Epilog⏳

16.5K 1.3K 37
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Eh eh eh...itu apa itu! Tangannya jauhin jauhin" Gerutu Gio tidak terima karena saat ia pulang dari kantor ia melihat hal menyebalkan

2 orang yang sedang sibuk berdua itu memutar bola mata malas "Terserah dong, ini bunda gue"

"Gua gue gua gue pengen di bacok lo" Cibir Gio

"La lo la lo, pengen gak di beri jatah lohh sama istrinya" ejek lawan bicaranya

Gio mendengus " di paksa juga bisa, santai sih Ayah"

Ze menoleh sambil mengacungkan pisau "Nih, kalo mau berantem bawa pisau masing-masing. Baru aja ketemu jangan bikin masalah ganggu aja"

"Dia duluan" Gerutu Zenan

"Heh, durhaka kamu" Kelakar Gio

"Aku durhaka? Aku Zenandra yah ZENANDRA, eja deh biar lebih gampang. masa nama anak sendiri gak tahu. Penuh dosa tuh pasti" ucap Zenan

"Eh, nyebut kamu minta maaf sama ayah. Kamu tuh pasti yang penuh dosa" Cibir Gio

Zenan menaikkan sebelah halisnya"Dari mana ayah tahu?"

"nebak aja sih, dari muka udah keliatan soalnya" Jawan Gio santai

"Bund dimana sih ketemu dia, kok kayak titisan mimiperi gitu sih" tanya Zenan kepada Ze

"Heh gak boleh gitu" Ucap Ze

Gio mengulas smirk kearah Zenan yang hanya di balas dengusan oleh sang lawan bicara

"Sini kamu anak kadal" Panggil Gio agar Zenan mendekat

"Mohon maaf pak, memang benar ayah saya mirip kadal,tapi saya sangat tersinggung pak soalnya Bunda saya cantiknya beuhh luar biasa, masa saya anaknya di sebut anak kadal. Pengen di cincang sama bunda saya" ucap Zenan saat sudah dekat dengan sang ayah

Gio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal setelah itu menoleh ke arah Ze yang sedang menatapnya kurang enak

"Maaf sayang bercanda bercanda" Tutur Gio sambil tersenyum lebar

Zenan tertawa melihat jika sudah melihat ayahnya seperti ini, suami takut istri

Gio kembali menoleh ke arah Zenan kemudian merentangkan tangannya dan mereka berpelukan "Wihii broo...apa kabar bro sehat bro"

"Kabar baik bro, saku gue agak buruk sih soalnya bokap gue jarang ngasih jajan" Jawab Zenan sama dengan nada Gio sebelumnya

Tuk~

Gio menjitak kepala anaknya "Jarang ngasih jajan darimananya cek saldo ATM kamu, orang seusia kamu gak ada yang saldo ATMnya 200 ribu, kamu haru bersyukur ada yang harus ngamen dulu biar dapet uang"

Nahkan, siraman rohaninya sudah mulai keluar

"Iyaa, mana ada yang saldonya 200 ribu orangmah di saldo ATMnya 10 juta 20 juta" gerutu Zenan

"Datang ke kantor bantuin ayah, 1 dokumen 1 juta" Ucap Gio

Zenan mendengus sebentar tapi tetap mengangguk, Zenan sangat tahu karakter ayahnya yang keras seperti ini. Ia harus bekerja terlebih dahulu sebelum mendapatkan sesuatu Gio mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu yang instan di dunia ini

Zenan sangat mengerti itu, di umurnya yang sudah menginjak 17 tahun ini memang tidak seharusnya sering meminta ini itu. Dia harus lebih bisa bertanggung jawab

Dari kecil ia memang di fasilitasi tapi ketika ia menginginkan sesuatu maka ia harus berusaha terlebih dahulu, contohnya seperti saat ia ingin mainan di usia lima tahun maka ia harus hafal terlebih dahulu angka satu sampai sepuluh agar ia bisa di belikan apa yang ia inginkan

Zenan tidak pernah merasa kesal atau marah, karena Zenan tahu orangtuanya selalu ingin yang terbaik untuk anaknya bukan untuk membuat anaknya menjadi orang yang selalu meminta dan manja

Ze tersenyum melihat interaksi anak dan suaminya, seperti biasa selalu ada ke ramdoman di keluarga mereka jika bukan Gio yang berulah maka Zenan yang berulah, sepertinya gen itu menurun kepada Zenan

"Sini makan dulu, masakannya udah jadi" Ajak Ze

"Kamu gak capek sayang, pekerjain aja ART biar kamu gak capek" Tanya Gio

"Bener bund kata ayah" Ucap Zenan menimpali

"Rumah kita lumayan gede loh ai, nanti kamu kecapek'an" Ucap Gio lagi

"Bener bund kata ayah"

"Gimana?" Tanya Gio

"Bener Bund kata ayah"

Gio menjitak anaknya kesal " makan makan aja jangan ikutan ngomong"

"Maaf maaf"

"Gak papa, udah biasa kan lagian cuman masak doang yang bersihin rumah juga ada kan selalu dateng tiap pagi" jawan Ze

"Serius?"

Ze mengangguk "Gak mau makan masakan aku lagi jadi mau mempekerjakan ART"

"Enggak,gak gitu astagfirullah sayang gak gitu maksud aku" Gio sedikit panik

"Ayah sihh" Gerutu Zenan kepada Ayahnya

Ze terkekeh "Bercanda doang astaga, santai sama guemah"

"GUE!" Kelakar Gio dan Zenan bersamaan mengulang ucapan Ze barusan

"Waahh... Yah gak bisa di biarin nih yah, ini ayah nih yang harus di hukum ayah selalu contohin yang gak bener kan sama Bunda" Ucap Zenan yang berakhir tetap menyalahkan ayahnya

"Heh, suudzon kamu. Itu inisiatif Bunda kamu manggil diri sendiri sama sebutan gue" Gerutu Gio

"Bener bund?" Tanya Zenan

Ze memutar bola mata malas setelah itu memakan makannya dengan santai, malas menonton perdebatan mereka lagi

"Wahh Zen ini gak bisa di biarin lagi kan, ayah harus hukum apa nih" Tanya Gio kepada sang anak sambil menaikkan sebelah halisnya

"Ayo yah hukum aja yah, buatin Zenan adik lagi, cewek!"

Uhuk~

See sebelum pacaran,sesudah pacaran,sebelum menikah,sesudah menikah sebelum punya anak dan sekarang sudah mempunyai anak, kerandoman mereka tetap berlanjut bahkan sampai menurun kepada anaknya.

Sampai di sini saja kisah mereka, mereka berakhir dengan bahagia dan memiliki anak yang satu frekuensi dengan mereka, bagaiman kisah selanjutnya kuy langsung cek di sekuelnya

















Sekali lagi saya sebagai author mau mengucapkan banyak-banyak terimakasih untuk semua supportnya, maaf kalo cerita ini masih banyak kekurangan. Sedikit demi sedikit pasti bakal di perbaiki

pas nyelesain cerita ini terharu banget, karena inget pas proses on goingnya banyak yang support🤗🤗😭

Fyuhhh.....pasti bakal kangen banget sama Nio

Byeee🖐🏻
See you in my another story

Byeee🖐🏻See you in my another story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TRANSMIGRASI ZEPHYRA [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang