PART 10

8.3K 699 43
                                    

"Elina kamu sungguh membenci kakak?" Tanya Anzel dengan sendu.

Elina yang melihat raut wajah Anzel hanya bisa memejamkan matanya, hatinya sangat tidak percaya dengan yang dia lihat sekarang. Tapi, Elina melihat dengan matanya sendiri, jadi haruskah dia mendengarkan kata hatinya atau kejadian yang dia lihat sendiri.

Elina bimbang, ia tidak bisa memilih, siapapun tolong Elina semoga ini hanya mimpi! Tolong segera bangunkan Elina dari mimpi ini.

Elina membuka netranya yang berair, ia melihat wajah Anzel yang masih menunjukan raut wajah sedih.

"Cemua yang kakak katakan tadi bohong kan?" Elina bertanya dengan sendu, ia menatap Anzel dengan penuh harap.

"Tentu saja, kakak tadi hanya takut karna kamu tidak ada di rumah, dan saat kakak kembali tiba-tiba saja kakak melihat anak itu, tentu saja kakak marah, kakak takut kehilangan Elina, dan kakak kira dia menculik mu, apa kamu lebih percaya pada yang kamu lihat di bandingkan dengan hatimu?" jelas Anzel.

Elina yang mendengar itu entah mengapa ingin berlari ke arah Anzel, ia sangat ingin percaya pada kata hatinya, tapi tangannya segera di tahan oleh Elio.

"Sadarlah Elin dia sedang berbohong! Bukan kah tadi kamu mendengarnya sendiri! Dia adalah pembunuh ibu! Dan dia juga ingin membunuh mu!" Elio menatap Elina dengan raut wajah kecewanya dan itu membuat tubuh Elina menegang.

Elina yang mendengar perkataan Elio hanya bisa memejamkan matanya kembali, kemudian menyingkirkan tangan itu dengan lembut sementara Elio yang melihat itu hanya bisa menggeram marah.

'sial! Apa cara ini tidak berhasil!!' Elio mengepalkan tangannya saat melihat Elina mulai berlari ke arah Anzel.

'Ah sepertinya aku harus menggunakan cara itu...kau benar-benar sangat mengganggu' Elio segera mengibaskan tangannya ke udara dan perlahan-lahan Anzel dan hutan yang tadi ada di sekitar mereka mulai menghilang.

Elina yang melihat itu hanya bisa terdiam kaku, bagaimana bisa? ini.... Sebenarnya apa yang terjadi?.

Elina membalikan tubuhnya dan di sana ia melihat Elio yang sedang menyeringai ke arahnya, entah mengapa Elina merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Elio mulai berjalan mendekat ke arah Elina, sedangkan Elina mulai memundurkan langkahnya, ia menatap Elio dengan pandangan takut dan itu membuat Elio berdecak tidak suka.

"Kenapa hmm" tanya Elio lembut.

Elina tidak menjawab pertanyaan Elio ia harus berfikir jernih sekarang, sebenarnya apa yang terjadi, pertama singa berkepala dua yang bisa mengeluarkan api, kedua Elio menyuruhnya untuk memikirkan wajah Anzel, ke tiga sifat Anzel tiba-tiba berubah dan keempat kakaknya dan Elio bisa mengeluarkan api dan es?.

Ah apa Elina harus berusaha memancing Elio?

"Kenapa?" Elio bertanya ke pada Elina sedangkan gadis kecil itu hanya menatapnya dengan tenang walaupun di dalam hatinya ia tidak mengerti perkataan Elio.

"Apa kamu sangat menyayangi bocah itu?" Tanya Elio lagi, kali ini Sura yang di keluarkannya cukup rendah tapi hal itu malah membuat Elina semakin takut.

"Tentu caja, Kak Anzel adalah segalanya, Elin dan kaka Al cudah beljanji tidak akan meniggalkan catu cama lain" walaupun takut dengan aura yang di keluarkan oleh Elio tapi Elina berusaha menjawab pertanyaan itu.

Sementara Elio yang mendengar perkataan Elina hanya bisa mengepalkan tangannya kuat ia mengubah raut wajahnya menjadi datar.

"Cihh....kenapa sangat menyebalkan" gumam Elio yang masih bisa di dengar oleh Elina.

