Terhitung sudah satu minggu Ryujin terbaring tidak sadarkan diri di rumah sakit semenjak kecelakaan beberapa hari lalu. Terhitung satu minggu juga Jake setia berada didekat Ryujin menemani gadis itu. Lia, Hyunjin, Yeji, Somi dan Minju sudah membujuknya agar pulang dan bergantian jaga namun anak laki-laki itu tetap bersikukuh dan setia duduk di dekat ranjang Ryujin sambil memegang tangan Ryujin.
Lia menyunggingkan senyum tipis begitu memasuki ruang rawat Ryujin. Di dekat ranjang Ryujin ia melihat punggung Jake yang duduk membelakanginya.
"Kamu nggak ikut Somi pulang?"
Jake tak menolehkan kepalanya ketika mendengar suara lia namun menjawab, "Tempat aku pulang ada disini"
Lia mendekat, diusapnya lembut rambut Jake. "Udah makan malam belum?"
Jake "Belum"
"Aku lupa tadi kesini nggak beli makanan. Kamu mau makan apa? biar aku beliin sebentar kamu gapapa kan ditinggal?"
Jake mendongak menatap Lia yang berdiri didekatnya, "Nggak usah aku nggak lapar kok"
Alis lia sontak menukik, "Harus makan! aku beliin nasi goreng sebentar. Bisa ngamuk Ryujin pas bangun ngeliat anaknya kurus kering, nanti kita semua kena omel karena nggak ngasih kamu makan" ucap Lia dengan nada berpura-pura galak. Lia terkekeh diujung kalimatnya karena membayangkan ekspresi mengomel Ryujin, Ah Lia jadi rindu Ryujin.
Jake berdiri, "Aku aja yang pergi beli sendiri gapapa, aku sekalian cari udara segar. Tante mau nitip apa?"
Lia menatap Jake sebentar lalu mengangguk "nggak nitip, aku udah kenyang, yaudah hati-hati, di deket rumah sakit tadi ada yang jualan martabak, bakso sama nasi goreng kalau nggak salah. Pilih aja mau apa" kata lia sambil merogoh dompetnya lalu menyerahan beberapa lembar ke Jake
Jake menolak uang pemberian Lia, "Aku masih ada kok tan, kemarin di kasih Om Hyunjin."
Lia mengangguk paham, "yaudah buruan gih, jangan lama-lama. bungkus aja, jangan mau diajak ngobrol orang asing, jangan pedes-pedes belinya, jangan nyaut kalau ada suara manggil-manggil biasanya orang iseng, lagsung beli terus balik lagi jangan mampir-mampir, jangan lupa beli minum juga"
Jake menyunggingkan senyum mendengar nasihat larangan Lia. Cara Lia mengomeli dan menasehati di masa depan dan masa lalu tetap sama saja. Jake menatap Lia lembut, "iya tan" jawabnya dengan pelan.
Jake pamit dan bergegas menuju warung makan yang ia tuju, sepertinya nasi goreng cocok untuk malam ini. Diapun pergi memesan, dan duduk mengantri dibawah pohon dekat warung karena di dalam warung banyak sekali pembelinya dan sesak.
Jake duduk melamun menatap tukang nasi goreng membuat pesanan pelangganya. Ia menghela nafas panjang dan melempar pandanganya pada jalanan yang tidak terlalu ramai.
Hatinya kembali berdenyut nyeri mengingat Ryujin yang sudah terbaring koma selama satu minggu dan parahnya tak ada satupun keluarganya yang pulang untuk menjenguk putri satu-satunya dikeluarga mereka.
"Mama papanya Ryujin nggak bisa pulang, mereka nggak bisa dihubungi tapi kata sekertarisnya mereka lagi ada proyek gede makanya sibuk. Gue udah pesen buat ngabarin kondisinya Ryujin. Terus..abangnya Ryujing Bang Mark katanya lagi masa ujian, dia juga lagi banyak proker yang harus dikerjain nggak bisa kesini juga"
Kata-kata Hyunjin ketika berdiskusi dengan Yeji, Somi, Minju dan Lia membuatnya semakin geram dan tak habis pikir.
Anak dan adiknya tengah berjuang diantara hidup dan mati, sementara mereka tak sedikitpun menaruh empat dan simpati.
Mamanya sekarat! dan para keparat itu tak peduli!
Jake mengumpat dalam hati. Ia marah, mamanya di masa depan terlalu baik. Dia menutupi semua kesedihan dan kesepianya seorang diri, bahkan saat kenyataanya orang-orang terdekatnya bersikap sialan seperti ini. Mamanya menutupinya dan menceritakan bahwa mereka baik dan memperhatikanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Mama!
Teen FictionSepulang sekolah Jake tidak langsung pulang kerumah, ia berjalan-jalan hingga pukul enam malam. Di bawah langit yang baru gelap dan lampu-lampu jalan yang mulai nyala, Jake berjalan gontai menuju rumahnya. Ia berhenti di depan toko kue dan teh beruk...