#1 Jasmine

369 18 2
                                    


Seperti pagi biasanya, Yota bangkit setelah mengumpulkan kesadaran dari tidur panjangnya semalam.

Namanya Viota Larasati Jasmine. Gadis berusia 25 tahun dengan luka batinnya yang berusaha tetap baik-baik saja menjalani hidup.

Dari balkon lantai dua, gadis itu sedang memperhatikan aktivitas pagi yang tersuguh di sekitar rumahnya. Baru saja seorang bapak-bapak melintas dengan motor matik membonceng seorang anak berseragam merah-putih. Sepertinya bapak itu akan mengantarkan anaknya ke sekolah. Yota jadi melamun sebentar sampai suara sapaan seseorang membungkus lamunannya.

"Hai, Yot! Udah bangun?" Seorang pemuda yang berada di seberang rumahnya menyapa. Dari atas balkon lantai dua, Yota memperhatikan pemuda di bawahnya itu hanya memakai kaos dalam dan celana pendek tengah memegang selang sejurus membasahi motornya.

Bukan membalas sapaan, Yota justru beringsut saat melihat pemuda tadi. Mendapati sikap tak acuh Yota, pemuda itu menghela napas, melanjutkan aktivitasnya mencuci motor yang sempat terhenti.

Pemuda tadi bernama Tegar Haris. Umurnya sepantaran dengan Yota. Mereka berdua bersahabat sejak kecil. Namun, sikap Yota ke Tegar memang tidak sehangat sikap pemuda itu ke Yota. Meski telah mengenalnya sejak kecil, Yota tidak lantas melupakan garis batas yang telah ia tetapkan antara dirinya dan Tegar. Mereka bukan anak kecil lagi, keduanya sudah sama-sama dewasa. Persahabatan bisa saja berubah haluan. Itu sesuatu yang sangat Yota hindari.

Papan bertuliskan closed tampak sudah dibalik hingga orang bisa melihat dari luar bahwa tokonya yang berada di lantai satu itu sudah dibuka. Ya, Yota menggunakan lantai satu rumahnya untuk tempat usaha.

Gadis itu menoleh ke arah pintu, saat seseorang datang ke tokonya pagi-pagi.

"Yot," sapa hangat pemuda berperawakan tinggi dengan rambut belah samping. "Ibu nyuruh nganter ini," ucapnya lagi seraya mengulur wadah plastik ukuran sedang, berbahan food grade warna ungu.

"Apa, nih?"

"Rendang. Ibu masak banyak," sahut Tegar.

"Tante Widya pake repot-repot, sih. Sampein, makasih, ya."

"Iya, sama-sama."

"Elo udah mau berangkat kerja?" tanya Yota saat pemuda di hadapannya tampak sudah rapi.

"Iya, weekend pun tetep kudu nguli." Tegar nyengir.

"Oh," balas Yota sekadarnya.

Tegar masih bergeming di tempat.

"Kok, elo masih ada di situ aja. Katanya mau berangkat?"

"Oh, iya." Tegar balik badan.

Yota geleng-geleng.

"Eh, Yot." Tegar tiba-tiba menghentikan langkah tepat di depan pintu kaca.

"Hmm?"

"Hari ini hari apa?"

"Sabtu, kan?"

"Salah."

Kening Yota berkerut. "Kok, salah? terus, hari apa?

"Hari ini elo cantik." Tegar mengulum senyum. Dia yang menggombal dia juga yang tersenyum.

Sementara yang digombali hanya menatap datar ke arahnya. "Nggak lucu."

"Siapa juga yang ngelucu?"

"Elo udah ada di depan pintu keluar. Elo bisa pergi sekarang."

Ekspresi Tegar tampak sedikit kecewa. "Ya elah, gitu amat responsnya. Minimal salting, kek."

Erstwhile Memory (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang