Bab 5

4K 355 41
                                    

Di kamar serba pink ini terlihat Elizabeth tersedu sedan. Beberapa kali hidungnya menyedot ingus.

"Hiks..hiks..hiks srottt...malang sekali hidupmu anakku...kaki Papamu memang kurang ajar! Wajib di potong! Hiks...srottt!" Elizabeth mengusap cairan kental bewarna kuning dengan sapu tangannya.

"Huhuhuhu tenang sayang..nanti kalau kaki Papamu sudah Mama potong, Mama janji, akan buatin sop yang lezat untuk kamu.."

Leonard yang di hukum hadap tembok nelen ludah. Mampus..my sikil..

Bukan cuma Leonard doang yang ngeri, Freen sama Richie yang denger pun ikut ngeri.

"Udah Ma, udah... bakat psikopatnya pendem dulu, ya. Keluarin kalau udah umur 300," Richie mengelus punggung Mamanya, menenangkan.

Elizabeth tidak menjawab, tangannya aktif mengelus-ngelus rambut Becky.

"Lagian kamu juga ada-ada aja, Sayang! Udah tau Papamu itu petakilan masih aja diikutin! Mampus kan tuh!" omelnya tidak sadar diri.

"Ma..adek luka lho..kok masih aja di omelin? Udah dong.." Richie menatap Freen. Mengkodenya agar menenangkan Elizabeth.

Freen mengangguk. Ia maju guna memeluk mama mertuanya.

"Tenang, ya, Ma. Becky bakal baik-baik aja kok. Diakan kuat anaknya. Tahan banting."

Elizabeth memegang tangan Freen yang mengalung dilehernya. Mengangguk-angguk.

"Iya, Sayang, kamu benar. Dulu waktu minumannya dikasih sianidapun dia masih hidup kok. Benar kamu Sayang. Gak ada yang perlu dikhawatirin."

Freen tersenyum sambil mengangguk-angguk. Masalah minuman sianida itu sebenernya agak serem.

"Yaudah, kamu anterin Mama ke supermarket yuk. Beli beberapa barang," Elizabeth berdiri dari duduknya. Ia mengambil hoodie  pinknya Becky yang disimpan di lemari. Eits..umur boleh tua, tapi gaya tetep remaja.

Freen mengangguk. Ia pamit ke semua yang ada diruangan dan pergi bareng Mama El.

______________________

"Kamu mau daging ayam atau daging Papa Leo?" Elizabeth ngomong sambil tangannya ngambil daging segar di freezer.

Freen melotot  "Astagfirullah Mama.. kasian Papa Leo nya.."

"Ya, gakpapa. Nyebelin sih!" Elizabeth manyun.

Freen ngulum senyum. Agak gak inget umur ya bund.

"Eh, kamu cari cemilan gih. Nanti dimakan dirumah. Sekalian es krim, ya."

Freen mengangguk. Dia mengambil keranjang dan pergi ke rak lain.

Freen yang dasarnya doyan makan langsung diborong semuanya. Mulai dari ujung kanan sampe ujung kiri ada di keranjangnya.

"Ini cukup gak, ya?" Freen menimang-nimang barang belanjaannya, memikirkan apalagi yang kurang.

"Ah, iya! Susu HiLo Teen-nya Becky!" Freen tergopoh-gopoh ke rak susu. Mencari susu HiLo Teen rasa coklat.

Dan pas udah sampe Freen ngerutin dahi. Letak susunya tinggi banget. Tak ingin mengecewakan istrinya, Freen meletakan keranjangnya di lantai, lantas ia mulai lompat-lompat berusaha menjangkau apa yang diinginkan.

"Ck, nih yang ngeletakin di atas kayaknya slanderman deh. High banget epribadehh," Freen mendengus.

Ia tetap dengan aksinya yang loncat-loncat.

Dan di waktu ia hampir menyerah, sebuah tangan besar lewat disampingnya. Freen sontak membalikan badan.

"Kyaaak!" Freen terjengkat hampir menabrak belakangnya. Untung saja ada tangan besar lagi yang melindungi punggungnya.

"Hati-hati napa. Ceroboh banget jadi orang," tegur laki-laki itu.

Freen menahan napas. Masalahnya posisi laki-laki itu seperti menghimpit tubuhnya.

"Ah, iya..maaf. Tapi kamu bisa mundur dikit gak? Posisinya agak gak nyaman," ujar Freen sopan. Laki-laki itu mengedihkan bahu. Ia menurut.

"Nih, susu yang lo mau. Makanya tumbuh itu ke atas bukan kebawah," ejeknya.

Freen menatapnya kesal. SKSD banget nih orang.

"Makasih," ucap Freen ketus. Ia merebut susu yang ada di tangan laki-laki itu kasar lantas melengos pergi meninggalkannya.

"Weh..gak sopan banget jadi orang! Minimal kenalan lah!"

Freen berhenti. Perlahan berbalik dan kembali menghampiri laki-laki itu.

Freen lebih dulu mengulurkan tangan, "Freen."

Laki-laki itu tersenyum, mengangguk. Tangannya membalas uluran tangan Freen.

"Christiano. Christiano William."

Setelah itu sampai beberapa saat Christiano tak kunjung melepas genggamannya. Hingga Elizabeth yang sudah selesai menghampirinya.

"Sayang! Ayo!"

Freen mengangguk. Ia menarik paksa tangannya, menyambar keranjangnya lantas pergi ke kasir.

Christiano yang melihat itu terkekeh kecil.

"So cute. Haha okay, from now on she's mine.."

____________________




"FREEEEEEEEEEENNNNNNNNN!"

Freen yang baru turun dari mobil tersentak kaget saat Becky tiba-tiba memeluknya sambil nangis kejer.

"Hei, kenapa Beck?" Freen mengelus kepala Becky lembut.

"Papa Freen...hiks..Papa.." adunya sambil tersengal-sengal.

"Papa kenapa?!" Elizabeth menghampiri Becky dengan mimik muka khawatir.

"Papa benci Becky Ma...hiks..Papa benci Becky.."

"Hm? Benci gimana maksudnya? Coba tenang dulu," Freen menggiring Becky agar duduk ditanah. Sedikit gak romanstis sih.

"Iya Freen, Papa benci Becky! Masa Becky dikasih makanannya Bonbon? Udah gitu Papa masukin racun ular ke minuman Becky.. hiks! Becky sedih.."

Freen shock berat. Kayaknya keluarga Armstrong ini emang psikopat deh!

Denger anaknya dianiaya gitu, Elizabeth murka. Ia menghampiri Leonard yang menyilangkan tangan berusaha membela diri.

"Enggak Ma, enggak! Papa enggak gitu! Si bocil fitnah Ma! Wahhh lo jangan gitu Cil!" Leonard menunjuk Becky.

Elizabeth gak peduli, ia tetap menghampiri Leonard dan langsung mukul perutnya.

Bugh!

Knock out! KO!

Leonard seketika pingsan ditempat.

Badgirl Kesayangan KETOS [FREENBECKY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang