Choi Han mengikuti Cale Henituse yang berjalan tenang menyusuri jalanan. Dia memperhatikan rumah-rumah beratap tanah liat, bangunan tembok dan beberapa hal yang masih sulit dia identifikasi. Namun, dia lebih memperhatikan Cale yang hanya melihat-lihat.Tidak ada percakapan yang berarti.
Cale hanya sesekali berhenti, melirik Choi Han kemudian termenung dan berjalan kembali.
Choi Han menarik Cale, "Ada anak kecil."
Cale menunduk, dia bisa melihat anak kecil yang nampak kumuh gemetaran, dia bisa menebak apa yang terjadi ketika anak itu mulai berlari dan meninggalkan mereka.
Choi Han hampir saja mengejar ketika Cale menahan lengan baju laki-laki itu, "Aku kaya."
Choi Han terdiam.
Ah, dia lupa akan fakta itu.
Cale kembali melihat-lihat, Choi Han tidak tahu hal apa yang membuat si rambut merah tertarik.
"Apa kamu pintar?"
"Ya?" Choi Han menunjuk dirinya sendiri. "Mungkin aku pintar."
Kedua mata Cale menyipit, dia mendengkus karena nada suara Choi Han yang tidak yakin.
"Lupakan, kamu seperti orang bodoh yang bisa terjatuh dari atap," Cale mencibir.
Lagipula apa yang dia harapkan.
Choi Han mendengkus, dan bergegas menyamakan langkahnya dengan Cale.
.
.Mata biru terbuka lebar, tubuh terluka dan orang-orang yang kembali memaksa dia meminum ramuan. Obor menyala di gua, dan langkah kaki serta tawa mabuk bisa dia dengar.
Tubuhnya berdarah, jantungnya berdetak cepat.
Matanya kosong, manusia-manusia rendahan membuatnya mundur dengan nyala api.
.
."Tidak cocok."
Choi Han menghela napas gusar.
"Jelek."
Dia mengepalkan tinju.
"Terlalu kuno."
Nyaris menarik pedangnya dan menghunuskan tepat pada Cale Henituse yang terus berbicara.
"Wajahmu menyebalkan."
Choi Han membanting sepatu yang dihindari dengan mudah oleh Cale. Laki-laki itu melotot ketika memberikan Choi Han sebuah jubah berwarna hitam.
Choi Han menahan kesal dan kembali mencoba, meninggalkan Cale yang kembali melihat-lihat.
Butik kecil terlihat rapi, tetapi pemiliknya yang tadi tersenyum ramah mulai terlihat tidak senang. Cale mengambil jubah lain bertepatan dengan Choi Han yang baru saja keluar.
Jubah hitam itu cocok dengan laki-laki itu, setidaknya tidak terlihat seperti pengemis dengan jubah compang camping.
"Bungkus ini dan aku akan mengambil itu."
"Baik tuan pelanggan!"
Pemilik tersenyum, Cale mengabaikan dan berjalan mendekati Choi Han.
"Apa?" tanya Choi Han agak risih.
Cale mengabaikan pertanyaan itu dan menjentikkan jari, matanya terselamatkan dari orang kumuh seperti Choi Han.
Dahi Choi Han di tekuk, bibirnya cemberut.
Dia serasa seperti boneka yang didandani, dan Cale yang terlihat menyukai waktu mengejek dan menghina Choi Han.
"Apa kamu butuh sepasang sepatu juga?"
"Tidak perlu," kata Choi Han, dia memungut kembali sepatunya. Mata hitamnya melirik Cale, ah, dia benar-benar ingin memukul orang itu dan melarikan diri. "Apa kamu memikirkan ini sebagai liburan?"
"Benar, liburan yang seru bukan?"
Cale menerima kantung belanjaan, tersenyum setelah membayar dan keluar dari toko butik tanpa banyak bicara lagi. Choi Han mengikutinya.
Dia melirik anak-anak yang mengintipnya dari balik celah sempit perumahan.
"Apa kamu akan memberi mereka uang?"
"Apa orang-orang memberimu uang hanya karena pakaianmu compang-camping?"
Dia tidak sebaik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Link- Dark Side
FanfictionSaat tirai panggung dibuka, dunia [The Birth of a Hero] hanyalah kepalsuan. Sandiwara kecil antara tuan muda sampah Count Henituse dan Choi Han tidak hanya berakhir dengan sebuah pukulan. Cale Henituse asli lebih dari seseorang yang di kira hanyalah...