Ryujin meringis merasakan nyeri pada punggungnya kian terasa saat direbahkan. Sepulang sekolah sesuai prediksinya, papanya sudah menunggu dirumah dan benar-benar menghajarnya habis-habisan.
"Kamu berani berantem lawan anak orang, cowok lagi! kenapa nggak berani ngelawan papa hah?!"
"BIKIN MALU SAYA KAMU!"
"Sekolah tinggal sekolah apa susahnya si Ryujinn, papa capek sama kerjaan kamu malah bikin ulah. Papa mana pernah marah sih kamu habisin uang papah, beli apapun yang kamu mau, main kemanapun yang kamu mau tapi seenggaknya kamu nurut dan jaga nama baik keluarga. Masa susah gitu aja!"
Ryujin memejamakan matanya kesal begitu teringat perkataan papanya tadi disela-sela memukulnya. Papanya itu memang tampak seperti papa yang baik, memang baik sih. Papa juga sayang padanya tidak seperti sosok papa jahat yang ada di cerita-cerita. Namun papa akan marah seperti tadi jika dia melakukan sesuatu yang menurut papa tidak seharusnya apalagi menurut papa itu merusak citra yang ia bangun.
Papanya baik, papa tidak pernah menyakitinya di area seperti wajah atau melukainya hingga cedera berat. Papa baik karena melukainya di bagian dimana orang tidak bisa melihat lukanya, sehingga ia tak perlu kesusahan menutupinya.
"Kamu kalau nggak pintar kayak Mark seenggaknya jangan bikin ulah dong, mana sini yang luka".
"Anak cewek kok berantem"
Bundanya juga baik, ia akan menyembuhkan lukanya kalau papanya menyakitinya.
"Lusa ada pertemuan rekan kerja papa, kamu ikut. Lukanya harus cepet sembuh nanti keliatan jadi jelek, bajunya mama yang cariin nanti. Kamu sekarang istirahat aja."
Walaupun ujung-ujungnya bunda sama seperti papa. Mereka menyayangi dirinya. ia tahu itu. Hanya saja rasanya mereka terlalu sayang hingga rasa sayang dari papanya itu terasa mencekik.
Perihal Mark, ia baru tahu kalau kakaknya ternyata sedari tadi ada dirumah bahkan melihatnya dipukuli sang ayah namun kakaknya itu hanya diam saja.
Menyebalkan, rasanya menyebalkan.
Ia ditinggalkan sendirian dalam rumah besar, diberi makan, minum, mainan, lalu dipukul saat tidak menurut. Rasanya ia seperti hewan peliharaan yang hanya akan ditemui saat mereka bosan.
Drrrttt..Drrttt...
Ryujin mengambil handphone miliknya yang berada di meja dekat lampu tidur, ia melihat nomor Jake menelponnya.
"Halo?" sapa Ryujin pelan.
"HALO MAMA?" sapa Jake dengan nada riag.
Ryujin mengulum senyum membayangkan wajah menggemaskan Jake, ah ia rindu namun ia tidak mungkin menemui Jake.
"Mama lagi apa?? aku barusan makan sama om Hyunjin. Tadi tante Yeji masakin telur tapi asinnn banget mana hitem hampir gosong lagi. Aku lupa kalau tante Lia pernah cerita kalau masakan tante Yeji nggak enak".
Ryujin tertawa mendengar nada Jake yang mengadu dengan berbisik takut yang disebut namanya mendengar.
"Aku lagi mau tidur, kamu kok belum tidur?"
"Aku kangen mama, mama nggak kangen aku?"
"Kangen, maaf ya kamu sama om hyunjin dulu"
Mereka diam sejenak, Ryujin melihat layarnya mengecek sambungan telepon karena Jake tak menyahut.
"Kamu ketiduran ya?"
"Mama"
"ya?"
"... mama nggak papa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Mama!
Ficção AdolescenteSepulang sekolah Jake tidak langsung pulang kerumah, ia berjalan-jalan hingga pukul enam malam. Di bawah langit yang baru gelap dan lampu-lampu jalan yang mulai nyala, Jake berjalan gontai menuju rumahnya. Ia berhenti di depan toko kue dan teh beruk...