"Setelah menjalin persahabatan selama ini, memangnya kita bisa menjadi sebuah kata yang lebih?"
chapter 04. Menyimpan Rasa.
―――――――――――――――"Kamu masih yakin, kan, untuk melanjutkan bisnis kamu ini?"
"Masih dong, Ma! Zen kan janji bakal raih mimpi Zen sampai Zen punya bakery shop sendiri," jawab gadis itu dengan mulut yang masih sibuk mengunyah.
Venna menarik kursi lalu duduk tepat berhadapan dengan putri semata wayangnya. Wanita itu tersenyum, "semoga Mama bisa selalu ada disamping kamu sampai kamu bisa dapet hasil yang terbaik, ya."
Zen mengangguk. "Aamiin. Zen yakin kok bisa ngelewatin semua ini selagi ada Mama. Mama gak perlu khawatir, pokoknya Zen janji, Zen juga gak bakal ninggalin nilai dan sekolah,"
Venna menghela nafasnya lega, memandang binar gadis dengan rambut yang diikat menjadi satu bagian. Tangannya tergerak mengelus pelan pergelangan tangan gadis itu.
"Yaudah, Zen berangkat, ya?"
"Loh? Aldi kan belum dateng,"
"Hari ini Zen berangkat sendiri, Ma. Yaudah, Zen―"
"Assalamualaikum, Tante!"
Zen kembali duduk, senyumnya pudar begitu seorang laki-laki berseragam sama dengan dirinya masuk dan bersalaman pada sang Ibunda.
"Waalaikumussalam, nah, yaudah sana kalian berangkat. Tapi Aldi udah sarapan?"
"Udah tante,"
"Zen berangkat," alih gadis itu bersalaman lalu langsung meninggalkan ruang makan, yang tak lama dibuntuti oleh Aldi.
"Ngapain lo kesini?"
Aldi mengangkat sebelah alisnya, memperhatikan Zen yang menatapnya dengan raut wajah datar dan tangan yang bersedekap di dada.
"Jemput lo, lah! Ngapain lagi?"
"Gue bisa sendiri padahal. Kenapa gak jemput orang yang lo suka aja?"
"Zennaya, please? Gue udah kesini, loh,"
Gadis itu memalingkan wajahnya. "Gimana? Udah pikirin semuanya baik-baik?"
Aldi berdehem panjang. Sebelah alisnya terangkat menggoda Zen. "Jadi masih ngambek?"
"Ayolaaah, jangan gini. Emangnya lo suka kalau kita ribut terus?"
"Fine, liat aja kedepannya!" jawab Zen setelah menghela nafas panjang.
Gadis itu hendak melangkahkan kakinya keluar rumah, namun..
"Zen, please!" tahan Aldi.
"Oke gue minta maaf kalau kemarin gue salah, tapi jangan kayak gini, gue gak mau persahabatan kita hancur gitu aja!"
Zen mengedikkan bahunya malas. Namun akhirnya gadis itu mengalah.
"We'll see later, Aldi."
――――
"Guys, ke kelas Kai, yuk!"
Zen meneruskan gerakan pulpennya yang merangkum sisa penjelasan di papan tulis, tapi kali ini arah matanya menghadap pada Zhafran. "Kesana mau ketemu Kai, atau Lyona?" tanya Zen.
"Kalau bisa dua-duanya, ya kenapa harus satu?" jawab Zhafran setelah menyeka rambutnya ke belakang.
"YEUUU DASAR BUCIN, KALAU KATA LEXA APA? BULOL, SKIP!" teriak Zen dan Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEKSA
Teen Fiction"Jangankan mereka, kami sendiri juga tidak tahu kenyataan-kenyataan yang selama ini bungkam dalam hidup kami." __________________ HEKSA, artinya 6. Terjemahan bahasa Yunani yang orang-orang lemparkan pada 6 orang genius, misterius, ambisius. Tidak...