#15 Peony

63 10 2
                                    


Malam ini rintik hujan turun. Yota membalik papan informasi pada pintu kaca tokonya dari open menjadi closed. Gadis itu berberes, merapikan meja, merapikan bunga artifisial di dalam vas rotan, memastikan stok bunga segar dalam lemari showcase tersimpan dengan benar. Aktivitasnya sebagai seorang florist hari ini sudah selesai. Baru saja gadis itu hendak mengunci pintu toko, tetapi Tegar muncul.

"Gar?"

"Ikut gue," kata Tegar tanpa meminta persetujuan Yota, langsung menarik tangan gadis itu keluar toko.

"Eh, mau ke mana?"

Tegar tidak menjawab, satu tangannya yang lain meraih payung lipat untuk memayungi keduanya dari rintik hujan.

"Gar? Hei! Mau ke mana hujan-hujan gini?"

Tanpa menjawab, Tegar membuka pintu mobil ayahnya yang sudah terparkir di depan rumah. "Masuk."

"Masuk? Tapi mau ke mana?"

"Masuk aja dulu, hujan."

Dengan terpaksa Yota menuruti titah Tegar. Gadis itu menatap Tegar yang berjalan memutar hingga masuk ke sisi kanan kemudi. Melipat payung terlebih dahulu kemudian menutup pintu mobil.

"Oke, kita jalan sekarang." Tegar bersiap melajukan mobilnya.

"Harus banget, ya dengan cara kayak gini? Maksa!" Yota melipat kedua tangan di perut--kesal.

Tanpa menoleh, Tegar tersenyum.

"Ini namanya penculikan tahu, bisa kena pasal."

"Mana ada penculikan izin sama mamanya. Gue udah bilang ke tante Maulina tadi."

"Terus, sebenarnya ini mau ke mana?"

"Ya, nggak tahu. Liat aja entar."

"Bahkan, elo nggak ngasih kesempatan gue buat ganti baju dulu. Liat, gue cuma pake sandal jepit."

Tegar melirik sekilas kaki Yota yang beralas sandal jepit Swalow. Tegar tersenyum. "Soalnya elo susah banget gue ajak jalan. Makanya lain kali jangan susah-susah."

Yota membuang pandangan ke luar jendela kaca mobil. Masih tampak kesal.

Mobil yang Tegar kendarai masuk ke halaman sebuah restoran cepat saji pada jalur drive-thru.

"Mau pesan apa, Yot?" tanyanya setelah Tegar sampai di loket pertama pemesanan menu.

"Samain aja," jawab Yota malas.

Tegar menekan layar monitor yang menampilkan deretan menu restoran cepat saji. Pemuda itu memesan enam paket cheeseburger extralarge pada monitor. Setelah selesai Tegar melajukan mobilnya menuju loket pembayaran. Pemuda itu mengulur kartu debitnya, kemudian melanjutkan ke loket terakhir pengambilan pesanan.

"Terima kasih, selamat datang kembali," ucap petugas ramah.

"Sama-sama," sahut Tegar setelah menerima paper bag berlogo restoran tersebut, sembari menutup kaca mobil setelahnya.

Mobil yang dikendarai Tegar melesat menuju parkiran dan berhenti di sana.

"Ngapain parkir?"

Erstwhile Memory (On going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang