8. Lawan Tidak Sepadan

67 10 0
                                        

"Yang penting, tongkrongan kami bukan tongkrongan pecundang!"

***

Zen

Angkat telepon gue, please?

Tolong kasih gue kesempatan, Zennaya.

Zen, gue mau ngomong.

Hear me first, Zen.

Please trust me, okay?

Gue nunggu lo, shark.

((3)missed call from Bluel.)

Zennaya malas untuk menanggapinya. Ia sudah terlanjur kecewa ketika Zhafran memberi tahu respon Aldi soal tadi siang padanya.

Baginya, sekarang terserah dengan Aldi, mau menjalin hubungan dengan Kanaya pun silahkan. Toh, sudah berkali-kali bukan, cewek itu mengingatkan kalau Kanaya bukanlah cewek baik-baik?

Ting!

Namun, niatnya yang urung untuk memainkan ponsel justru berubah ketika notifikasi lain berbunyi.

Devano: Belum tidur?

―――


"Baik anak-anak, sesuai dengan yang kemarin Bapak sampaikan, pertandingan olahraga kali ini adalah untuk menguji kekompakkan pada permainan basket dalam angkatan kalian!" ujar Pak Galuh.

"BAIKK PAAAK!" jawab semua.

Seluruh kelas 12 MIPA sedang dalam jam pelajaran olahraga. Terlihat rapi berbaris pada lapangan SMA Binar Berlian yang besarnya tak kira-kira.

"Oke, tanpa berlama-lama, langsung saja kita bagi timnya. Tim putra dan putri dipisah. Pertandingan pertama pertandingan putri. Tim A melawan tim B, dilanjut pertandingan kedua tim C melawan tim D. Paham?"

"PAHAAAM!!"

Sheirra mendengus pasrah. Wajahnya yang merengut pucat menandakan kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja karena perpindahan cuaca belakangan ini.

Matanya menatap objek-objek jauh untuk mengembalikan fokus dari rasa pusing yang tengah menguasai kepala.

"UKS aja, ya? Biar gue yang izin ke Pak Galuh." ujar Lexa.

"Nggak, Le. Minggu depan udah ujian praktek. Kalau nilai gue gak bagus, gue cuma bisa ngandelin hari ini,"

Lexa menggeleng kepala heran. "Kai gak bakalan suka liat lo maksain kayak gini."

Lagi-lagi Sheirra menggeleng cepat.

"Dengarkan semua! Saatnya bapak membagikan nama-nama dalam tim!"

Sheirra menghembus nafas lega saat namanya disebut setelah nama Lexa. Itu artinya, mereka satu tim pada tim A.

"PRITTT!!" bunyi peluit yang ditiup oleh Pak Galuh menjadi pertanda permainan telah dimulai.

Pada awalnya permainan terlihat berjalan lancar seperti pada umumnya. Tapi tak ada yang akan baik-baik saja selama ada nama Tasya yang bergabung dalam permainan tersebut.

Lebih parahnya lagi, mereka berada pada satu tim, dan menjadi lawan dari tim A. Ini bisa disebut momen kesialan.

Sheirra mengikat rambutnya menjadi satu bagian di belakang, kemudian sedikit meregangkan tangannya guna mengusir rasa gelisah.

HEKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang