"Jangan sepenuhnya tenang. Ingat, musuh kita masih bertebar."
VOTE! VOTE! VOTE!
chapter 01. H E K S A
―――――――――――Ckiittttt!
Plak!
"EL!"
Zen memukul kencang punggung Aldi setelah rem dadakan yang membuat keduanya sedikit terlonjak tadi.
Gadis itu turun dari motor dengan berpegangan pada bahu Aldi. "Resek!" Cetusnya.
Aldi terkekeh puas sembari mengelus punggungnya yang menjadi korban. Keduanya melepas helm lalu berjalan beriringan.
Langkah demi langkah, kini mereka telah melewati pintu masuk, beserta jejeran pasang mata yang mengekori keduanya.
Tak kalah ramai, saut bisikan di sebelah sana terdengar mengikuti jejak sosok gadis dengan rambut panjang terurai dan tas yang hanya ia gendong dengan sebelah bahu, juga laki-laki dengan aroma parfum Calvin Klein disampingnya yang datang dari pintu masuk sebelah kiri.
Lalu berbeda dengan kondisi para murid yang berada disekitaran koridor. Sunyi. Mereka kompak menyingkir, membuka jalan untuk gadis berambut pirang dan juga laki-laki beralis tebal yang menyakukan kedua tangannya.
Dua, empat, enam. Enam orang. Enam orang yang kini sukses mengalihkan perhatian siswa-siswi karena kini telah berkumpul menjadi satu setelah usainya libur panjang.
HEKSA?
HEKSA!
ITU HEKSA WOI! BUSET MAKIN CAKEP AJA SI LEXA!
ZEN GAK KALAH CAKEP WOI!
BERISIK LU PADA, SHEIRRA TETEP RATUNYA!
BODOAMAT, INI KAI MAKIN KAYAK PANGERAN, BUSET!
KIWW ALDII!
KALAU ZHAFRAN GAK PUNYA PACAR, UDAH GUE AMBIL DULUAN TUH!
Emangnya mau?
HUUUUU!!
HEKSA kembali.
Sheirra menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keramaian itu.
Sebenarnya mereka tidak pernah dengan sengaja memberi nama persahabatan itu. HEKSA, adalah lontaran yang orang-orang berikan dan berakhir melekat pada mereka.
Zhafran terkekeh kecil. "HEKSA.. unik juga,"
"Gue mau ke kelas. Lo pada masih betah jadi pusat perhatian?" Ujar Lexa setelah menyingkap rambutnya kebelakang.
Tidak menunggu jawaban, cewek itu langsung berbalik badan. Membuat Kai dan Sheirra langsung mengikutinya.
Lapangan gedung utama merupakan lokasi terakhir sebelum mereka berpisah. Aldi, Zhafran, dan Zennaya kini telah melangkah ke arah yang bersebrangan―12 IPS 1.
Mereka berhenti tepat didepan kelas barunya, pintu kelas 12 IPS 1. Zhafran yang berposisi paling depan menghentikan langkahnya karena laki-laki bertubuh tinggi yang kini menatap ketiganya tanpa ekspresi.
Laki-laki itu beralih menatap Zhafran cukup lama, lalu memutuskan pergi.
"Ada dua kesialan gue hari ini. Yang pertama karena kita sekelas sama tu bocah. Dan yang kedua dia orang pertama yang gue liat dikelas ini." Ucap Zhafran lalu masuk lebih dulu.
Aldi menghela nafasnya. "Kayaknya pertempuran season dua gak lama lagi,"
"Kenan-Zhafran kalau ribut ngalahin demo emak-emak pas harga minyak naik," ucap Zennaya.
Kenan Al-Ghazali―atau lebih dikenal anak dari Kepala Sekolah SMA Binar Berlian. Inti permasalahannya dengan Zhafran sebenarnya cuma satu. Yaitu, Lyona Kamila.
Karena katanya, kehilangan orang yang belum sempat dimiliki, sakitnya emang gak ikhlas!
Zen mengambil posisi duduk disebelah cewek yang kini sibuk bersiap dan merapikan mejanya.
Lalu cewek itu tersadar. "Eh? Hai, Zen."
"Hai, kayaknya lama gue gak liat seorang Jennaira Salsabila. Tapi lo masih sama, selalu nyiapin segalanya paling awal."
Suara tawa itu terdengar. "Pengamat lo!"
"SELAMAT MOORNINGG! OH MEY JES?!! JENNAAAA!!"
Teriakan itu datang seiring pelukan yang menghampiri tubuh Jenna. Jelas itu suara Cyara, Cyara Atvaya. Yang kini sedang mendekap erat sahabatnya, Jenna―atau mungkin mencekiknya?
Zen membalikkan badan sejenak tepat pada Zhafran, lalu mengggelengkan kepala. Sudah bisa ia tebak kehadiran Cyara hanya membuat Zhafran semakin mengumpati nasibnya yang kini berada dikelas 12 IPS 1.
Itu terbaca karena laki-laki itu tengah menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan diatas meja, berusaha tidur.
"Lo apa kabar, Zen?"
"Baik. Lo?"
"BAIK DONG! HARI INI KAN GUE BISA KETEMU SAMA AYANG VAREZ LAGIII! Yaa walaupun tetep beda jurusan, sih!"
"Iya iya, happy for you, deh!" Ucap Zennaya.
"Belajar, Ra! Varez mulu pikiran lo, udah kelas 12 nih!" Timpal Aldi.
"Gue belajar kok! Pokoknya gue bakal tanya semua tugas gue ke Varez! Secara kan.., Varez pinternya kebangetan! Gue bisa ketular!"
Aldi menghela nafasnya kasar. Masih terheran dengan sikap Cyara yang tanpa lelah mengidolakan wakilnya dalam club KAISAR.
Zhafran berdiri setelah mendorong pelan mejanya. Mengalihkan perhatian seluruhnya.
"Gue mau ke kelas Kai, ketemu Lyona. Kalian terserah."
Sorot mata mereka mengikuti langkah Zhafran. Alih-alih tak peduli, Cyara memulai kembali percakapan, sedangkan Zen dan Aldi saling melempar tatapnya, bertelepati.
"Lo bisa bayangin gak sih, El? Si Zhafran sekelas sama dua musuhnya sekaligus," keluh Zennaya.
"Kebayang."
"Kebayang tantrumnya," sambung Aldi.
"Sampe sekarang gue masih gak ngerti, persoalan apa yang bikin Zhafran serisih itu sama Cyara? Ini udah masuk tahun ketiga dan gue pikir gak ada yang berubah."
Zennaya menoleh. "Iya juga. Kalau dipikir-pikir, kadang ributnya mereka tuh off side. Kayak anak kandung sama anak tiri yang ngerebutin kasih sayang gitu,"
"Apa.. mereka pernah kenal ya, sebelumnya? Habisnya tiap ditanya, Zhafran gak pernah mau jawab."
Aldi mengedikkan pundaknya. "Emang mereka saudara tiri kali!" Celetuk Aldi.
Zen menatap samar nama-nama murid kelas 12 IPS 1 dalam absen yang terpampang di mading kelas.
"Tapi lo tau gak sih yang lebih berbahaya dari Zhafran, Cyara, dan Kenan yang ada di satu kelas yang sama?"
Aldi mendongak. "Apa?"
"Persaingan di kelas 12 MIPA 2."
"Maksud lo.. Sheirra? Iya, sih, secara disana ada Lyona, Alexa, Kai. Gila ya! Sahabat kita pinter-pinter!"
Zen mengangguk pelan. "Tapi bukan itu yang gue maksud, El,"
"Terus? Siapa lagi? Lagipula gue pikir, sahabat sahabat kita nggak akan menghalalkan segara cara cuma buat berebut peringkat."
Zen memutar kursinya setelah mengamati sekitar untuk memastikan aman, lalu lebih mendekatkan lagi jarak wajahnya dengan wajah Aldi. "Anak donatur terbesar Binar Berlian, ada di kelas yang sama."
Bersambung.
HaAloo! Akhirnya aku kembali setelah hiatus berbulan-bulan. So i hope u guys will like it. Please still support me, thank you! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
HEKSA
Teen Fiction"Jangankan mereka, kami sendiri juga tidak tahu kenyataan-kenyataan yang selama ini bungkam dalam hidup kami." __________________ HEKSA, artinya 6. Terjemahan bahasa Yunani yang orang-orang lemparkan pada 6 orang genius, misterius, ambisius. Tidak...