#16 Cotton Flower

72 12 11
                                    

Yota memperhatikan oma Bram merajut. Jemari keriput itu masih lincah memainkan jarum pengait dan benang. Yota kagum.

"Mau coba?" tawar oma.

"Eem ... boleh, Oma."

"Gini, satu tangan memegang jarum dan satunya lagi memegang benang. Perhatikan seperti ini." Oma memberi petunjuk pada Yota. Pelan-pelan Yota mulai memainkan jarum dan benang di tangannya sesuai dengan arahan oma. Yota berusaha meskipun gerakan merajutnya masih tampak kaku.

"Bagus, pelan-pelan saja."

Yota mengangguk. merasa senang dengan aktivitasnya ini. Ternyata  merajut itu seru juga.

"Apa kegiatanmu di rumah selain merangkai bunga, Yota?"

"Eem ... hanya itu, Oma," sahutnya menghentikan sejenak aktivitas. Menjawab pertanyaan oma sambil menatap ke arahnya. "Saya enggak punya kegiatan lain," lanjutnya.

"Itu kue bikinan kamu sendiri?"

"Iya, Oma." Yota tersenyum. "Cobain kuenya, Oma. Semoga saja rasanya berkenan."

"Kelihatannya enak. Eem ... Yayuk, ambilkan piring dan perlengkapannya. Aku mau coba kue bikinan Yota."

"Baik, Oma." Yayuk membungkuk, kemudian segera balik badan melaksanakan perintah.

"Semoga rasanya tidak mengecewakan, Oma. Mungkin tidak seenak kue-kue yang dijual di toko."

"Oma cobain, ya."

Yota mengangguk dengan dada berdesir. Takut kalau-kalau rasanya tidak sesuai selera oma yang pasti sering menjajal kue-kue mahal yang dijual di bakery ternama.

"Hmm ... ini enak, teksturnya lembut." Oma masih menggiling kue buatan Yota di dalam mulutnya. "Ini beneran bikinan kamu sendiri?"

"Iya, Oma."

"Ternyata kamu pandai membuat kue."

"Itu cuma bolu ketan hitam biasa, Oma. Semua orang juga bisa bikin."

"Ah, enggak semua. Coba Yayuk kusuruh bikin, mana bisa dia." Oma Bram terkekeh kemudian kembali  memasukkan potongan kue bolu ketan dengan sendok ke dalam mulutnya.

"Syukurlah kalau, Oma suka."

"Oma suka sekali. Makasih, ya, Yota."

Yota tersenyum, sambutan hangat oma Bram kepadanya membuat rasa canggung Yota memudar. Meski baru dua kali ini bertemu, rasa asing yang sebelumnya ada itu kini entah ke mana.

Mereka melanjutkan kegiatan merajut sambil mengobrol ringan. Sesekali keduanya tampak tertawa bersama. Entah mengapa Yota merasa nyaman. Oma Bram baik dan penuh kasih sayang seolah seperti seorang nenek terhadap cucunya sendiri.

"Oma, saya pamit, ya. Terima kasih." Yota mencium punggung tangan oma Bram.

"Sama-sama. Oma juga berterima kasih kamu sudah berkenan datang. Kalau senggang mainlah kemari. Pintu rumah ini selalu terbuka buat kamu, Yota."

Yota tersenyum. "Baik, Oma."

"Salim, antarkan Yota pulang dengan hati-hati, ya," titah oma Bram kepada supirnya.

"Baik, Oma," sahut supir itu patuh, kemudian membukakan pintu mobil untuk Yota.

"Sampai jumpa, Oma." Yota mulai memasuki mobil.

"Hati-hati." Oma Bram melambaikan tangan. Di sampingnya Yayuk--asisten rumah tangganya--juga ikut melambaikan tangan pada Yota.

Mobil yang ditumpangi Yota berlalu. Oma Bram menghela napas lega.

Erstwhile Memory (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang