonier Lancaster dia adalah kakak ketiga mu kamu bisa memanggilnya kak Elio, dan kamu masih memiliki satu kakak lagi namanya Dietrich Carlyle Lancaster dia adalah kakak pertamamu, kamu bisa memanggilnya kak Dietrich dan nama ayah kita adalah Damian Lavice De Lancaster sedangkan namamu adalah Eliana Christy De Lancaster" jelas Darel panjang lebar.
Elina yang mendengar penjelasan Darel hanya bisa mengerjap polos kenapa nama ini sangat tidak asing menurutnya?.
"Kenapa kamu sangat lucu hm?" Ucap Elio sambil mencubit gemas pipi mik Elina yang sontak saja membuat Elina segera tersadar dari lamunannya.
"Kenapa hm" tanya Darel sambil mengelus pipi Elina yang sudah memerah itu dengan lembut.
"Ti..tidak apa" ucap Elina gugup, ia tidak pernah di perlakukan semanis ini oleh keluarganya tentu saja dia malu, buru-buru ia memegang pipinya yang terasa panas.
Apalagi yang memperlakukannya dengan manis adalah seorang bocah yang bahkan umurnya lebih kecil dari Elina, ah memikirkannya Elina jadi sangat malu.
Darel dan Elio yang melihat rona merah di pipi adik kesayangannya itu hanya bisa terkekeh kecil kemudian Darel mengusap Surai Elina dengan sayang.
Elina mendongak menatap dua bocah laki-laki yang juga tengah menatapnya tentunya dengan senyuman yang menghiasi bibir sexy nan mungil milik mereka.
Elina yang melihat itu juga membalas senyuman mereka kemudian memeluk Darel dengan erat.
Sementara Darel yang mendapatkan pelukan mendadak dari Elina hanya bisa tersenyum kecil kemudian balas memeluk Elina.
" kenapa hm?" Tanya Darel dengan lembut sambil mengelus surai adiknya itu dengan sayang.
" Tidak ada, Elin cuma cayang cama kalian" ucap Elina dengan lembut.
"Kami juga menyayangi Elin" jawab mereka serempak kemudian mereka bertiga saling berpelukan.
'Ya tuhan apakah begini rasanya mendapatkan kasih sayang seorang kakak? Jika ia Anna sangat bersyukur karna tuhan telah memberikan kesempatan ke dua untuk Anna bisa merasakan yang namanya kasih sayang, dan Anna mohon semoga Daddy dan kak Al di sana baik-baik saja dan semoga keluarga Anna yang baru semuanya sayang sama Anna' batin Elina dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Duke's
FantasyAnna adalah seorang anak yang kekurangan kasih sayang. Walaupun ia memiliki ayah dan kakak namun mereka selalu mengabaikan dirinya dan menganggapnya seolah-olah tidak pernah ada hingga ajal menjemputnya. Bagaimana jadinya jika Anna yang kekurangan k...