Dalam keadaan terbaring di atas ranjang, Yota tertegun menatap cincin berlian yang melingkari jari manisnya. Dia masih tidak menyangka Bram akan melamarnya secepat ini. Alih-alih girang, Yota justru tengah gamang sekarang. Dia masih bertanya-tanya, apakah Bram laki-laki yang tepat untuk dirinya? Apakah dia sudah cukup mengenal Bram dengan baik? Apakah dia sudah cukup tahu siapa Bram yang sebenarnya?
Yota kemudian menghela napas panjang. "Bukankah harusnya aku senang, ya? Bukankah ini yang diharapkan oleh setiap wanita ... mendapatkan kepastian." Yota menghela napas sekali lagi. "Entahlah ...."
Gadis dengan luka masa kecilnya itu kemudian memejamkan mata. Mencoba menghalau segala resah yang hadir. Menyimpannya sementara untuk dia pikirkan lagi nanti.
***
"Abang! Abang udah tahu belum?" Tya tiba-tiba muncul di dekat Tegar yang tengah fokus pada tablet PC di tangannya.
"Apa, sih?" sahutnya tanpa mengalihkan atensi dan pen yang masih menari di atas layar tablet. "Gue sibuk, jangan kacau."
"Ini breaking news. Sekaligus ...." Tya menjeda sebentar. "breaking your heart!" lanjutnya.
Tegar menghentikan aktivitasnya langsung. Atensinya berpindah penuh ke arah adik perempuannya. Pemuda itu belum membuka suara, menunggu maksud dari pernyataan Tya barusan.
"Kak Yota bakal dilamar," lanjut Tya kemudian.
Tegar seketika terdiam. Dia kehilangan kata-kata. Air mukanya berubah redup.
"Are you ok?"
Tidak ada jawaban. Pandangan Tegar kosong menatap layar tablet dengan desain grafis yang belum selesai dia kerjakan. Siapa yang baik-baik saja, saat mengetahui bahwa wanita yang dia sayangi hendak dilamar oleh pria lain?
Untuk memastikan berita itu, Tegar bangkit. Dia akan bertanya langsung kebenarannya.
"Bang? Mau ke mana?" tanya Tya saat Tegar melenggang begitu saja tanpa menggubrisnya lagi.
Di dalam toko bunganya, Yota tampak sedang membereskan ruangan. Meletakkan peralatan florist kembali ke tempat semula. Tegar menggeser pintu kaca, pemuda itu masuk tanpa suara.
Yota yang menyadari kehadiran Tegar, kemudian menghentikan aktivitasnya. "Gar?"
Tegar menatap hening wajah Yota.
"Elo ada perlu apa? Gue udah mau nutup."
"Gue laper."
Yota mengerutkan dahi. "Ya, terus?"
"Ayo cari makan."
"Sorry gue kenyang."
"Temeni gue. Barangkali ada yang harus kita bicarakan."
Sesaat keduanya terdiam. Saling menyorot satu sama lain.
Mereka sudah duduk di kafe yang tidak jauh dari area kompleks perumahan mereka. Sambil menunggu makanan pesanan mereka datang, Tegar memperhatikan jemari Yota yang terlipat di atas meja. Menyadari Tegar tengah memperhatikannya, Yota menarik kedua tangan dan menyembunyikannya di bawah meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erstwhile Memory (On going)
RomansaViota Larasati Jasmine (Yota) tumbuh dengan inner child-nya yang terluka. Dia menganggap bullshit ungkapan ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Dari luka masa kecilnya itu, Yota berusaha membatasi diri dari lawan jenis tak terkecuali Te...