OW - Pasir

117 12 6
                                    

Sasuke kini berada di kamar Sakura, dengan gadis itu yang masih memeluknya begitu erat. Setelah umpatan yang ia keluarkan tadi pada Sai karena mengganggu momennya, ia langsung membawa Sakura kembali ke dalam kamarnya karena gadis itu hanya ingin diantar olehnya. Gadis itu bahkan sampai bilang, "Kamarku hanya bisa dikunjungi oleh Sasuke-kun, karena dia yang pertama kali memasuki kamarku."

Entah Sasuke harus membanggakannya, karena Naruto langsung mencibir begitu Sakura mengatakan demikian. Sifat asli Sakura mulai keluar dan entah mengapa ia menyukainya, ia tidak berbohong.

Ketika Sasuke hendak pergi dari kamar, Sakura justru menahannya dan menariknya hingga terjatuh di ranjang milik gadisnya itu. Dan dipeluknya begitu erat, sampai saat ini. Jika bukan karena Sakura adalah kekasihnya, ia mungkin tak akan membiarkan menyentuh tubuhnya.

"Sakura..." Panggilnya untuk kesekian kali, namun Sakura justru menggeleng.

"Ayah dan ibumu sebentar lagi akan bangun."

Yang Sasuke katakan memang benar, tapi Sakura sama sekali tak bisa jauh dari pria itu. Katakanlah ia trauma dengan tidak adanya Sasuke disampingnya, setelah beberapa insiden yang terjadi padanya dan posisi Sasuke tidak ada atau jauh dari lokasi dirinya. Itu membuat Sakura sedikit ketakutan dan akhirnya bersikap manja seperti ini pada prianya, ya ia seharusnya tak seperti ini.

Terkutuklah sikap manjanya itu.

"Maaf... Aku hanya----"

Kalimatnya terpotong kala merasakan benda kenyal menyentuh bibirnya, melumatnya dengan penuh kelembutan hingga dirinya terbuai. Sasuke melahap bibir nya dengan lembut dan rakus, hingga pria itu memutuskan untuk mengakhirinya. Ibu jari nya menyentuh permukaan bibir Sakura dan mengelapnya, "Aku mengerti."

Setelahnya Sasuke berdiri dan membereskan dirinya yang sedikit berantakan, lalu keluar melewati balkon. Sebelumnya ia mencium Sakura lagi kala hendak melompat keluar. Ia bisa melihat rona merah yang menjalar, dan Sasuke merasa moodnya membaik akan hal itu.

Dari balkon tadi Sasuke juga bisa melihat Naruto beserta Sai yang sudah siap dengan baju kuliahnya, membawa tas miliknya sesuai apa yang di pinta karena hari ini mendapatkan kelas pagi. Jadi Sasuke meminta Naruto untuk membawakan tas dan baju ganti miliknya, meski pria rubah itu sempat mendengus padanya.

"Ini." Menyodorkan tas yang begitu besar ukurannya dari yang biasanya, Sasuke menerima sekaligus menggumamkan kata terimakasih sembari mengeluarkan barang yang ia butuhkan.

Tak perlu toilet atau apapun itu karena ia hanya mengganti baju, bukan celana. Untuk urusan celana mungkin ia akan menggantinya nanti di kampus, ya begitu saja.

"Aku sudah menaruh pakaian dalam untukmu, kenapa kau tidak menggantinya?"

Sungguh, itu pertanyaan terbodoh yang pernah ada dari Naruto. Matanya memicing tajam, tapi memang percuma karena pria itu sama sekali tak mengindahkan tatapan tajamnya. "That was a stupid question I ever heard, Usuratonkachi."

"Ck, ya ya ya sudahlah sana ke kampus dulu. Aku harus memanggil yang lainnya." Sasuke hanya mengangguk, lalu menjalankan motornya menuju kampus.

--&--

Tokyo university, tempat dimana semua mahasiswa menimba ilmunya disini. Dan juga sebagai tempat persembunyian siluman, yang mana hal ini tak ada yang tahu kecuali pemilik universitas beserta siluman yang disembunyikan. Uchiha Sasuke, salah satu siluman sekaligus pemimpinnya kini tengah duduk lemas di kantin setelah kelasnya berakhir 15 menit yang lalu.

Pesonanya yang mematikan mengundang kaum hawa yang ada disana, bahkan sampai menjerit, namun Sasuke tak mempedulikan hal itu. Kepalanya pusing tak karuan, kemampuan telepati nya terkadang tak bisa ia kendalikan jika ia berada di lautan manusia. Yang mana semua pemikiran mereka benar-benar bisa terbaca oleh Sasuke dan itu benar-benar mengganggu dirinya, terlebih pemikiran mereka semua adalah tentang dirinya yang terus dipuja.

Our World (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang