Mobil hitam milik Daffin mulai membelah jalanan kota Jakarta menuju kota Bandung. Daffin menepati janji kemarin mengajak Nara pergi ke Bandung.
Sebelum berangkat ada sedikit perdebatan kecil dengan Nevan. Bagaimana tidak kesal, Nevan
mengintrogasi Nara dan melemparkan beberapa pertanyaan yang membuat Nara malas menjawab.Apalagi Nevan meminta dibawakan martabak telur dan makanan khas Bandung lainya, kalau tidak dibawakan katanya akan ngadu sama Delmira kalau Nara selalu nangis.
Radio, Kamera, dan Novel adalah paket lengkap yang selalu ia bawa kemana saja. Untuk menghilangkan rasa bosan saat di mobil. Seperti ini, Nara sedang membaca Novel, sembari mendengar musik dari radio antiknya, dan sedikit memainkan kamera saat melihat pemandangan yang indah dari luar mobil.
"Kenapa nggak naik motor aja? Kalau kayak gini jadi lama." Protesnya. Jalan tol saat ini sangat macet, sudah 30 menit mobil Daffin tidak bergerak, penyebabnya ada perbaikan jalan.
Nara sedikit bosan karena dari tadi tidak ada teman-temannya: Tidak ada yang mengetuk kaca jendela; nyanyi; menawarkan tisu.
"Mau kejebak macet atau mau sakit?" Itu adalah jawaban menjerumus kepemilihan.
Nara langsung diam. Memang di luar sana sedang hujan, kalau mereka pakai motor sudah pasti akan kehujanan, dan pulang-pulang demam.
Tapi Nara sangat suka hujan.
"Kalau bisa cepat ya mending sakit." Jawaban Nara sangat menjengkelkan bagi Daffin.
"Udah jadi beban malah mau sakit. Lo tuh kalau sakit nyusahin." Daffin ingat betul saat Nara sakit, Nevan meminta tolong padanya untuk ke rumah jaga Nara. Daffin tidak memberitahu itu pada Nara, di rumah Nara pun ia hanya main game hingga Delmira pulang.
"Sok tau!"
"Anteng aja, ya? Baca buku sama dengar musiknya. Nggak usah ngomong." Kata Daffin membuat Nara kesal.
"Ya tapi, 'kan, hujan-hujan seru, teru--"
Daffin segera menyela. "Lo udah dewasa, harus bisa jaga diri, Ra, nggak semua orang yang ada di dekat lo akan selalu ada dan peduli sama lo." Daffin mengacak-ngacak rambut Nara.
"Daffin..." Kesalnya, langsung merapihkan rambutnya lagi.
"Nasihat lo sama kayak bang Nevan, nyontek ya?" Tuduh Nara. Tadinya jadi sasaran acak rambut, sekarang kepala Nara jadi sasaran jitakan Daffin.
Nasihat Daffin tidak benar-benar seperti Nevan. Nara tertegun saat mendengarnya, entah kenapa kalimat yang bilang sama dengan Nevan itu keluar, mungkin efek Nara gugup dan bingung mau balas apa.
Ada banyak pertanyaan mengenai gugup kamu, Ra..
"Rese banget sih!" Nara memukul pundak Daffin.
"Eh Ra, diem gue lagi nyetir." Peringatnya.
"Nggak peduli! Lain kali jangan main kepala."
Tangan kiri Daffin memegang setir dan tangan kanannya langsung memegang tangan Nara. Memberhentikan gadis itu supaya tidak memukul bahunya, bahaya kalau Daffin hilang konsentrasi.
"Bisa diem nggak?!" Nada suara Daffin sepertinya sudah tidak bersahabat.
Niat Nara cuma becanda, tapi respon Daffin seperti itu membuat Nara langsung diam.
"Maaf.."
Nara menjauhkan tangannya dari pundak dan menarik tangannya dari Daffin. Lanjut membaca novel, dan mendengarkan musik.
Hati perempuan memang sangat lembut ya? Atau bukan lembut, tapi gampang baper? Apalagi kalau lagi datang bulan. Seperti Nara saat ini, baru di bentak sedikit sudah cemberut dan badmood.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA ALYOSHA
Storie d'amoreON GOING _________________ Nara Alyosha, gadis si pencinta kopi Tiramisu. Gadis cantik pembawa kebahagiaan bagi setiap orang yang ada di dekatnya, gadis ceria, baik, ramah, dan wajah cantiknya yang tiada dua. Kerumitan di dalam percintaan Nara selal...