Taehyun maju dengan senyum mautnya, melangkah pasti tanpa diikuti rasa takut sama sekali. Pisau yang dipegang erat oleh pemuda itu sudah ditodongkan.
Regu kedua jelas memiliki keunggulan. Sedangkan regu pertama? Mereka bertiga hanya memiliki kemapuan bela diri. Tidak lebih.
Kemampuan bela diri yang dimiliki Nicholas dan Jay sudah jauh diatas Sunghoon, dua bersaudara itu memang sudah belajar bela diri sejak menduduki kursi kelas tiga Sekolah Dasar. Tapi balik lagi pada kenyataan kalau kemampuan regu kedua lebih unggul diatas regu pertama, Taehyun dan Ej bukan orang yang bodoh dalam menggunakan senjata yang bahkan sering digunakan sehari-hari.
"Maaf kalau gue egois. Demi bertahan hidup, kita bertiga harus bunuh kalian." Perkataan itu terlontar kala Taehyun berhasil memojokkan regu pertama.
Tanpa banyak bicara lagi, Jay menunjukkan aksinya, bahkan kaki kiri Jay sudah mendarat tepat pada leher Taehyun, membuat Teahyun jatuh tersungkur. Nicholas juga mengabaikan rasa sakitnya, bergerak maju ke arah Jake yang sudah siap dengan sebilah pisau. Ej adalah lawan yang seimbang untuk Sunghoon, tapi, kabar buruknya mungkin Sunghoon akan kalah.
Pertengkaran hebat itu tak bisa terhindarkan. Jay bahkan sudah membanting tubuh Taehyun beberapa kali, Teahyun terlihat kewalahan.
Lain dengan Nicholas yang terus mengunci pergerakan Jake, mencoba mengambil alih pisau yang tak lepas dari genggaman erat si pemilik.
"Lepas pisau lo!"
Bukannya melepas, Jake malah semakin mengeratkan pegangannya pada benda tajam itu, tangannya bahkan sudah mengeluarkan darah segar. "Gak akan."
Tangan Nicholas bergerak menuju batang leher Jake, mencoba menghambat pernapasannya. Mencekik adalah cara Nicholas agar ia tidak terlalu mengandalkan kekuatan, kakinya masih belum sembuh total.
"Lo mau mati, huh!"
Sedeketik setelah ucapan Nicholas tadi, sebilah pisau mencap sempurna pada punggungnya. Nicholas lantas berbalik sambil meringis. Dibelakangnya ada Ej yang terlihat terkejut oleh perbuatannya sendiri, sedangkan dibelakang Ej, ada Sunghoon yang babak belur sampai hidungnya mengeluarkan darah.
Nicholas mencoba untuk menghindari, namun naas, tangan kekar Jake sudah bertengger dilehernya, sekarang Nicholas lah yang tercekik.
Jake semakin brutal, ia mencekik sampai Nicholas kehabisan nafas. Sampai pada titik terlemah, Nicholas tak sadarkan diri.
Kekejaman Jake tidak berakhir di situ saja, ia membawa tubuh Nicholas pada batu besar, membanting Nicholas sampai pisau yang masih dipunggung itu tertancap sangat sempurna, bahkan ujungnya terlihat sampai depan dada.
Merasa kalau Nicholas sudah tumbang. Jake dan Ej lantas berlari, menuju Teahyun yang hampir mati akibat ulah Jay. Pemuda itu sangat berambisi sekali untuk menang, wajar jika Taehyun hampir mati dibuatnya.
"Lo tinggal sendiri, Jay."
Jay mendadak mengedarkan pandangan. Disaat perlawanan Jay mulai mengendur dan fokusnya agak goyah, Teahyun seolah mendapat santapan, tangan lemahnya meraup tanah halus, tanah itu lalu mengudara, mata Jay jadi korban.
Jay memekik. Setelahnya, Jake membuat Jay tersungkur ke tanah dan Ej mulai melancarkan aksinya dengan pisau yang kini sudah melukis indah tubuh Jay. Bukan hanya sekadar besetan atau tusukan, pisau milik Ej bahkan sudah bersarang di dada kiri Jay.
"Kita menang!" Sorak Teahyun. Sedangkan Ej dan Jake tidak mengulas senyum sama sekali.
"Gimana gue bisa bahagia kalau temen gue mati ditangan gue sendiri?" ujar Jake dengan kekehan ringan.
"Egois itu gak selamanya salah, Jake."
"Gue tau. Gue paham." Jake duduk, tak jauh dari tiga jasad yang mulai dibanjiri darahnya sendiri. "Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, di permainan berikutnya kita belum tentu bisa menang."
Taehyun ikut duduk. "Setidaknya kita udah berjuang buat hidup beberapa jam kedepan. Gue tau kita belum tentu menang, tapi ayolah, jangan terus berpikir negatif seolah kita bakalan kalah betulan di akhir permainan."
"Kita semua bahkan tahu kalau pemilik game itu manusia tergila yang ada di bumi. Kemungkinan kita menang cuma beberapa persen, bahkan gak lebih dari lima puluh per seratus."
"Labirin. Labirin. Labirin." Ej mengadahkan kepala ke atas, sinar matahari mengarah tanpa terkecuali pada wajahnya. "Kalau kita gak bisa keluar dari labirin nanti, gimana?"
"Gak akan. Kita pasti bisa keluar."
"Dengan kata lain kita gak mungkin kalah? Kita bakalan menang walau nyelesain permainan dalam waktu yang lama. Begitu?"
"Nggak. Kita bisa keluar. Entah dalam keadaan yang masih hidup atau ... jangan dibahas lagi."
Mereka diam. Tidak ada yang membahas apapun lagi. Detik mulai berganti menjadi menit dan entah sudah berapa menit mereka lewatkan hanya untuk berdiam tanpa ada yang bicara.
Sampai pada waktunya untuk permainan terakhir, permainan yang di mulai pada pukul satu siang.
Kali ini ada beberapa sosok yang menjemput mereka, mungkin sekitar sepuluh orang? Ya, mungkin segitu.
Mereka bersepuluh tidak ada yang menunjukkan wajah mereka—memakai topeng yang menutup bagian atas wajah mereka, seperti topeng yang biasa dipakai untuk acara dansa.
"Kalian siapa?"
Salah satu dari mereka menjawab. "Kami akan mengantarkan kalian pada permainan terakhir."
"Apa kalian bisa kasih satu bocoran tentang permainan labirin?"
"Apa boleh?" Pria misterius yang lebih pendek dari mereka bersepuluh bertanya pada si ketua, yang memakai topeng paling indah dengan bulu merak diatasnya.
"Apa yang kalian ingin tanyakan?"
"Berapa persen kemungkinan kita menang?" tanya Jake.
"Tidak lebih dari tiga puluh persen."
"Apa-apaan!"
"Sudahlah. Apa kalian tidak sadar kalau permainan-permainan yang ada selalu mengandalkan kepintaran, logika, keegoisan dan keserakahan?" Si ketua memimpin yang lain untuk bergerak maju. "Kalian tahu? Satu peserta tahun lalu berhasil keluar dengan selamat dari permainan ini karena Dia memakai logika dan kepintaran yang ia miliki."
"Siapa—"
Ucapan Taehyun terpotong. Mereka memasuki kawasan yang cukup membuat ketiganya kaget.
"Kalian siap? Permainan akan segara dimulai. Bersiaplah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Failed
Misterio / SuspensoSeason O1; selesai. "Gak ada cara lain, Jay! Kita harus pecahin semua teka-tekinya!" -fail [28¹²21] #1 ej #7 logika #5 taehyun