Elio menyugar rambutnya ke belakang kemudian menyeringai ke arah Elina, sementara Elina yang melihat itu mulai waspada perasaannya kembali tidak tenang.

"Baiklah adikku yang manis, karena ilusi tidak mempan aku terpaksa harus menghapus bocah itu dari ingatanmu" ucap Elio dengan senyuman manis miliknya.

Sementara Eliana yang mendengar itu sontak saja membulatkan matanya. Dia mengerti sekarang dunia ini bukanlah bumi, di dunia ini ada ke kekuatan dan yang tadi bukan lah Anzel.

Elina menatap Elio dengan marah, sementara Elio yang melihat raut wajah Elina hanya terkekeh kecil karna menurutnya Elina terlihat sangat lucu saat marah.

"Jangan, Elin cuma punya Kak Al, Elin mohon tuan jangan menghapus ingatan Elin" Elina segera berlutut di hadapan Elio, ia memegang kaki Elio perlahan namun pasti cairan bening keluar begitu saja dari netra seindah samudra miliknya.

Elina tau dunia ini sudah sangat aneh jadi bisa saja Elio benar-benar menghapus Anzel dari pikirannya, Elina tik mau! Ia sangat menyayangi Anzel, ia sangat ingin bertemu Anzel! Anzel adalah satu-satunya orang yang menyayangi Elina dengan tulus.

"Tolong hiks...Elin mohon hiks...jangan pisahkan Elin dan kak Al" Elina mendongak menatap Elio dengan penuh harap, sementara yang di tatap hanya menunjukan raut wajah yang sangat datar serta mengeluarkan aura membunuh yang sangat besar.

Tanpa berkata-kata Elio segera mengangkat tangannya dan menyentuh kepala Elina, cahaya putih tiba-tiba keluar dari tangan Elio dan saat itu pula Elina merasa sakit di bagian kepalanya.

Perlahan-lahan namun pasti kenangannya saat bersama Anzel mulai mengabur, Elina hanya bisa berteriak sambil menangis.

"Tolong hiks..jangan hiks..." Elina berusaha memegang kaki Elio ia menundukkan kepalanya hampir menyentuh sepatu milik Elio.

"Jangan hiks....jangan" suara Elina mulai mengecil dan dia mulai tidak bisa melihat wajah Anzel lagi bahkan sekarang dia sangat bingung kenapa dia menangis.

Perlahan-lahan Elina mulai menutup matanya, sebenarnya apa yang terjadi bukankah tadi dia habis menyelamatkan kakaknya dan Tania? Lalu kenapa dia ada di sini sekarang.

Elina menutup netranya dengan sempurna, dan saat itu pula Elio segera mengangkat tubuh kecil itu dengan sayang.

"Maaf membuatmu merasakan  sakit.... Tapi kakak tidak menyesal melakukan itu semua" ucap Elio datar.

******

Sementara itu di tempat lain.......

Seorang bocah laki-laki dengan Surai Semerah darah perlahan-lahan membuka netranya. Hal pertama yang dia lihat adalah sebuah kamar yang cukup besar

Ia menatap sekeliling sambil memegang kepalanya yang terasa sakit.

Cklek

Atensi bocah laki-laki dengan Surai Semerah darah itu teralih ke arah pintu yang terbuka.

Di ambang pintu terdapat bocah laki-laki dengan Surai pirang yang sangat indah serta netra setajam elang berwarna ungu bak galaxy, namun raut wajah yang di ke luarkannya sangat datar.

"Sudah sadar" ucap bocah laki-laki itu dingin.

"Kau..."












Halo semua, maaf banget ya soalnya aku udah lama gak up😅🙏

Mungkin dari sini ceritanya kurang menarik, aku aja yang nulis gak terlalu suka sama cerita ini😅 awalnya cerita ini pengen aku hapus aja soalnya ceritanya gak seru, tapi aku mau coba-coba dulu apa masih ada yang suka🤔 kalau masih aku bakal lanjutin cerita ini sampai tamat, tapi kalau udah gak ada yang suka nanti aku bakal hapus ceritanya☺️ udah gitu aja ya.

Dan makasih buat udah yang mau baca+vote+komen cerita ini.

Princess Duke'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang