Chapter 09 • Tawaran

31 6 0
                                    

Jam pelajaran terakhir tengah berlangsung siang ini. Namun karena kebetulan guru yang mengajar dikabarkan tengah membantu persalinan kambing tetangganya, jadi kelas Kenan berakhir kosong.

Sejujurnya Kenan merasa suntuk dan bosan. Tidak ada hal yang bisa menarik perhatiannya. Ia berniat untuk berkeliaran di luar kelas sendirian. Mengembara entah kemana mencari kesenangan lain sepertinya lebih berfaedah daripada planga-plongo tidak jelas di bangkunya.

Kan tidak lucu kalau cogan sepertinya tiba-tiba kesurupan. Bisa heboh tujuh generasi yang ada.

Laki-laki itu melirik ke pojok belakang dimana teman-teman kelasnya yang berjenis kelamin laki-laki tengah sibuk bergerombol dengan satu ponsel sebagai pusat. Menonton sebuah film yang katanya sangat menarik.

Tau kan. Anak laki-laki kumpul di pojok ruangan pasti lagi apa?

Iya, otak liar kalian kali ini benar.

Saat menyadari Kenan yang berdiri dari bangkunya, salah satu dari mereka yang bernama Bintang menegur. "Oy! Mau kemana lo?"

Kepala Kenan menoleh saat dirinya ditanya, "Cabut."

"Yaelah, nanggung amat jam segini cabut. Cabut tuh dari pagi sekalian."

"Bukan cabut sekolah bego. Cabut dari kelas, suntuk gue."

Bima membulatkan mulutnya, "Mau sebat?"

Kenan menggeleng mantap, "Enggak. Kemarin gue nyoba yupi ternyata rasanya lebih enak. Rokok gak bisa dikunyah apalagi ditelen. Cuma bisa dihisap doang,"

"Ya kalau lo ngunyah apalagi nelen bisa langsung ajal lah monyet." Jawab Bima tidak habis pikir.

"Ya udah. Sini gabung sama kita. Lo kan biasanya seneng yang beginian." Ajakan Arzen langsung dibalas penolakan.

"Sorry. Gue udah tobat sob. Gak nonton gituan lagi sekarang,"

"Sok iye lu tong. Lagian kita dapet link haram ginian dikasih siapa coba?" Bima bersuara, "Ya sama lo lah babi. Lo kan bandarnya."

"Gimana gak tobat. Orang dia udah khatam sampai hapal tiap gaya di setiap adegan." Cibir Leo di tengah-tengah mereka.

Iya, Leo juga sedang nyempil di sana. Padahal biasanya anak itu sibuk bermain game.

"Hehe... ya gimana ya. Ibaratnya lo pada baru nyemplung terus mati kelelep, gue udah kering duluan." Cengirnya, "Lagian lo sih Le kalau gue ajak nonton gak mau. Tapi sekarang lo nonton bareng mereka? Sungguh tega kau roma!" Balas Kenan dibuat sedramatis mungkin.

"Gue dipaksa anjing!" Bela Leo tidak mau kalah.

Bintang menatap sinis, "Paksa apaan? Orang lo gampang banget tadi pas ditarik. Gak ada unsur penolakan sama sekali tuh,"

Leo berdecak, "Ya namanya juga gue manusia, punya nafsu! Gitu aja gak paham. Anak IPA bukan lo?"

"Udah berisik dah. Gue terganggu nih!" Laki-laki bernama Gale yang sedari tadi fokus berseru. "Fokus aja napa fokus. Gue jadi gak menghayati nih!"

"Ini lagi satu! Nonton sambil istighfar coba. Iler lo noh kemana-mana!" Tunjuk Arzen pada wajah Gale.

Seketika Gale langsung mengelap bibirnya, "Gak ada iler anjir!"

Kenan tertawa kecil melihat semua temannya, "Lagian lo pada daripada tambah dosa mending dengerin ceramah aja. Malu sama setan di pojokan yang liat tingkah laku kalian,"

"Bocah gak pernah ngaca ya gini nih."

Tapi Haikal yang sedari tadi diam tiba-tiba bersuara, "Kok gue tiba-tiba merinding ya?"

MONOKROM : Epoch Of AvoshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang