Chapter 17 • Pertengkaran Batita

19 4 0
                                    

Happy Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!!!

°
°
°

Pintu ruangan itu terbuka perlahan, menampilkan sosok tampan Kenan yang berjalan dengan setangkai bunga peony putih di tangannya.

Ruangan serba putih dengan aroma khas obat itu hening dan damai. Ruangan tempat dimana gadis itu terbaring di atas bangkar rumah sakit dengan mata yang masih tertutup rapat.

Ini adalah hari kelima gadis itu belum sadarkan diri sejak insiden ia pingsan di depan Kenan, Luna, dan Leo.

Kenan menatap mata yang masih tertutup dan menampilkan postur wajah yang damai dan tenang itu, lalu terkekeh.

"Oi putri tidur! Bangun. Gak cape merem mulu?" Sudut bibirnya tersenyum meledek, "Apa perlu gue cipok dulu baru lo mau bangun?"

Ehehe, berjanda braderr.

Tapi kalau misal itu cara untuk Ocha bisa bangun sih, Kenan terpaksa tidak bisa menolak.

Ya gimana ya, Kenan itu menjunjung tinggi kehormatan wanita. Masa iya dia mencium gadis yang sedang tidak sadar. Ranah brengsek Kenan tidak berbelok ke arah sana saudara-saudara sekalian.

Kenan itu terlalu menyayangi wanita, dia tidak mungkin berbuat yang iya-iya kalau mereka tidak mau.

Astaghfirullah, enggak. Tuh kan jadi ngawur.

Kenan kan si anak alim, bukan anak nakal yang suka mencuri ketimun.

Paling mencuri hati Ocha. Avv.

"Belek lo kebanyakan ya? Makanya mata lo rapet gak bisa dibuka." Celetuknya lagi.

Ya.. namanya juga usaha.

Siapa tau Ocha ternyata pura-pura tidur. Siapa tau Ocha hanya sedang membuat konten prank. Ya kan?

Awalnya Kenan pikir begitu karena setiap ia datang, Ocha belum juga sadarkan diri. Tapi saat ia mengecek ke lubang tikus di ruang inap itupun, tidak ada kamera tersembunyi sama sekali.

Kenan mencibir saat tetap tidak ada jawaban. Sepertinya Ocha benar-benar belum sadarkan diri.

"Padahal gue udah bawaiin lo bunga lagi. Emang lo gak mau liat sama cium baunya? Wangi banget kalau lo mau tau." Matanya mengamati bunga yang ia bawa, "Tapi ini bukan mawar. Karena emak gue sukanya bunga peony, jadi tadi sebelum ke sini gue cabut dulu ini bunga dari kebun emak gue. Untung keluarga gue lagi gak ada di rumah jadi emak gue gak bakal tau,"

Kenan mendesis saat mengingat sesuatu, "Anjing, gue lupa. Nyokap gue kan teliti banget. Dia punya laporan detail berapa banyak bunga yang udah kuncup, mekar, layu, bahkan mati yang dikasih pak Tono. Mampus, bisa gak dianggep anak lagi atau yang lebih parah gue dikutuk jadi malin peony!"

MONOKROM : Epoch Of AvoshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang