Basen Henituse memegang kertas.
Pedang yang dia pesan akan segera tiba di ibu kota, dia menoleh hati-hati ketika pintu lebar terbuka. Hans berdiri di sana dengan wajah bingung setelah menyerahkan peta.
Basen merenggangkan badannya yang agak kaku, dia masih tidak terbiasa.
"Apa ada hal lain yang anda butuhkan?" Hans tersenyum, dia melirik Basen yang berbalik menatap kearahnya.
"Tidak, keluarlah pelayan."
Penginapan di kota yang ditinggalkan dewa terasa nyaman dari yang sebelumnya.
Dia merapikan bajunya, dia akan melihat-lihat.
.
."Oh, mereka mencuri barangku."
Choi Han mengintip, matanya terlihat tidak paham dengan nada suara Cale. Dia menunjuk dirinya sendiri kemudian anak-anak yang baru saja berlari setelah mengambil kantong uang milik Cale.
"Aku harus mengejar mereka?"
Cale mendorong punggung Choi Han yang ragu-ragu.
Choi Han mulai mengejar anak-anak yang menjauh, Cale memperhatikan lari Choi Han yang terbilang lambat.
"Dasar bodoh."
.
.Suara langkah kaki lagi.
Mata biru itu terbuka, matanya lurus menatap orang-orang yang lagi-lagi menertawakan dirinya. Wajah mereka tidak terindentifikasi, matanya berkabut parah nyaris tidak bisa melihat.
"Lihat makhluk ini juga bisa demam," satu orang berbicara, yang lain masih tertawa seolah dia adalah mainan.
Satu orang berbicara lagi, "Cepat beri dia makan, tuan tidak akan mengampuni kita jika dia mati."
"Aku melihat dia sejak menetas, sia-sia untuk merawatnya."
Dibandingkan merawat, mereka hanya menyiksa.
Dia melihat penahan mana yang mulai retak, kepalanya berdenyut nyeri dan suhu tubuh yang memanas.
Suara-suara itu menganggu, membuat dia marah.
"Dia tidak pernah diinginkan."
Hingga satu titik indera pendengarannya tidak lagi berfungsi.
Jantungnya berdetak ribuan kali lipat, tubuhnya seperti dimodifikasi dari dalam, dipaksa untuk mengembang, sel-sel tubuh membelah diri dengan cepat.
Kalung yang menahannya pecah.
.
.Choi Han tersenyum.
Mengerjai Cale lebih bagus dari yang dia bayangkan, dia hanya pura-pura mengejar dan akan membiarkan anak-anak itu lepas. Kemudian melapor kepada Cale yang mungkin akan kembali menjadi kekanak-kanakan karena kehilangan uang.
Lagipula, Cale kaya.
Tidak ada alasan untuk kehabisan uang.
Namun, dia menyadari hal aneh.
Dia semakin menjauh dari kota. Anak-anak seperti itu jarang untuk pergi jauh, Choi Han kira mereka hanya akan masuk ke celah sempit untuk bersembunyi.
Mereka seperti bermain kejar-kejaran.
Anak-anak itu tidak pernah melihat ke belakang, dan mati-matian untuk menghindar. Apa karena takut? Tetapi, ini lebih aneh ketika mereka malah tertawa.
"Hei tunggu," Choi Han mempercepat larinya.
Kecepatannya memungkinkan dia mengejar dan berakhir menghadang mereka. Anak yang paling tua mundur dan tersedak karena takut, yang lain berlindung di balik badan anak paling tua itu.
"Mencuri bukan hal baik."
Semuanya menggeleng, Choi Han tidak habis pikir ketika mengulurkan tangannya.
"Ayo kembalikan, kalian tidak punya izin."
Anak paling tua menyembunyikan kantung uang, "Kamu tidak mencuri, kakak itu yang memberikan pada kami!"
"Jangan berbohong."
Cale tidak sebaik itu.
"Kami tidak berbohong, kakak berambut itu yang mengatakannya sendiri jika kami bisa mengambil uangnya jika menjauh dari kota." Anak paling kecil terisak dan takut-takut.
Choi Han merasa pusing yang teramat.
Dia menepuk rambut anak termuda, kemudian mengangguk.
"Aku mengerti."
Dia mengepalkan tangannya, agak tersulut ketika anak-anak kembali berlari menjauh tanpa berbalik.
Cale Henituse ....
Choi Han memutuskan untuk memberi pelajaran pada orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Link- Dark Side
FanfictionSaat tirai panggung dibuka, dunia [The Birth of a Hero] hanyalah kepalsuan. Sandiwara kecil antara tuan muda sampah Count Henituse dan Choi Han tidak hanya berakhir dengan sebuah pukulan. Cale Henituse asli lebih dari seseorang yang di kira hanyalah...