#24 Asoka

88 13 6
                                    


Di hadapan cermin, Yota menyapu bibir tipisnya dengan lip cream warna pink natural, kemudian tertegun sebentar menatap pantulan diri. Dadanya berdesir mengingat bahwa malam ini, dia akan menemui Bram di rumahnya untuk menerima hukuman. Lalu, hukuman apa kira-kira yang akan diberikan Bram padanya?

Semoga aja enggak yang aneh-aneh.

"Yota ...." Terdengar suara Maulina dari balik pintu kamarnya.

"Ya, Ma?" sahutnya dari dalam kamar.

"Itu udah dijemput supir Bram di depan."

Yota meraih handle pintu kemudian membukanya. "Supir Bram?"

"Hmm."

"Oh ... iya, tunggu sebentar, Ma. Sebentar lagi aku siap."

"Baiklah, mama akan bilang ke bapak supirnya dulu, ya." Maulina beranjak.

Yota kembali ke dalam kamar, meraih ponsel di atas meja rias kemudian melakukan panggilan. "Halo, Bram? Kamu kirim supir buat jemput aku?"

"Iya."

"Kenapa bukan kamu sendiri yang jemput?"

"Kan, kamu lagi dihukum."

Yota mencebikkan bibir. "Apaan, sih?"

Bram tersenyum. "Aku tunggu, ya. Oma kangen sama kamu, nih."

"Aku juga kangen sama oma."

"Sama aku nggak kangen?"

Kangen, batinnya. Namun, jawaban yang keluar justru sebaliknya. "Enggak!"

Bram terkekeh. Dia tahu Yota berbohong. "Baiklah, Sayang. Hati-hati di jalan. Sampai ketemu di rumah. Muach!" Bram memberikan sending kisses sebelum mengakhiri panggilan, membuat Yota mulai overthinking. Jangan-jangan Bram akan menghukumnya sesuai dengan isi kepalanya.

Yota membekap mulut. Kemudian menggeleng. "Enggak-enggak! Jangan mikir kayak gitu Yota, please!" gumamnya pada diri sendiri sambil memasukan ponsel dan dompet ke dalam tas selempang rajut pemberian oma. Setelah mengatur napas agar rasa gugupnya reda, gadis itu beranjak dari kamar.

Setelah sesaat melakukan perjalanan, Yota sampai juga di kediaman Bram. Kedatangannya sudah disambut oma dan Bram di ambang pintu.

"Yota, apa kabar?"

"Baik, Oma," sahutnya sambil mencium punggung tangan oma. Tatapannya berpindah ke arah Bram di samping oma yang tengah mengulum senyum.

Kayaknya puas banget dia, udah berhasil membuat aku datang ke sini untuk menerima hukuman. Menyebalkan! batin Yota.

"Ayo masuk." Oma membimbing Yota ke dalam. Bram mengekor di belakang. "Apa jalanan macet, Yota?"

"Sedikit, Oma."

"Ya sudah, ayo kita makan malam dulu."

Oma mempersilahkan Yota duduk di meja makan. Bram menyusul duduk di samping Yota. Sementara oma duduk di seberang dua insan yang tengah dimabuk asmara itu.

"Oma senang waktu dengar akhirnya kalian resmi menjalin hubungan." Oma memulai obrolan meja makan.

Yota tersenyum samar kemudian menunduk.

"Saat kalian sudah merasa cocok satu sama lain, kalau bisa tidak usah lama-lama pacarannya." Oma menjeda. "Kalian bisa mulai memikirkan hubungan yang lebih serius."

Yota mengangkat wajah perlahan.

"Maksud Oma, menikah?" Bram memperjelas.

"Iya, apa lagi?"

Erstwhile Memory (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang