07. He's Back

73 11 0
                                    

07. He's Back.
――――――――

WARNING! This chapter have a lot harsh words.

.

"Anjing!"

Sumpah serapah itu keluar dari mulut Zen saat tak sengaja menyobek halaman buku catatannya sendiri.

"Hahhh, sialan!"

Oke maafkan bahasa gadis stress tadi.

Ia merengut kesal. Rasanya ingin menangis saja sambil memaki-maki benda tak hidup itu.

Catatan itu harus dikumpulkan maksimal hari ini, sebelum try out Bahasa Indonesia dimulai setelah jam istirahat pertama.

Kenapa Zen baru mengerjakannya sekarang? Karna lagi-lagi gadis itu tertinggal informasi akibat dispensasi bersama para guru dan beberapa pengurus OSIS.

Zen mengerjakannya diluar kelas, niatnya untuk segera ke ruang guru terhambat karna harus mencatat kembali halaman yang robek.

"Hai,"

Zen bergejolak lalu memandang heran keberadaan Devano.

"Kok? Lo?"

"Kenapa? Gue ganggu ya?" Gumam Devano.

Zen menepok jidat, malu.

"Sorry, sorry! Gue lupa kalau kita satu sekolah,"

"Santai aja. Wajar, gue baru masuk."

Zen membalasnya dengan gumaman pelan.

"Ngerjain apa? Stress banget keliatannya,"

"Rangkuman B. Indo. Gue belum ngumpulin, kemarin dispen." Jawab Zen dengan pandangan yang tetap fokus tanpa teralihkan.

"Jiakh, sibuk ya lo."

Devano mendekat, kalimat demi kalimat ia intip dengan saksama.

"Sebenernya lo gak perlu catet bab itu, sih,"

"Hah?"

Gerakan tangan gadis itu berhenti.

"Iya. Kemarin Bu Risa bilang, try out kali ini diperingkas.

"Dan try out buat bab itu diundur. Kemungkinan akhir bulan,"

"Sumpah?! Lo kenapa gak dateng dari tadi aja, sih! Gue udah ngumpat-ngumpat daritadi!"

Devano memerhatikan wajah Zen yang terus mengomel.

Cowok itu terkekeh. "Lo lucu."

"Hah?"

"Maksudnya, lo lucu karna panik ketinggalan info. Makanya lain kali nanya, gak usah sok rajin!"

"Sok iye juga lo, anak baru! Udahlah, gue mau ke ruang guru buat ngumpulin ini!"

"Eh, eh! Tunggu dulu, main pergi aja!"

HEKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang